Pabrikan Eropa seperti Ducati, Aprilia, dan KTM tidak mendapatkan konsesi seperti Yamaha dan Honda. Alhasil tes pramusim di sirkuit Sepang, Malaysia (6-8/2) dimaksimalkan dengan sangat baik. Selama tiga hari tes, para motor-motor Eropa tersebut tidak mengubah banyak pada sektor mesin karena dinilai sudah cukup sempurna pada versi tahun lalu.
Namun mereka menguji maksimal faktor aerodinamika yang akan mereka pastikan dipakai sepanjang 2024 karena tidak diperbolehkan mengganti atau menambah model sayap pada motornya selama musim berjalan. Alhasil semuanya pun diuji seperti Aprilia yang menggunakan metode dari F1 dengan memakai aero rake di Aprilia RS-GP untuk menganalisa aliran udara.
Aero rake adalah metode yang lumrah di F1, tetapi menjadi metode baru di MotoGP yang memang fokus pada aerodinamika dalam beberapa tahun terakhir. Massimo Rivola, CEO Aprilia Racing yang notabene mantan Insinyur di Scuderia Ferrari F1 Team memang benar-benar menerapkan ilmu dari F1 ke MotoGP.
Dia tidak sekadar ingin menciptakan aerodinamika yang ideal bagi performa Aprilia RS-GP, tetapi membuat aliran udara bisa menguntungkannya. “Kami mencoba untuk menciptakan dirty air yang bisa membuat gangguan aliran udara, sehingga pembalap di belakang sulit untuk mendahului dengan cara slipstreaming,” Rivola menjelaskan.
Karena dirty air ini berpusat pada ekor motor, sehingga Aprilia mengubah total bentuk bagian untuk menunjang bentuk aerodinamika yang diinginkan. Namun harus diingat bukan hanya Aprilia yang punya sosok paham akan aerodinamika dari F1, tetapi juga KTM yang dibantu skuat teknisi Red Bull Racing F1. KTM memang dikabarkan punya tim dari asuhan Adrian Newy, Ahli Aerodinamika Red Bull Racing F1.
