Sri Suwanti Atmominarso menunjukkan isi warungnya yang sederhana. Warungnya yang terletak di sebuah gang selebar 4 meter di Jalan Kemang Selatan X No 18, Jakarta Selatan itu disesaki pelbagi kebutuhan dasar rumah tangga. Barang-barang itu memenuhi rak setinggi 1,5 meter. Di sisi kanan pintu masuk, aneka alat tulis pun turut menghiasi isi warung, sedangkan kosmetik muslim terlihat berjejer rapi di rak bagian belakang..
Bangunan berwarna hijau dua lantai yang ditinggali nenek berusia 78 tahun itu secara kasat mata tak ubahnya seperti hunian biasa. Pintu selalu tertutup rapat dengan pagar besi membentengi bagian depan rumah. Hanya kaca bening lebar yang seolah memberi tahu bahwa rumah itu menjual aneka kebutuhan masyarakat. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan yang dibarengi ucapan salam.
Dengan langkah tergopohgopoh Sri membukakan pintu dan mempersilahkan masuk 2 remaja putri yang hendak membeli alat tulis. Tak perlu repot melayani, kedua remaja putri itu mencari sendiri barang yang dicari. Setelah kertas HVS yang dicari berhasil ditemukan, uang Rp 2 ribu pun diterima Sri.
“Setiap pembeli yang datang selalu saya suruh ambil barang sendiri. Saya percayakan semuanya pada pembeli. Jika mereka tidak jujur biarkan urusannya nanti sama yang di atas,” ucap Sri sambil melipat lembaran uang bergambar Pangeran Antasari. Bagi lansia seperti Sri, berjualan merupakan jalan terbaik dalam mengais rejeki di Jakarta. Kendati per hari penghasilannya tak seberapa, tetapi Sri bangga karena dirinya bisa mengikuti jejak Nabi Muhammad yang juga gemar berdagang.
