Pembangunan sirkuit Jeddah rampung hanya dalam waktu tujuh bulan saja. Di sini, untuk pertama kalinya juga digelar balap F1. Hal lain yang jadi sejarah bagi Arab Saudi yakni izin bagi perempuan untuk mengikuti balap. Namun, untuk gelaran F1 tersebut (5/12) belum ada perempuan asal Negeri Gurun Pasir tersebut yang ikut. Meski demikian, tetap menyuguhkan sesuatu hal yang sangat berbeda.
Mari bahas kalau F1 Arab Saudi ini merupakan dua ronde terakhir dalam penentuan gelar juara dunia. Tak heran kalau pihak yang berseteru, Max Verstappen (Red Bull Racing Honda) dan Lewis Hamilton (Mercedes AMG Petronas) sudah memanas sejak awal lomba. Selama 12 lap awal, Hamilton mendominasi posisi pertama dengan dikawal rekan setimnya, Valtteri bottas yang menahan Verstappen. Team order ini jelas guna menguntungkan Hamilton untuk jadi pemenang dan naik ke puncak klasemen.
Salah Strategi. Ketiga pembalap ini tidak saling geser posisi sampai di lap 12, saat Mick Schumacher (HAAS F1 Team) mengalami kecelakaan. Kerusakan mobil berdampak pada evakuasi yang cukup lama, sehingga semua pembalap masuk pit untuk mengganti ban. Namun tidak dengan ‘Mad Max’ yang tetap di sirkuit untuk naik ke posisi pertama. Ternyata keberuntungan tak berpihak padanya. Evakuasi yang panjang membuat balapan dimulai ulang pada lap ke-14.
Sebelum red flag, Verstappen tetap di posisi ketiga sehingga usahanya untuk tetap di lintasan menjadi sia-sia. Begitu restart, Nikita Mazepin, George Russell, dan Sergio Perez bertabrakan membuat bendera merah berkibar lagi. “Kami meminta Verstappen tetap di depan, untuk menjaga posisi. Kami tidak mengira evakuasi berjalan cukup lama hingga keputusan standing start pun dilakukan dengan posisi grid diambil dari lap ke-11. Jelas sebuah kesalahan dari kami,” tutur Christian Horner, Pimpinan Tim Red Bull Racing.
