Kita pasti mau segala sesuatu yang menurut kita enak. Kue, masakan ibu, pelukan, sampai pujian. Meski dokter sudah memperingatkan untuk mengurangi sambal saat sedang sakit perut (misalnya), tetap saja kita akan nawar, “Duh, Dok. Tapi sambal, kan, enak.” Kita lemah terhadap sesuatu yang menyenangkan hati. Dilarang pun, alamiahnya kita akan mencari untuk lalu menikmatinya lagi. Sayang bukan begitu halnya dengan senyum dan tawa. Di masa sekarang ini, malah makin banyak orang yang berkubang lama dalam kesedihan (sampai buat rangkaian post segala di medsos).
Iya, iya, saya tahu. Besar kecilnya masalah setiap orang berbeda-beda ukurannya. Tapi sadarkah Sahabat NOVA bahwa dalam kondisi yang paling menyesakkan sekalipun, selalu ada kesempatan untuk tersenyum atau tertawa? Saya punya 1001 cerita soal bagaimana tawa terbukti jadi obat terbaik buat banyak “penyakit” alias masalah hidup.
Saat dulu merasa kecewa dan sakit hati karena diputusin pacar, misalnya. Nangis sih pasti pernah. Tapi, tertawa di tengah-tengah momen tadi juga pernah. Kesempatan itu datang saat sahabat-sahabat mengajak saya jalan-jalan atau sekedar mengobrol dan bertukar tebak-tebakan. Jadi memble setelah ditegur atasan? Itu juga pernah. Kadang malah sampai susah tidur karena kepikiran. Tapi dalam kondisi hati seperti itu, saya tidak akan menahan diri dari tertawa saat melihat foto-foto kucing lucu di Instagram.
Aneh? Enggak apa-apa, yang saya pahami dari diri ini adalah setiap ada kesempatan untuk tertawa, saya wajib memanfaatkannya (dan syukurlah ada banyak film komedi yang seru dan bagus!). Minimal demi ketenangan dan kewarasan diri. Komedi menghibur, tapi juga membantu kita melarikan diri dari sakitnya kesedihan dan kekecewaan. Hal-hal yang jelas tidak baik kalau kita berlama-lama di dalamnya.
Kalau membaca cerita bintang sampul kita, Enzy Storia, nampaknya dia sepakat dengan saya. Cara dia memancing tawa dalam hidupnya juga seru buat kita baca… dan coba! Ingat, ungkapan Laughter is the best medicine tidak jadi terkenal dan banyak dikutip orang tanpa sebab, lho. Jangan sampai kita jadi lupa betapa enaknya tertawa. Kalau kata geng Warkop, “Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.”
Salam hangat,
Indira Dhian Saraswaty