Tampilkan di aplikasi

Buku Peneleh hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Konspira(kuntan)si 2 Sebuah Novel

1 Pembaca
Rp 137.500 15%
Rp 116.875

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 350.625 13%
Rp 101.292 /orang
Rp 303.875

5 Pembaca
Rp 584.375 20%
Rp 93.500 /orang
Rp 467.500

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini sangat penting untuk memudahkan pembaca menelusuri sejarah akuntansi dan perkembangannya kiwari. Tatkala dituliskan dalam format yang tak rumit ala fiksi begini, maka sekuel lanjutan yang kini di tangan pembaca adalah sebuah keniscayaan.

Bahkan kalau perlu, serialnya hingga berjilid-jilid ala Lupus-nya Hilman Hariwijaya. Untuk apa memamah novel ini? Generasi penerus (ilmu) akuntansi tidak boleh menjadi jumud. Bahwa kebenaran akuntansi yang sedang dipraktikkan sejatinya bukanlah kebenaran jika bertentangan dengan nilai kebenaran paripurna yang diyakini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ari Kamayanti
Editor: Aji Dedi Mulawarman / Achdiar Redy Setiawan

Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786236366295
Terbit: April 2022 , 285 Halaman










Ikhtisar

Buku ini sangat penting untuk memudahkan pembaca menelusuri sejarah akuntansi dan perkembangannya kiwari. Tatkala dituliskan dalam format yang tak rumit ala fiksi begini, maka sekuel lanjutan yang kini di tangan pembaca adalah sebuah keniscayaan.

Bahkan kalau perlu, serialnya hingga berjilid-jilid ala Lupus-nya Hilman Hariwijaya. Untuk apa memamah novel ini? Generasi penerus (ilmu) akuntansi tidak boleh menjadi jumud. Bahwa kebenaran akuntansi yang sedang dipraktikkan sejatinya bukanlah kebenaran jika bertentangan dengan nilai kebenaran paripurna yang diyakini.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar editor
Apa itu Akuntansi?" "Apa itu Ilmu Akuntansi?" "Apa tujuan (ber)- akuntansi?" Pertanyaan-pertanyaan serupa itu saya dapatkan dan diskusikan ketika duduk di bangku kuliah S1 Akuntansi Brawijaya awal 2000-an. Nama mata kuliahnya adalah Teori Akuntansi. Biasanya diletakkan di semester 6 atau 7 dalam kurikulum tingkat sarjana.

Lalu bertebaranlah ragam definisinya di seluruh muatan pelajarannya sepanjang semester itu. Akuntansi adalah seni. Akuntansi adalah bahasa (bisnis). Akuntansi adalah alat atau teknologi. Seturut itu, bertebaranlah konsep, postulat, asumsi dan deretan "teori" yang mendasari adanya (dan perlunya) akuntansi terus diajarkan dan dipraktikkan. Seluruhnya adalah ideologi yang ditanamkan, untuk tidak mengatakan dicekokkan (dengan paksa) bahwa akuntansi itu penting!

Peletakan mata kuliah ini di semester akhir mengonfirmasi bahwa seluruh (ilmu) akuntansi yang diajarkan di semester sebelumnya dalam buku-buku teks akuntansi itu adalah benar. Akuntansi yang terstandar internasional adalah maha benar. Substansi International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah yang mayoritas diajarkan sejak Pengantar Akuntansi, Intermediate Accounting dan Akuntansi Lanjutan. Pun juga mata kuliah turunannya: Sistem Informasi, Pengauditan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen dst. Sebagian besar, untuk tidak mengatakan seluruhnya, beraroma bias ruang dan waktu akuntansi nun jauh di sana. Tak mengherankan, buku babonnya pun berbahasa Inggris. Saya akrab sekali dengan Fess & Warren, Kieso & Weygandt, Hongren, Williamson dan lainnya (yang dari namanya tak satupun berasal dari negeri kita) dalam buku yang dijejalkan selama perkuliahan. Meminjam slogan (tagline) salah satu jenama air berkarbonasi, akuntansi "bisa (diminum) kapan saja, di mana saja".

Globalisasi atau internasionalisasi telah membawa akuntansi menjadi bahasa tunggal dalam dunia bisnis seantero muka bumi. Ya, itulah satu-satunya kebenaran (akuntansi). Tak ada lagi wacana akuntansi sebagai seni (yang personal dan subjektif). Tidak (di)muncul(kan) lagi ragam akuntansi sebagai turunan budaya, cerminan karakter lokalitas dan sejenisnya. Kalaupun ada, hal semacam itu hanya jadi teriakan-teriakan kaum periferal yang tak dianggap penting. Celakanya, (Akuntansi) Indonesia juga berada pada pusaran yang sama dengan arus penyeragaman itu.

