Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tak terasa ia sudah tiga tahun di Jakarta, rasanya sudah begitu lama ia tak bertemu dengan orangtuanya. Semakin hari semakin besar rasa rindu itu di dalam hati. Lama tak ia rasakan belaian sang ibu yang begitu hangat penuh kasih sayang. Ternyata kedua orangtuanya sudah bangun dan tengah menunggunya sambil menonton tv di rumah.

Malam ini riuh angin begitu ramah bermain dengan balai yang ringkih. Dedaunan pun ikut layu dan menepi. Diapit oleh gunung Bambapuangi. Di Enrekang, di tengah rimba ini tubuhku hidup puluhan tahun. Aku tinggal bersanak di gubuk kecil beralaskan tanah dengan ancaman binatang buas yang tak bisa kuhindari.

Hingga diriku terasa menyatu dengan alam.

“Uhuk…uhuk!. Suara batuk dari indoii yang memecah keheningan malam. Aku melihat indoku sedang dirundung pilu akhir-akhir ini.

“Ada apa ndo?” tanyaku padanya.

“Tidak apa-apa nak!”. Wajahnya tampak pucat, kakinya bersimbah luka.

Aku pun terkejut melihatnya.

“Ndo, mulai besok istirahat saja di rumah” aku kaku dan enggan bertutur.

“Kalau saya istirahat besok, pattongko kinandeiiiitu tidak terisi nak!” tegas indo. Lalu beranjak ke tempat tidurnya.

Cover
Daftar Isi
Wasiat Dari Kebun Dalle Lolo
Bahagia Yang Tertunda
This is Parents Love
Antara Cemburu Dan Maaf
Broken Home
Dunia Ku
Kalimat Sejuk Diandra
Pesan Matahari
My Family is a Hunk of Diamond
Forgive Me, My Family
Tinta di Lembar Kosong
Keluargaku Adalah Anugrah Tuhan
Mutiara Tiada Tara
Is It Normal
In My Eyes and In My Parents Eyes
Jangan Pergi Ayah
Gadis Kecil Malaikatku
Hasan (Dibalik Liontin Kupu-Kupu)
Menerima
Emak Aku Rindu
Qamar, Putraku Sayang
Sekotak Warna [Based on True Story]
Aku Ingin Jadi Smartphone
Siapakah yang Salah?
About Us