Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Rumah C1nta hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Arketipe Kisah Para Nabi dalam Pembentukan Sikap Toleransi

1 Pembaca
Rp 12.000 15%
Rp 10.200

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 30.600 13%
Rp 8.840 /orang
Rp 26.520

5 Pembaca
Rp 51.000 20%
Rp 8.160 /orang
Rp 40.800

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kisah yang disampaikan dalam cerita nabi pada dasarnya menggambarkan tentang khasanah dunia Islam dan terkesan kontekstual, namun sebenarnya juga mengangkat nilai-nilai universal yang dapat diterima tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia di muka bumi. Nilai-nilai universal inilah yang disebut arketipe dalam cerita. Menurut Cawelti dan Gace (dalam Adi:2011) menjelaskan bahwa arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi budaya tertentu atau waktu tertentu. Arketipe dalam cerita adalah simbol yang menandai keuniversalan tema cerita dan dapat menyentuh sisi kemanuisaan. Permasalahannya adalah nilai-nilai kemanusiaan sebagai arketipe cerita nabi disampaikan secara implisit dalam cerita. Sehingga perlu kajian untuk menemukan arketipe yang memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan tersebut untuk kemudian dapat dikembangkan dalam pembentukan sikap tolerasi. Analisis dalam buku ini berupaya mencari bentuk arketipe cerita nabi yang didasarkan pada teori strukturalisme sastra.

Tindakan-tindakan anarkis dan radikal akibat rendahnya sikap tolerasi tentunya tidak selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan, semboyan “Bineka Tunggal Ika”, dan nilai-nilai agama apa pun termasuk Islam. Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar di Indonesia pada akhir-akhir ini sering dikaitkan dengan basalah-masalah akibat berkembangnya sikap intoleransi. Stigma tersebut, bahkan tidak hanya muncul di Indonesia namun juga negara-negara lain di dunia. Padahal, Islam justru menyerukan ajaran tentang “rahmatan lil alamin” yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Ada banyak contoh kisah atau ajaran Islam yang menyerukan tentang kasih sayang, perdamian, dan tentunya sikap-sikap menghargai sesama manusia.

Terlepas dari persoalan Islam yang dikaitkan dengan berkembangnya sikap intoleransi, ada hal yang perlu segera dan serius dilakukan yaitu menggali sisi-sisi positif ajaran Islam itu sendiri. Seperti telah disampaikan bahwa Islam mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang justru dapat digunakan sebagai upaya-upaya untuk membentuk atau memupuk sikap toleransi. Salah satu nilai-nilai yang dapat ditemukan adalah melalui kisah para nabi dalam Al Quran. Cerita para nabi ini telah banyak dituliskan umumnya dalam bentuk cerita anak. Oleh karena itu, melalui cerita nabi inilah upaya-upaya pembentukan sikap tolaran dapat dilakukan sejak usia anak-anak terutama pada tingkat sekolah dasar. Di sekolah dasar baik umum maupun sekolah yang berbasis Islam, penyampaian tentang cerita-cerita nabi ini menjadi lazim dilakukan. Cerita para nabi dapat ditemukan dalam buku-buku materi ajar Pendidikan Agama Islam untuk sekolah dasar.

Cerita nabi termasuk dalam cerita anak atau genre sastra anak yang berfungsi untuk memberikan pengajaran moral terhadap anak-anak. Menurut Nurgiantoro (2013:35) sastra anak memberikan kontribusi mengembangkan kepribadian anak dalam proses pendewasaan diri. Sastra anak dalam ha ini cerita nabi, dapat digunakan sebagai sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan atau mempertahankan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Kisah yang disampaikan dalam cerita nabi pada dasarnya menggambarkan tentang khasanah dunia Islam dan terkesan kontekstual, namun sebenarnya juga mengangkat nilai-nilai universal yang dapat diterima tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia di muka bumi. Nilai-nilai universal inilah yang disebut arketipe dalam cerita. Menurut Cawelti dan Gace (dalam Adi:2011) menjelaskan bahwa arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi budaya tertentu atau waktu tertentu. Arketipe dalam cerita adalah simbol yang menandai keuniversalan tema cerita dan dapat menyentuh sisi kemanuisaan.

