Tampilkan di aplikasi

Mengatasi si “Picky Eater” tak perlu sepiring tapi sering

Tabloid NOVA - Edisi 1603
13 November 2018

Tabloid NOVA - Edisi 1603

Jika kita terus membujuk selama sebulan penuh si kecil agar mau makan brokoli, berarti ada yang salah pada diri kita. / Foto : ISTOCK

NOVA
Nagita Slavina sempat dibuat kewalahan—Rafatar Malik Ahmad anak semata wayangnya itu susah makan. “Dia juga pilihpilih makanan. Ada juga enggak mau makan, maunya susu aja. Bukan cuma enggak mau makan nasi, tapi semuanya. Apalagi lihat sayur, dia bisa histeris,” keluh artis cantik ini.

Sel anjutnya, Gigi—panggi lan akrab Nagita—pun sangat khawatir tumbuh kembang Rafatar jadi kurang optimal. Yang dialami Gigi tentu bukan sesuatu yang istimewa. Sebagian besar kita juga pasti pernah dan masih mengalami hal yang sama dengan kelakuan si kecil seperti itu.

Tapi, apa betul anak yang pemilih makanan (picky eater) pasti bakal jadi orang yang pemilih begitu dia dewasa? Belum tentu. Karena tak ada satu pun teori yang memastikan demikian. Menurut Tari Sanjojo, Psi., psikolog anak dari Sekolah Cikal, ketika anak pilihpilih makanan itu sebenarnya merupakan bagian dari tahapan perkembangan.

Hal ini biasa terjadi ketika anak sudah memasuki usia 2-3 tahun. “Karena sebetulnya kalau anak sudah mulai bilang tidak, atau memilih atau menolak pilihan yang di berikan pada dia, itu enggak buruk, itu sebenarnya merupakan pengembangan keterampilan kognitif yang luar biasa,” jelas Tari.

Namun, orangtua tentu tidak dapat membiarkan anak menjadi picky eater. Karena, anak di rentang usia itu—seperti kita tahu—justru perlu banyak bantuan. Selain si picky eater bisa kurang bagus asupan gizinya, dikuatirkan dia juga akan “..menjadi anak yang lebih sulit beradaptasi dengan hal-hal yang baru,” jelas Tari. Lantas apa yang harus kita lakukan kalau si kecil kesayangan menjadi picky eater?
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI