Kontrasepsi jangka panjang lebih memuaskan dan lebih dapat mencegah kehamilan.
Hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Obstetrics and Gynecology pada September 2016 memaparkan, tingkat kepuasan yang dimiliki oleh para mama yang memilih kontrasepsi jangka panjang ternyata lebih tinggi dibandingkan yang memilih kontrasepsi jangka pendek, yaitu hingga 78%, Yang termasuk kontrasepsi jangka panjang, antara lain IUD (spiral) dan implan, sementara kontrasepsi jangka pendek, misalnya, pil. Selain itu, studi ini juga menyebutkan, penggunaan kontrasepsi jangka panjang lebih dapat mencegah kehamilan yang tidak terencana dibandingkan dengan kontrasepsi jangka pendek. Menurut ahli, segera setelah kontrasepsi jangka panjang dipasang akan dapat mencegah kehamilan hingga tiga tahun.
Kontrasepsi hormonal picu risiko depresi.
Risiko depresi dan penggunaan obat antidepresi dapat meningkat pada Mama yang menggunakan kontrasepsi hormonal, semisal, pil atau implan, demikian menurut riset yang dimuat di jurnal JAMA Psychiatry pada September 2016.
Ini cukup ironis, mengingat pil termasuk jenis kontrasepsi yang paling banyak 5 FAKTA Kontrasepsi Sebelum menentukan pilihan kontrasepsi pascamelahirkan, sebaiknya Mama simak dulu 5 fakta berikut ini.
Oleh: Irene J. Haris digunakan. Peneliti Dr. Oevind Lidegaard dari University of Copenhagen, Denmark, menduga adanya perubahan pada kadar estrogen dan progesteron—terutama yang terakhir—turut berperan dalam munculnya depresi. Jenis pil kontrasepsi kombinasi mengandung hormon estrogen dan progestin, yang merupakan bentuk sintetik dari hormon progesteron ataupun hormon progesteron itu sendiri. “Secara umum, estrogen dapat memperbaiki mood, sementara progesteron justru memperburuk mood. Mengingat kontrasepsi hormonal umumnya mengandung banyak progestogen atau progestin, tak heran jika ada kecenderungan mood dapat berubah dan mengarah pada depresi,” kata Dr. Lidegaard.
