Tampilkan di aplikasi

Agroekologi, solusi pertanian masa depan

Majalah Peluang - Edisi 105
3 Desember 2018

Majalah Peluang - Edisi 105

Gerakan agroekologi sebenarnya sudah mulai muncul di Indonesia sejak awal 2000-an.

Peluang
Agroekologi memiliki kemampuan menghasilkan produksi pertanian lebih tinggi dibanding pola pertanian konvensional. Bahkan bisa menjadi solusi pertanian pada masa mendatang. Namun, agroekologi masih belum mendapat perhatian dan dukungan, baik dari akademisi maupun pemerintah. Demikian dikatakan Kepala Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB), Suryo Wiyono.

“Sejumlah riset di lapangan membuktikan bahwa agroekologi mampu menjawab tantangan pertumbuhan penduduk,” kata Suryo dalam diskusi bertajuk Strategi Mengarustamakan Agroekologi yang digagas Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) di Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/11). Prinsip dasar dari agroekologi, kata Suryo, adalah pola pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pola ini, kata dia, tetap mengadopsi teknologi dalam pola budidaya. “Kami sudah melakukan uji coba di Cepu pada padi. Begitu juga di Klaten. Hasilnya ternyata luar biasa. Pola agroekologi bisa sampai 13 ton (per hektare),” ujar Suryo. Pendapat senada disampaikan Lily Batara dari KRKP. Hasil penelitian tesisnya menunjukkan, agroekologi mampu memproduksi lebih baik dibanding pertanian konvensional.

Pola pertanian konvensional merujuk pada penggunaan bahan-bahan kimiawi, seperti pestisida dan pupuk yang berpotensi merusak ekosistem lingkungan. “Tesis saya membuktikan itu. Penerapan agroekologi di Sumatera Barat menghasilkan produksi (padi) yang tinggi. Bisa 11 ton per hektare,” kata Lily. Dia tak lupa menginformasikan bahwa gerakan agroekologi ini sebenarnya sudah mulai muncul di Indonesia sejak awal 2000-an.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI