Ikhtisar
Menikah, sejatinya adalah ibadah yang paling lama, paling menguras energi, pikiran dan kesabaran. Namun, dalam menikah juga, banyak sekali ranum pahala yang bisa dipetik manakala mampu melewati ujian demi ujian yang menyertai perjalanan suami istri. Maka, buku ini adalah secuplik romansa antara dua pasangan muda yang sedang berjuang melakoni seni pernikahan. Bukan kisah heroik atau over romantis, tapi kisah yang dikukuhkan agar rekam jejak perjuangan manis mereka tak tergerus oleh waktu. Menulis kisah rumah tangga adalah hal yang perlu dilakukan, baik itu dipublikasikan dalam bentuk buku atau sekedar dicoret dalam diary, sebagai pengingat dan penguat keyakinan saat mengalami kebimbangan di masa depan, bahwa kita pernah dihadang getir, ombak, badai namun kita ternyata berhasil menaklukan itu semua.
Ulasan Editorial
Gaya berceritanya sangat lugas dan mengalir. Membuat saya seolah turut hadir dalam keseharian mereka. Berbagai kisah & dialog dalam buku ini mengantarkan kesadaran pembacanya. Bahwa di tiap gelak tawa dan air mata, selalu tersisip senyum-cinta dalam berumah tangga. Sebuah memoar apik, tentang perjalanan menggapai sempurna dalam ketidaksempurnaan. Wabi Sabi!
Analis Ekonomi di Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
/
Ragil Misas Fuadi
Pendahuluan / Prolog
Pengantar
Menikah, sejatinya adalah ibadah yang paling lama, paling menguras energi, pikiran dan kesabaran. Namun, dalam menikah juga, banyak sekali ranum pahala yang bisa dipetik manakala mampu melewati ujian demi ujian yang menyertai perjalanan suami istri.
Maka, buku ini adalah secuplik romansa antara dua pasangan muda yang sedang berjuang melakoni seni pernikahan.
Bukan kisah heroik atau over romantis, tapi kisah yang dikukuhkan agar rekam jejak perjuangan manis mereka tak tergerus oleh waktu.
Penulis
Nisa Adelia - Nisa Adelia, seorang Ibu Rumah Tangga, Istri dan selebihnya bekerja kantoran sebagai Pustakawan Jaringan Dokumen dan Informasi Hukum di Bagian Hukum Setda Kabupaten Magelang.
Editor
Dicki Agus Nugroho - Laki-laki kelahiran Sukoharjo 5 Agustus 1991 ini merupakan seorang pembelajar melalui menulis yang merangkum capaian diri di blog untid.academia.edu/dickiagusnugroho/. Tercatat sebagai Alumni S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro di Semarang.
Daftar Isi
Sampul Depan
Halaman Sampul
Penerbit Pustaka Rumah C1nta
Hak Cipta
RASA RUMAH TANGGA
KATA PENGANTAR
ENDORSMENT
PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
Percakapan Sederhana
Teman Bicara
Kemana?
Indekos
Aras
Rumah
Selaksa Rindu
Dua Tahun Bersama Dia
Menjadi Pustakawan dan Istri Pustakawan
Catatan
Memasak
Balik Modal
Sepeda Motor
Bingkai
Tanaman
Ketika Aku dan Dia Dipersatukan
Pertemuan Kita di Margonda
Formulir
Libatkan DIA
Di Ujung Pernikahan Anak Perempuan
Aku, Dia & Azzam
Balada Kehamilan Anak Pertama
Azzam
Melahirkan
Ritual Pagi
PROFIL
Baca Juga
Sampul Belakang
Kutipan
Teman Bicara
“Sementara kita pulang ke Magelang ya, Dek,” demikian suaranya berbisik di telingaku.
Aku bergeming sembari mengencangkan pelukanku pada laki-laki yang baru saja kemarin sah menjadi suamiku.
“Tenang, Dek,” ujarnya.
Dia merasakan keresahan hatiku. Aku tersenyum.
“Bagiku, se asing apa kota itu, se buta apa aku akan tempat itu, yang penting aku bersamamu. Karena engkaulah penunjuk dan penerang hidupku.” Gombalan aku luncurkan padanya.
“Iya-iya…. Aku akan jadi Google Map dan Lampu Philips untukmu kok. Hehehe,” katanya sambil tersenyum.
“Yeee…,” balasku.
Aku tersipu.
Grrrrrrr. Deru motor Mio tahun 2009an yang kami tumpangi melaju semakin kencang di Jalan MagelangYogya menuju Kota Mungkid tempat kami tinggal di Kabupaten Magelang.
Pemandangan gedung kota Yogyakarta sedikit demi sedikit berganti hamparan sawah hijau. Warung dan toko modern pinggir jalan berganti pajangan hasil karya pahatan batu. Semakin jauh, pajangan didominasi hasil kerajinan sapu. Konon ktanya Magelang juga terkenal akan kemasyhuran pabrik tahu.