Beberapa dampak dari perubahan iklim sejatinya telah diantisipasi dengan baik oleh Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) berbasis nuklir dapat dipergunakan untuk memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
“Melalui analisis Isotop alam C14 yang ada di terumbu karang, bisa ditentukan sejarah perubahan temperatur di samudera yang menunjukkan sifat dari perubahan iklim,” kata Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan pada PORTONEWS, Senin (21/12/2020). Iptek nuklir juga dapat memprediksi bagaimana pola perubahan iklim di masa datang.
Di sisi lain, tambah Anhar, BATAN juga tengah mengupayakan varietas unggul beberapa tanaman pangan agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. “Keunggulan yang dimaksudkan adalah yang mampu bertahan pada cuaca ekstrim,” katanya. Sementara untuk memitigasi, khusus dalam hal pembangkitan energi, pihaknya menyarankan untuk mempertimbangkan PLTN sebagai salah satu pembangkit listrik, sejalan dengan kebijakan energi nasional untuk peningkatan kontribusi energi baru dan terbarukan (EBT). “Nuklir bukan kompetitor energi terbarukan seperti energi surya dan angin, tapi komplementer,” tandas Anhar.
Jamak diketahui, Bill Gates, Bapak Microsoft, menyebutkan bahwa salah satu kontributor utama penyebab terjadinya perubahan iklim bukan berasal dari kendaraan bermotor dan bahan bakar. Melainkan dari bahan baku untuk pembuat gedung atau bangunan. Bahan baku yang dimaksud adalah semen dan baja. Jadi, musuh utama perubahan iklim bukan kendaraan bermotor.
“Kita tidak memiliki cara membuat semen tanpa mengeluarkan emisi cukup besar,” kata Gates. Meskipun manusia sudah mulai mengubah perilaku untuk mencegah dampak kerusakan lingkungan yang lebih parah, ditambah solusi dari teknologi, menurut Gates itu saja tidak cukup. Oleh sebab itu, lanjut Gates, mutlak dibutuhkan inovasi.
