Tampilkan di aplikasi

Buku Ruang Karya hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

4 Sahabat: Dava, Asri, Sungai dan Batu

1 Pembaca
Rp 40.000 25%
Rp 30.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 90.000 13%
Rp 26.000 /orang
Rp 78.000

5 Pembaca
Rp 150.000 20%
Rp 24.000 /orang
Rp 120.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pengumuman kelulusan sudah disampaikan. Seperti biasanya, Dava selalu menjadi siswa terbaik di antara terbaik lainnya. Dava lulus dengan NEM sempurna. Itu semua buah dari jerih payahnya dalam belajar. Dava selalu mengedepaankan amanah dari bapak ibunya, “Tekun belajar, agar hidupmu sejajar.” Hampir di setiap waktu, Dava selalu terbayang-bayang akan kalimat „sederhana, namun memesona‟ itu. Bisa dibilang, bahwa Dava itu belajar setiap hari non-stop di bawah bimbingan neneknya, Nenek Esmi. Pantas saja jikalau dia mendapatkan predikat siswa terbaik.

Semenjak bapak ibunya meninggal karena pesawat yang ditumpanginya itu terjerumus ke jurang saat perjalanan pulang Jakarta - Kudus, Dava memang hidup berdua dengan neneknya. Sang kakek juga sudah wafat meninggalkan mereka semua jauh sebelum Dava terlahir di dunia, dikarenakan penyakit tua yang dideritanya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Copa Mukerji
Editor: Copa Mukerji

Penerbit: Ruang Karya
ISBN: 9786239479718
Terbit: April 2020 , 126 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Pengumuman kelulusan sudah disampaikan. Seperti biasanya, Dava selalu menjadi siswa terbaik di antara terbaik lainnya. Dava lulus dengan NEM sempurna. Itu semua buah dari jerih payahnya dalam belajar. Dava selalu mengedepaankan amanah dari bapak ibunya, “Tekun belajar, agar hidupmu sejajar.” Hampir di setiap waktu, Dava selalu terbayang-bayang akan kalimat „sederhana, namun memesona‟ itu. Bisa dibilang, bahwa Dava itu belajar setiap hari non-stop di bawah bimbingan neneknya, Nenek Esmi. Pantas saja jikalau dia mendapatkan predikat siswa terbaik.

Semenjak bapak ibunya meninggal karena pesawat yang ditumpanginya itu terjerumus ke jurang saat perjalanan pulang Jakarta - Kudus, Dava memang hidup berdua dengan neneknya. Sang kakek juga sudah wafat meninggalkan mereka semua jauh sebelum Dava terlahir di dunia, dikarenakan penyakit tua yang dideritanya.

Ulasan Editorial

Pengumuman kelulusan sudah disampaikan.
Seperti biasanya, Dava selalu menjadi siswa terbaik di
antara terbaik lainnya. Dava lulus dengan NEM
sempurna. Itu semua buah dari jerih payahnya dalam
belajar. Dava selalu mengedepaankan amanah dari bapak
ibunya, “Tekun belajar, agar hidupmu sejajar.” Hampir
di setiap waktu, Dava selalu terbayang-bayang akan
kalimat „sederhana, namun memesona‟ itu. Bisa dibilang,
bahwa Dava itu belajar setiap hari non-stop di bawah
bimbingan neneknya, Nenek Esmi. Pantas saja jikalau dia
mendapatkan predikat siswa terbaik.
Semenjak bapak ibunya meninggal karena
pesawat yang ditumpanginya itu terjerumus ke jurang
saat perjalanan pulang Jakarta - Kudus, Dava memang
hidup berdua dengan neneknya. Sang kakek juga sudah
wafat meninggalkan mereka semua jauh sebelum Dava
terlahir di dunia, dikarenakan penyakit tua yang
dideritanya.
Bapak ibu Dava merupakan orang yang sangat2
jenius. Bagaimana bukan? Karena di ibukota itu, bapak
dan ibunya sama-sama bekerja sebagai pegawai negeri.
Bahkan sama-sama menjadi dosen, di PTN yang sama
juga. Bedanya, bapaknya menjadi dosen B. Arab.
Sedangkan ibunya, ibunya menjadi dosen Sastra
Indonesia

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Pengumuman kelulusan sudah disampaikan. Seperti biasanya, Dava selalu menjadi siswa terbaik di antara terbaik lainnya. Dava lulus dengan NEM sempurna. Itu semua buah dari jerih payahnya dalam belajar. Dava selalu mengedepaankan amanah dari bapak ibunya, “Tekun belajar, agar hidupmu sejajar.” Hampir di setiap waktu, Dava selalu terbayang-bayang akan kalimat „sederhana, namun memesona‟ itu. Bisa dibilang, bahwa Dava itu belajar setiap hari non-stop di bawah bimbingan neneknya, Nenek Esmi. Pantas saja jikalau dia mendapatkan predikat siswa terbaik.

