Pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang, tampaknya akan membuat situasi dan kondisi politik di tahun 2023 kian memanas. Sebagai warga Indonesia, kita pun harus bersiap mendapat gempuran kampanye dari para partai politik.
Meski begitu, ada baiknya kita menyikapi tahun politik dengan bijaksana. Pasalnya sebagai masyarakat, kita mempunyai peran penting untuk membawa bangsa kita menuju demokrasi cerdas.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengungkapkan, ada kecenderungan radikalisme akan meningkat saat tahun politik, terlebih menjelang pemilu.
“Situasi internal kita juga perlu aware. Dinamika politik dan potensi radikalisme akibat politik identitas. Survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020, potensi radikalisme 14 persen,” jelas Moeldoko.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini menambahkan bahwa hal tersebut perlu disampaikan kepada masyarakat agar kita semua memiliki kesadaran. Sementara itu, penyampaian terhadap risiko meningkatnya radikalisme memiliki standar tersendiri, sehingga tidak mungkin pemerintah asal-asalan memberikan label tersebut.
Hindari Benturan Ketika pemilihan presiden atau pergantian pemerintahan tengah berlangsung, munculnya beragam perbedaan merupakan suatu hal yang lumrah. Namun Beby Djenar, peramal tarot, memprediksi bahwa meski banyak perbedaan serta pertarungan, orangorang yang duduk di bangku pemerintahan sejatinya memiliki tujuan yang sama, yakni demi kemakmuran bangsa dan negara.
“Konflik-konflik panas bisa saja terjadi di tahun 2023, tapi saya melihat pemerintah lebih cepat tanggap untuk meminimalkan pro dan kontra yang akan mewarnai tahun 2023 nanti,” ungkap Beby.
Selaras dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo turut mengajak seluruh masyarakat menjaga stabilitas politik, agar tidak menimbulkan gesekan hingga adu domba. Pak Presiden juga memberikan petuah agar situasi politik bisa tetap tenang.