Permasalahannya adalah nilai-nilai kemanusiaan sebagai arketipe cerita nabi disampaikan secara implisit dalam cerita. Sehingga perlu kajian untuk menemukan arketipe yang memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan tersebut untuk kemudian dapat dikembangkan dalam pembentukan sikap tolerasi. Analisis dalam buku ini berupaya mencari bentuk arketipe cerita nabi yang didasarkan pada teori strukturalisme sastra.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Dzikrina Dian Cahyani

Penerbit: Pustaka Rumah C1nta
ISBN: 9786236928318
Terbit: Februari 2021 , 52 Halaman










Ikhtisar

Kisah yang disampaikan dalam cerita nabi pada dasarnya menggambarkan tentang khasanah dunia Islam dan terkesan kontekstual, namun sebenarnya juga mengangkat nilai-nilai universal yang dapat diterima tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia di muka bumi. Nilai-nilai universal inilah yang disebut arketipe dalam cerita. Menurut Cawelti dan Gace (dalam Adi:2011) menjelaskan bahwa arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi budaya tertentu atau waktu tertentu. Arketipe dalam cerita adalah simbol yang menandai keuniversalan tema cerita dan dapat menyentuh sisi kemanuisaan. Permasalahannya adalah nilai-nilai kemanusiaan sebagai arketipe cerita nabi disampaikan secara implisit dalam cerita. Sehingga perlu kajian untuk menemukan arketipe yang memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan tersebut untuk kemudian dapat dikembangkan dalam pembentukan sikap tolerasi. Analisis dalam buku ini berupaya mencari bentuk arketipe cerita nabi yang didasarkan pada teori strukturalisme sastra.

Tindakan-tindakan anarkis dan radikal akibat rendahnya sikap tolerasi tentunya tidak selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan, semboyan “Bineka Tunggal Ika”, dan nilai-nilai agama apa pun termasuk Islam. Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar di Indonesia pada akhir-akhir ini sering dikaitkan dengan basalah-masalah akibat berkembangnya sikap intoleransi. Stigma tersebut, bahkan tidak hanya muncul di Indonesia namun juga negara-negara lain di dunia. Padahal, Islam justru menyerukan ajaran tentang “rahmatan lil alamin” yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Ada banyak contoh kisah atau ajaran Islam yang menyerukan tentang kasih sayang, perdamian, dan tentunya sikap-sikap menghargai sesama manusia.

Terlepas dari persoalan Islam yang dikaitkan dengan berkembangnya sikap intoleransi, ada hal yang perlu segera dan serius dilakukan yaitu menggali sisi-sisi positif ajaran Islam itu sendiri. Seperti telah disampaikan bahwa Islam mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang justru dapat digunakan sebagai upaya-upaya untuk membentuk atau memupuk sikap toleransi. Salah satu nilai-nilai yang dapat ditemukan adalah melalui kisah para nabi dalam Al Quran. Cerita para nabi ini telah banyak dituliskan umumnya dalam bentuk cerita anak. Oleh karena itu, melalui cerita nabi inilah upaya-upaya pembentukan sikap tolaran dapat dilakukan sejak usia anak-anak terutama pada tingkat sekolah dasar. Di sekolah dasar baik umum maupun sekolah yang berbasis Islam, penyampaian tentang cerita-cerita nabi ini menjadi lazim dilakukan. Cerita para nabi dapat ditemukan dalam buku-buku materi ajar Pendidikan Agama Islam untuk sekolah dasar.

Cerita nabi termasuk dalam cerita anak atau genre sastra anak yang berfungsi untuk memberikan pengajaran moral terhadap anak-anak. Menurut Nurgiantoro (2013:35) sastra anak memberikan kontribusi mengembangkan kepribadian anak dalam proses pendewasaan diri. Sastra anak dalam ha ini cerita nabi, dapat digunakan sebagai sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan atau mempertahankan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Kisah yang disampaikan dalam cerita nabi pada dasarnya menggambarkan tentang khasanah dunia Islam dan terkesan kontekstual, namun sebenarnya juga mengangkat nilai-nilai universal yang dapat diterima tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia di muka bumi. Nilai-nilai universal inilah yang disebut arketipe dalam cerita. Menurut Cawelti dan Gace (dalam Adi:2011) menjelaskan bahwa arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi budaya tertentu atau waktu tertentu. Arketipe dalam cerita adalah simbol yang menandai keuniversalan tema cerita dan dapat menyentuh sisi kemanuisaan.

Permasalahannya adalah nilai-nilai kemanusiaan sebagai arketipe cerita nabi disampaikan secara implisit dalam cerita. Sehingga perlu kajian untuk menemukan arketipe yang memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan tersebut untuk kemudian dapat dikembangkan dalam pembentukan sikap tolerasi. Analisis dalam buku ini berupaya mencari bentuk arketipe cerita nabi yang didasarkan pada teori strukturalisme sastra.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Keberagaman dari segala aspek sosial yang menjadi kekayaan serta kebanggan bangsa Indonesia, ternyata menjadi sebuah tantangan besar untuk terus memupuk sikap tolerasi terhadap keberagaman itu sendiri.

Dibutuhkan sikap toleransi yang tinggi untuk mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan kedamaian dalam menyikapi keberagaman yang sangat kompleks seperti di Indonesia. Sikap toleransi yang tinggi dapat mencegah munculya tindakan-tindakan intoleransi yang dapat dikaitkan dengan penyebab berbagai tindakan anarkhisme, diskriminasi, perpecahan, dan munculnya gerakan radikalisme di Indonesia.

Tindakan-tindakan anarkis dan radikal akibat rendahnya sikap tolerasi tentunya tidak selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan, semboyan “Bineka Tunggal Ika”, dan nilai-nilai agama apa pun termasuk Islam. Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar di Indonesia pada akhir-akhir ini sering dikaitkan dengan basalah-masalah akibat berkembangnya sikap intoleransi.

Stigma tersebut, bahkan tidak hanya muncul di Indonesia namun juga negara-negara lain di dunia. Padahal, Islam justru menyerukan ajaran tentang “rahmatan lil alamin” yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Ada banyak contoh kisah atau ajaran Islam yang menyerukan tentang kasih sayang, perdamian, dan tentunya sikap-sikap menghargai sesama manusia.

Terlepas dari persoalan Islam yang dikaitkan dengan berkembangnya sikap intoleransi, ada hal yang perlu segera dan serius dilakukan yaitu menggali sisi-sisi positif ajaran Islam itu sendiri. Seperti telah disampaikan bahwa Islam mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang justru dapat digunakan sebagai upaya-upaya untuk membentuk atau memupuk sikap toleransi. Salah satu nilainilai yang dapat ditemukan adalah melalui kisah para nabi dalam Al Quran. Cerita para nabi ini telah banyak dituliskan umumnya dalam bentuk cerita anak. Oleh karena itu, melalui cerita nabi inilah upaya-upaya pembentukan sikap tolaran dapat dilakukan sejak usia anak-anak terutama pada tingkat sekolah dasar. Di sekolah dasar baik umum maupun sekolah yang berbasis Islam, penyampaian tentang cerita-cerita nabi ini menjadi lazim dilakukan. Cerita para nabi dapat ditemukan dalam buku-buku materi ajar Pendidikan Agama Islam untuk sekolah dasar.

Cerita nabi termasuk dalam cerita anak atau genre sastra anak yang berfungsi untuk memberikan pengajaran moral terhadap anak-anak. Menurut Nurgiantoro (2013:35) sastra anak memberikan kontribusi mengembangkan kepribadian anak dalam proses pendewasaan diri. Sastra anak dalam ha ini cerita nabi, dapat digunakan sebagai sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan atau mempertahankan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Kisah yang disampaikan dalam cerita nabi pada dasarnya menggambarkan tentang khasanah dunia Islam dan terkesan kontekstual, namun sebenarnya juga mengangkat nilai-nilai universal yang dapat diterima tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia di muka bumi. Nilai-nilai universal inilah yang disebut arketipe dalam cerita. Menurut Cawelti dan Gace (dalam Adi:2011) menjelaskan bahwa arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi budaya tertentu atau waktu tertentu. Arketipe dalam cerita adalah simbol yang menandai keuniversalan tema cerita dan dapat menyentuh sisi kemanuisaan.

Permasalahannya adalah nilai-nilai kemanusiaan sebagai arketipe cerita nabi disampaikan secara implisit dalam cerita. Sehingga perlu kajian untuk menemukan arketipe yang memuat tentang nilai-nilai kemanusiaan tersebut untuk kemudian dapat dikembangkan dalam pembentukan sikap tolerasi. Analisis dalam buku ini berupaya mencari bentuk arketipe cerita nabi yang didasarkan pada teori strukturalisme sastra.

Daftar Isi

Sampul Depan
Halaman Sampul
Tahun Terbit
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Penerbit Pustaka Rumah C1nta
Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
BAB II Struktur Sastra Anak da Arketipe Cerita
Teori Strukturalisme dalam Sastra
Unsur Cerita Anak dan Hubungan Antar Unsurnya
Arketipe Cerita Tentang Toleransi
Bab III Arketipe Cerita Nabi Dalam Membentuk Sikap Toleransi
Bab IV Simpulan
Daftar Pustaka
Profil Penulis
Sampul Belakang