Semenjak bapak ibunya meninggal karena pesawat yang ditumpanginya itu terjerumus ke jurang saat perjalanan pulang Jakarta - Kudus, Dava memang hidup berdua dengan neneknya. Sang kakek juga sudah wafat meninggalkan mereka semua jauh sebelum Dava terlahir di dunia, dikarenakan penyakit tua yang dideritanya.

Bapak ibu Dava merupakan orang yang sangat jenius. Bagaimana bukan? Karena di ibukota itu, bapak dan ibunya sama-sama bekerja sebagai pegawai negeri. Bahkan sama-sama menjadi dosen, di PTN yang sama juga. Bedanya, bapaknya menjadi dosen B. Arab. Sedangkan ibunya, ibunya menjadi dosen Sastra Indonesia.

Konon, kata neneknya, dulu bapaknya Dava itu sama-sama kuliah di PTN tersebut, pun mereka samasama berprestasi. Tidak salah, „kan, kalau mereka bersama? Terbukti, bahwa kemiskinan tidak menghambat kesuksesan. Walaupun Dava hidup dengan banyak kesederhanaan setelah kedua orang tuanya wafat, namun dengan usahanya, dia bisa sesukses ini. Rencana Dava, ia akan meneruskan sekolah di SMP swasta ujung desa tempat tinggalnya. Sempat neneknya mempermasalahkan nya, “kenapa kamu sekolah di lembaga swasta? Kamu kan pintar… alangkah baiknya kamu kamu sekolah saja di SMP negeri, Nang…” namun Dava tetap berada pilihannya, “saya mau menjadi generasi kalian, Nek…” secara mulai dari kakek neneknya hingga bapaknya memang sekolah di SMP tersebut. Lebih tepatnya turun temurun.

Daftar Isi

Cover Depan
Hak Cipta
Halaman Judul
Prolog
Bab 1: Pertemuan & Persahabatan
     Pertemuan di Sungai
     Janji Suci Persahabatan
     Pulang Bersama
Bab 2: Konflik Ringan
     Dava Mendapatkan Nomor Asri Diam-diam
     Menghubungi Asri
     Bertemu di Taman
     Curhat ke Nenek
     Curhat ke Sungai dan Batu
Bab 3: Perdamaian
     Tercyduk Nenek
     Daftar Sekolah Bareng
Bab 4: Hari-hari Kebersamaan
     Bersenda Gurau di Taman
     Makan Malam di Rumah Asri
     Shoping Bareng di Mall
     Nyuci Bareng di Sungai
     Mampir ke Rumah Dava
     Makan Malam Bersama di Rumah Dava
     Bertemu di Pasar
Bab 5: Konflik Berkelanjutan
     Asri Menolak Kedatangan Dava
     Jalan-jalan Malam bersama Irul
     Dava Curhat ke Bimo
     Sepucuk Surat Hoax
     Tertolaknya Permohonan Maafnya ‘Nek Esmi
     Trio Mercon Tercyduk
Bab 6: Terbit Perasaan
     Perasaan ‘Tak Selamanya Terpendam
     Cinta Terlarang
     Baju Couple-an
     Sadar
Bab 7: Bersahabat Sepanjang Zaman
     Mengokohkan Solidaritas
     15 Tahun Kemudian
Epilog
Cover Belakang

Kutipan

Prolog
Pengumuman kelulusan sudah disampaikan.

Seperti biasanya, Dava selalu menjadi siswa terbaik di antara terbaik lainnya. Dava lulus dengan NEM sempurna. Itu semua buah dari jerih payahnya dalam belajar. Dava selalu mengedepaankan amanah dari bapak ibunya, “Tekun belajar, agar hidupmu sejajar.” Hampir di setiap waktu, Dava selalu terbayang-bayang akan kalimat „sederhana, namun memesona‟ itu. Bisa dibilang, bahwa Dava itu belajar setiap hari non-stop di bawah bimbingan neneknya, Nenek Esmi. Pantas saja jikalau dia mendapatkan predikat siswa terbaik.

Semenjak bapak ibunya meninggal karena pesawat yang ditumpanginya itu terjerumus ke jurang saat perjalanan pulang Jakarta - Kudus, Dava memang hidup berdua dengan neneknya. Sang kakek juga sudah wafat meninggalkan mereka semua jauh sebelum Dava terlahir di dunia, dikarenakan penyakit tua yang dideritanya.

Bapak ibu Dava merupakan orang yang sangat2 jenius. Bagaimana bukan? Karena di ibukota itu, bapak dan ibunya sama-sama bekerja sebagai pegawai negeri.

Bahkan sama-sama menjadi dosen, di PTN yang sama juga. Bedanya, bapaknya menjadi dosen B. Arab.

Sedangkan ibunya, ibunya menjadi dosen Sastra Indonesia.