Ikhtisar
Selama hayat dikandung badan, maka ujian dan cobaan akan silih berganti menghampiri. Tak bisa dipungkiri, karena itu suratan Ilahi.
Tatkala badai suratan menghantam istana kebahagiaan yang susah payah dibangun, apa yang akan kau lakukan, Kawan? Menghardik takdir dengan segala rupa sumpah serapah, ataukah menata langkah dengan penuh pengharapan pada Sang Maha Pemurah?
Tak ada goresan takdir yang sia-sia. Segala sesuatu menyiratkan cahaya cinta dari Sang Pencipta. Setiap badai ujian, baik suka maupun duka menyimpan semburat pelangi rasa setelahnya.
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Memasuki usia yang masih baru setengah tahun ini, puji syukur kepada Allah KMO Oliends Book telah membersamai kurang lebih 70 penulis, menerbitkan tiga buku antologi dan tercetak 550 eksemplar, tersebar ke berbagai pembaca di penjuru negeri. Bagi kami yang masih anak bawang di dunia literasi, pencapaian itu adalah sebuah prestasi yang patut kami kibarkan bendera apresiasi untuk semua kontributor dari lintas profesi yang ikut berjuang dan membuktikan bahwa menulis adalah bakat yang bisa ditekuni oleh mereka yang mau belajar.
Lantas, keadaan ini tak membuat kami berpuas diri. Masih banyak angan menggantung di depan mata agar banyak lagi karya antologi dan karya solo yang akan lahir di kemudian hari. Dalam perjalanannya, KMO Oliends Book masih perlu menambal kekurangan di sana-sini dengan segala bentuk wawasan dan pengetahuan di bidang literasi. Agar apa yang kami suguhkan mencipta perubahan walau hanya setitik dalam dimensi ruang dan waktu kehidupan penulisnya juga para pembaca.
Untuk menciptakan perubahan itu, kami tidak boleh berhenti belajar terus menerus, karena proses mewujudkan perubahan tanpa proses belajar yang teru menerus hanyalah bualan belaka. Sungguh anugerah yang istimewa, KMO OB bisa menghadirkan kembali buku antologi cerpen Batch 4 ini. Sebuah kumpulan kisah yang diramu dengan konflik yang tidak sederhana dan tentunya dengan gaya bahasa yang menggugah jiwa.
Buku antologi cerpen bertajuk Pelangi Rasa ini sarat dengan riset yang mendalam untuk menciptakan nuansa cerita yang lebih berisi dan bermutu. Sehingga, proses penerbitannya pun harus mengalami keterlambatan dikarenakan proses swasunting yang lebih detail. Semoga dengan hadirnya buku ini akan menambah rasa cinta, warna baru dalam dunia literasi, dan ada sepotong hikmah yang bisa dipetik.
Situbondo, 09 Maret 2021
Founder KMO Oliends Book
Linda Sofia
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bahtera Doa dan Air Mata
Kado Hijrah untuk Ibu
Anakku Bayu, Bukan Buyu
Maryam (Bukan) Perawan Suci
Petaka di Villa Asri
Lumbung Keabadian
Sunyi dengan Al-Qur’an
Rantai Cinta dalam Keterbatasan
Senja di Rikugien
Sakit untuk Bahagia
Duka Pulau Rantau
Titian Pelangi
Satu Cinta untuk Kaila
Haniya dan Mentari
Samudera Rasa
Aku dan Siri Keluarganya
Merajut Kalbu
Sepenggal Waktu Misteri Kehidupan
Senyum di Balik Doa
Kutipan
Bahtera Doa dan Air Mata
epuluh tahun sudah aku menjanda, sekaligus menjadi orang tua tunggal untuk buah hatiku, Arkan. Buah cinta pernikahanku dengan suami pertama. Sepuluh tahun pula aku bak mayat hidup, hatiku terkunci rapat untuk semua laki-laki yang datang mendekat. Seolah mati rasa dirundung trauma untuk mengecap rasa cinta dan lawan jenis. KDRT yang menimpaku di awal pernikahan membuat aku tak membuka ruang kepada laki-laki lain untuk bisa menjadi ayah sambung dari anak semata wayangku.
Aku, Naura Wardana Salim. Aku mengikhlaskan diri memikul beban saat aku harus bekerja lebih lama dibanding orang lain demi menghidupi anakku dan kebutuhanku sendiri. Pantang bagiku berpangku tangan kepada kedua orang tua yang telah banyak berkorban untukku. Bagiku, berjuang untuk hidup adalah bukti rasa syukur atas segala anugerah Arkan dalam kehidupanku.
Arkan adalah mentari jiwa yang selalu menyala terang di relung jiwaku setiap kali aku tersungkur lelah dan kehilangan tujuan hidup. Menjadi orang tua tunggal, tentu aku kehilangan keseimbangan hidup. Namun, Arkan menjadi penguat untuk mengganjal setiap ketimpangan langkahku.
Sahabat dan keluarga dekat melempar bujuk rayu untuk membuka hati bagi laki-laki baru. Namun, aku bergeming tak ada jawaban. Hanya senyuman tipis yang tersungging di ujung bibir. Walau aku merasa butuh dan selalu merasa runtuh tiap kali melihat sahabat bergandengan tangan mesra dengan pasangannya. Aku tahu, aku tak sempurna, terlebih lagi aku menghadiahkan kehidupan yang sangat rumit dan tak sempurna untuk Arkan. Karena sejak perceraian, mantan suamiku tidak pernah menampakkan diri untuk menemui anak laki-lakinya yang kini sudah berusia tujuh tahun