Menjadi peringkat pertama biasanya selalu membanggakan dan menggembirakan. Tapi, tidak begitu ketika kita tahu bahwa faktanya kanker payudara menduduki peringkat pertama terbanyak di Indonesia. Bahkan menjadi salah satu “penyumbang” kematian pertama. Padahal sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.
Berdasarkan data Globocan-Global Burden Cancer (agensi internasional yang sering mengadakan penelitian terkait kanker) tahun 2020 yang dikutip Kementerian Kesehatan, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 (16,6 persen) kasus, dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Sementara untuk total kematiannya mencapai lebih dari 22.000 jiwa. Yang bikin sedih, sekitar 70 persen penderita kanker payudara datang dan ketika sudah berada pada tahap lanjut. Padahal, risiko kanker payudara sangat bisa dikurangi dan dideteksi di tahap awal, sehingga risiko kematiannya bisa ditekan.
Asal tahu saja, sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan ketika kita rutin melakukan deteksi dini dan tentunya menghindari faktor risiko kanker. Nah, untuk kanker payudara kita bisa mendeteksi lewat dua cara, pertama dengan rutin melakukan teknik pemeriksaan mandiri yakni SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan melakukan pemeriksaan mamografi.
Mamografi memang bukan hal baru, tapi banyak perempuan yang belum mengenal apalagi paham tentang pemeriksaan mamografi ini. Padahal, bagi Anda yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara khususnya, pemeriksaan ini bisa membantu meminimalkan risiko kematian akibat kanker payudara. Memang seberapa efektif? Bagaimana jika tak punya riwayat kanker payudara, perlu cek juga?