Pertanyaannya kemudian, ketika praktik (ilmu) akuntansi berwajah tunggal, apakah nilai-nilai yang mendasarinya telah selaras dengan nilai yang diyakini alias diimani akuntan-nya? Di sinilah pertentangan (kebatinan) dimulai. Atas nama asumsi positivisme yang dikampanyekan sebagai paradigma paling berterima umum, pengembangan akuntansi diarahkan di atas jargon bebas nilai (value free), objektif, dapat digeneralisasi dst. Ada nilai-nilai universal yang mesti dirujuk dan “diimani” semua akuntan(si) seluruh jagad raya.

Setelah dibedah mendalam, kebenaran tunggal akuntansi itu berwajah menyeramkan. Pun dalam diskursus yang juga berlangsung di Barat, tempat benih akuntansi global, ragam pertanyaan dan kritisisme juga menyembul kuat. Di balik jargon bebas nilai itu, akuntansi ala IFRS (beserta segala derivasinya yang diadopsi pelbagai negeri) sarat dengan nilai-nilai yang sejatinya berlawanan dengan sebagian besar keyakinan sejati kita.

Jika dirunut, beberapa isme berikut menjadi “iman” akuntansi dunia: Materialisme, Egosentrisme, Rasionalisme, Sekularisme (MERS).

Saya kerap mengaronimkannya sebagai Virus MERS. Kenapa virus? Sebab jika ditelaah lebih jernih, barisan isme yang bersemayam di balik praktik akuntansi satu-satunya yang sedang dikampanyekan itu mengandung nilai (value) yang sejatinya tidak sesuai dan bisa membunuh fitrah kemanusiaan kita. Kita sebagai makhluk beragama. Pun juga kita sebagai bangsa yang berbudaya khas.

Dalam isme-isme yang menyeruak itu, Tuhan tidak mendapat tempat yang seharusnya sebagai Causa Prima. Agama adalah urusan sakral yang hanya perlu hidup di tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, kuil dan vihara. Pun juga nilai-nilai kearifan budaya lokal yang selama ini berserakan menjadi tak penting dilestarikan. Di hadapan produk budaya global (termasuk akuntansi), universalisme nilai itulah yang penting hidup dan dihidupkan.

Kungkungan realitas inilah yang kemudian membawa seorang Ari Kamayanti senantiasa resah sebagai akuntan (pendidik). Konspira- (kuntan)si adalah hidangan lezat bagi jiwa-jiwa yang hanif (selalu mencari kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan). Serial buku ini akan menggiring pembacanya mengendapkan kembali, apa itu akuntansi? Kenapa kita harus ber-akuntansi? Bagaimana kita memaknai dan mengonstruksi akuntansi yang semestinya? Dengan gaya tulisannya yang lincah, buku ini ditulis Mbak Mona, demikian saya karib menyapanya, dalam bab-bab ala novel yang memuda. Perkawanannya yang akrab dengan generasi milenial 10-20 tahun di bawahnya telah menjadikan Konspira(kuntan)si ini novel yang legit. Karakter yang dihidupkan dalam diri tiga sahabat karib: Arsyad, Niana dan Holan sungguh memikat ketika membincang hal ikhwal akuntansi yang sedang dipelajarinya.

Editor

Aji Dedi Mulawarman - Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam atau FORDEBI adalah wadah bagi dosen dan perguruan tinggi di Indonesia untuk bekerja sama mengembangkan kurikulum, SDM, dan riset di bidang ekonomi, manajemen, dan akuntansi syariah.

Daftar Isi

Sampul
Pengantar Editor
Daftar Isi
Pertemuan
Gendis
Budaya dan Agama
Parsial atau Utuh?
Bukan Hanya Arsyad
Rencana Bersama
Sembilan
Self-FulFilling Prophecies
Pulang
Menyusup
Akuntansi Tak Lagi Netral
Masih Adakah Manusia Ikhlas?
Terlalu Banyak Kejutan
Konfirmasi
Machievelli versus Yudhistira
Sa
Tidak ada yang Gratis
Hilang
Ramajaya
Berstrategi
Apa Jawabannya?
Relevan dan Andal
Prabu Puntadewa Memanggil
Operasi Sengkuni
Akuisisi adalah Kekuasaaan
Efifiensi itu Jahat
Dunia Lain Ramajaya
Islam Kapitalis
Beri Aku Waktu
Memenuhi Panggilan Puntadewa
Catatan Pembaca
Tentang Penulis