Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pendobrak Kebohongan

Wikileaks dan Julian Assange

1 Pembaca
Rp 43.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 129.000 13%
Rp 37.267 /orang
Rp 111.800

5 Pembaca
Rp 215.000 20%
Rp 34.400 /orang
Rp 172.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Telah terjadi sebuah peristiwa bersejarah dalam jagat politik dunia. Kisah tentang para peretas (hacker) dan pejuang kebebasan informasi publik yang tergabung dalam WikiLeaks digambarkan dalam buku ini sebagai kekuatan baru yang bisa jadi akan mempengaruhi tatanan dunia baru yang dicita-citakan bersama. Rahasia-rahasia intelijen dibongkar dan dipublikasikan. Wajah Amerika Serikat tertampar karena ditelanjangi habis-habisan sehingga masyarakat jadi tahu bagaimana Negeri Paman Sam itu melakukan tindakan-tindakan anti-demokrasi, dan agenda-agenda jahat pun terkuak.

Boleh dikata, WikiLeaks adalah pendobrak kebohongan dan pahlawan kebebasan informasi publik yang sekarang ini juga tengah diperjuangkan masyarakat sipil di Indonesia. Buku ini menggambarkan kiprah berikut sepak-terjang WikiLeaks dan Julian Assange dalam menguak dan mengungkap berbagai informasi sangat penting dan juga dokumen-dokumen rahasia yang disembunyikan, yang seringkali menjadi penentu tatanan politik global yang jarang kita ketahui lantaran menjadi agenda terselubung.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Happy Nur Widiamoko
Editor: Mathori A Elwa

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023503704
Terbit: Juni 2017 , 253 Halaman










Ikhtisar

Telah terjadi sebuah peristiwa bersejarah dalam jagat politik dunia. Kisah tentang para peretas (hacker) dan pejuang kebebasan informasi publik yang tergabung dalam WikiLeaks digambarkan dalam buku ini sebagai kekuatan baru yang bisa jadi akan mempengaruhi tatanan dunia baru yang dicita-citakan bersama. Rahasia-rahasia intelijen dibongkar dan dipublikasikan. Wajah Amerika Serikat tertampar karena ditelanjangi habis-habisan sehingga masyarakat jadi tahu bagaimana Negeri Paman Sam itu melakukan tindakan-tindakan anti-demokrasi, dan agenda-agenda jahat pun terkuak.

Boleh dikata, WikiLeaks adalah pendobrak kebohongan dan pahlawan kebebasan informasi publik yang sekarang ini juga tengah diperjuangkan masyarakat sipil di Indonesia. Buku ini menggambarkan kiprah berikut sepak-terjang WikiLeaks dan Julian Assange dalam menguak dan mengungkap berbagai informasi sangat penting dan juga dokumen-dokumen rahasia yang disembunyikan, yang seringkali menjadi penentu tatanan politik global yang jarang kita ketahui lantaran menjadi agenda terselubung.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar Penulis
Rasa terimakasih pada Sang Pencipta, akhirnya buku ini ditakdirkan untuk selesai juga. Sebuah karya memang akan terus mengada untuk menegaskan keberadaan Sang Pencipta. Dan Sang Pencipta selalu membuat sesuatu dengan suatu alasan.

Buku ini juga lahir karena suatu alasan. Yang utama adalah mencoba mengawasi kehidupan yang sedang berubah. Situasi dunia yang terus bergerak seiring perubahan waktu. Apa yang akan kita persembahkan untuk mengetahui perubahan itu adalah dengan melihat bagaimana terjadi goncangan-goncangan, baik yang besar atau yang kecil. Konstelasi dunia sedang mengarah pada suatu yang sulit diramalkan, tetapi setidaknya akan begitu mudah untuk meramalkan arah-arahnya.

Sekarang adalah era di mana siapa yang menguasai informasi dialah yang berkuasa. Perang intelijen ternyata terus berlanjut. Intrik-intrik terus terjadi, sayangnya tidak begitu banyak diketahui. Yang meraih kekuasaan yang sangat besar berkata dalam batin: “I Watch You!”, dan terus saja berjanji akan memenuhi nafsu kekuasaannya.

Dan diam-diam kita telah diintai oleh kekuatan besar yang menyusun agenda demi kepentingannya sendiri.

Ketika mereka berusaha merasuk sedemikian jauh, dengan memasang agen-agen dan memasang teknologi canggih yang mampu memantau kita, tanpa sadar kita pun diintai dan mereka tahu bagaimana kondisi kita, keputusasaan-keputusasaan dan harapan-harapan kita yang mereka tertawakan. Dan kita kian terlena, tidak tahu bahwa mereka banyak tahu tentang kita dan akan membentuk kita dalam kontrol mereka.

Untungnya ada juga pihak yang menginginkan keterbukaan dan berharap agar tidak ada kasak-kusuk atau “rahasia-rahasiaan”. Dan untung juga teknologi informasi (TI) juga semakin maju, menembus batas jarak dan waktu. Internet adalah ruang publik yang paling demokratis, yang tampaknya sulit dibatasi. Inilah alat kita untuk berkomunikasi meskipun kita berada pada jarak yang cukup jauh.

Tapi harus ada orang atau kelompok yang berani agar ruang publik itu benar-benar menyuguhkan informasi yang nyata dan tak dipilih dulu oleh pihak yang punya agenda sempit. Betapa kita menyadari bahwa informasi itu penting agar kita bisa mengambil keputusan dan menilai sesuatu.

Keberanian itu ditunjukkan secara nyata oleh Julian Assange dan WikiLeaks yang telah beritikad untuk merevolusi dunia. Bukan dengan ideologi Kanan atau Kiri, tetapi dari suatu hal yang nyata. Bagaimana mungkin kita bisa mengubah dengan ideologi jika ia justru menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi, menyaring informasi untuk menggalang kekuatan dan memperbesar ilusi masyarakat.

Yang realistis adalah menguasai apa yang paling penting untuk dikuasai, suatu kekuatan yang tampaknya akan menjernihkan pikiran manusia: teknologi informasi yang menyuguhkan apa saja dan yang tidak memilih-milih apa yang harus disajikan (sebagai informasi) untuk membentuk citra dan menutup-nutupi boroknya.

Menguasai teknologi informasi dan digabungkan dengan kemampuan intelijen, itulah yang dimiliki oleh WikiLeaks yang terdiri dari anak-anak muda yang punya cita-cita untuk mewujudkan keterbukaan informasi, tanpa sensor, dan tanpa hambatan apa pun. Di dunia ini, hak untuk mendapatkan informasi merupakan bagian dari HAM (Hak Asasi Manusia).

Di Amerika Serikat (AS), kebebasan mendapatkan informasi dan menyebarkan informasi dijamin dalam ‘First Amendment’, di negara-negara Barat lainnya juga demikian. (Beruntung juga kita sudah punya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) No. 14 Tahun 2008 yang semangatnya juga sama—meskipun masih terganjal oleh budaya dan tatanan politik yang ada).

Luar biasa anak-anak muda itu; mereka membenci ketertutupan informasi dan melakukan tindakan nyata dengan kemampuannya yang juga luar biasa. Mereka berani membobol informasi yang disembunyikan dan membocorkannya ke publik (masyarakat). Karena itulah mereka menamakan diri WikiLeaks. Kata “Leaks” berarti “bocor” dan kata kerjanya “membocorkan”. Pekerjaan mereka adalah mencuri informasi yang rahasia untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi di balik kejadian sehari-hari yang kita alami tetapi yang kita tidak tahu sebab sebenarnya.

Bagaimana anak-anak muda ini bisa menjebol informasi yang begitu rahasia dan dokumen-dokumen penting yang hanya boleh diketahui segelintir pihak tertentu lalu membocorkannya dengan cara mempublikasikannya lewat situsnya? Tentu anak-anak muda ini sangat cerdas (super-cerdas). Mereka adalah para hacker yang awalnya berkumpul dan menyepakati apa yang bisa dilakukan bersama-sama untuk menguak dominasi.

Dan mereka punya visi yang pasti: kebebasan informasi, agar informasi yang disembunyikan dapat terpublikasi. Dari anak-anak muda yang cerdas dan mampu mengoperasikan teknologi informasi yang sangat luar biasa itulah, kemudian informasi-informasi tentang tindakan politik dunia dan berbagai negara dibocorkan pada masyarakat. Publik dunia terhenyak, ternyata begitulah yang sebenarnya terjadi.

Sejumlah bocoran membuat kita semua jengkel, misalnya pada ulah Amerika Serikat (AS) yang ternyatasedemikian rupa menekan dan merayu negara-negara lain agar ikut agendanya. Para aktivis lingkungan pasti marah setelah tahu bahwa AS memata-matai, mendikte, dan setengah menyogok berbagai negara agar kepentingannya dalam pertemuan negara-negara sedunia mengenai perubahan iklim AS memenangkan agendanya. Juga mereka jengkel dengan bagaimana tentara AS di Irak dan Afghanistan bukan hanya ngawur, hingga wartawan ditembaki gara-gara kamera yang dibawanya dikira senjata. Bocornya kawat diplomatik AS oleh WikiLeaks membuka mata dunia tentang bagaimana dia benar-benar memperlakukan negara-negara lain sebagai “antek” dan “sekutu” yang celakanya justru tak mempedulikan rakyatnya.

Masyarakat di negara-negara Ketiga juga kaget dengan berbagai berita yang terbongkar melalui kerjakerja para aktivis WikiLeaks, karena tidak menyangka. Tetapi juga ada fakta bahwa bocoran yang dipublikasikan justru mempertegas dugaan dan anggapan awal.

Sebagai warga negara Indonesia, saya tidak terlalu kaget bahwa AS akan terus saja mencengkeram negaranegara Ketiga, termasuk Indonesia. Dengan bocoran WikiLeaks, saya justru kian yakin bahwa pemerintahan Indonesia dan kekuatan politik yang ada akan tetap berwatak oportunis dan selalu butuh pertolongan AS dan modal asing. Sebelum WikiLeaks membocorkan, saya dan kawan aktivis pasti tahu, misalnya, kasus Teluk Buyat berhenti karena persekongkolan modal asing dengan pemerintah. Dan berbagai informasi lain dari bocoran WikiLeaks semakin meyakinkan bahwa ada yang tidak beres dalam kehidupan ini yang disembunyikan.

Yang barangkali penting dari kasus WikiLeaks adalah sesuatu yang secara pribadi bagi saya membuka mata: bahwa upaya untuk mengubah sesuatu itu butuh kecerdasan teknis, yaitu kemampuan menguasai teknologi. Dalam hal ini, teknologi informasi (TI) merupakan suatu kekuatan yang harus dipunyai oleh semua aktivis yang ingin bicara keadilan dan demokrasi. Para aktivis WikiLeaks yang bergerak atas landasan idealisme untuk mewujudkan informasi tanpa sensor benar-benar diwujudkan dengan cara meningkatkan kecanggihan dalam dunia teknologi informasi dan intelijen.

Atas dasar ketertarikan dan kekaguman pada para aktivis itulah, akhirnya buku ini dengan sekuat tenaga saya susun dan akhirnya dapat terselesaikan. Saya ingin mengucapkan terimakasih pada orang-orang yang membantu terlaksananya pembuatan karya ini, kedua orangtua saya yang senantiasa memberikan doa terbaik, Kakanda Eny Widyaningsih, Adinda Tri Afrian Efendi, bunda Erna dan Ananda Vito atas kehangatannya sehingga Penulis bisa menyelesaikan tulisan ini, tidak lupa juga kawan-kawan penulis yang menjadi lawan diskusi: Nurani Soyomukti, Ilham Saban alias icuk, PNS Bejo dan Jay Killic, yang tak lelah menemani penulis untuk menyelesaikan tulisan ini, serta kawan-kawan lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, saya sampaikan banyak-banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran membangun akan senantiasa penulis hargai setulusnya.

Terimakasih
Maguwoharjo-Rambipuji, Desember 2010
Penulis

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar penulis
Daftar isi
WikiLeaks mengguncang dunia
     WikiLeaks = “Media baru”
     Profil WikiLeak dan Julian Assange
          Skandal Seksual Assange?
          Kerja WikiLeaks
          Sumber Dana WikiLeaks
          Manajemen Situs dan Editorial Publikasi
          Status Hukum dan Reaksi terhadap WikiLeaks
     Reaksi Amerika Serikat
     Reaksi terhadap WikiLeaks
     Openleaks : Saingan WikiLeaks?
Filosofi WikiLeaks, Demokrasi dan Keterbukaan Informasi
     WikiLeaks vs Intelijen?
     WikiLeaks vs media konvensional
     Perjjuangan informasi dan kebenaran
Bocornya Informasi Rahasia
     Kenapa informasi bisa bocor?
     WikiLeaks disuplai Mossad? WikiLeaks bagian dari Zionisme?
     Rilis informasi rahasia, membocorkan yang disembunyikan
          Desember 2006: Radikalisme Islam di Somalia danPerang AS
          Agustus 2007: Korupsi di Kenya
          November 2007: Pelanggaran di TahananGuantanamo
          Februari 2008: Tindakan Ilegal di Bank Swis
          Maret 2008: Kompilasi Injil tentang Scientologi
          September 2008: Surat Elektronik Sarah Palin
          November 2008: tentang Partani Nasinal Inggris(BNP)
          Januari 2009: Skandal Minyak di Peru
          Februari 2009: Bank Barclays MenyumbangKampanye Senat
          Juli 2009: Nuklir Iran
          September 2009: Kaupthing Bank
          Oktober 2009: Upaya Inggris Mencegah Kebocoran Dokumen oleh WikiLeaks
          November 2009: Peristiwa 11 September
          November 2010: AS dan Sekutunya Soal Nuklir Iran
     Bocoran tentang kebijakan perang AAS di Irak dan Afghanistan
     Bocoran kabel diplomatik Amerika serikat
     Kebocoran informasi kejahatan AS soal perubahan iklim
     Kebocoran informasi tentang ulah korporasi bisnis
Dukungan dan Pembelaan untuk WikiLeaks danJulian Assange
WikiLeaks dan Indonesia
     Masih kuatnya orde baru
     Beberapa bocoran penting soal Indonesia
          Kasus Wiranto
          Kasus Newmont
          Tujuan Amerika
          Elit Indonesia Masuk “Daftar Hitam”
          Amerika Soal Terorisme di Indonesia
          Kasus Islam di Indonesia
          Kasus Pemilu 2009
          Kasus Namru-2
          Pemikiran Amerika terhadap Indonesia
          Politik Hubungan Kerjasama Militer Amerika-Indonesia
          Amerika, Cina, dan Indonesia
          Kasus Pembunuhan Munir
          Kasus Kopassus dan Kunjungan Obama 2010
          KPK Juga Diamati Amerika Serikat
          Pak Beye vs WikiLeaks
Indeks
Daftar Pustaka