Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya

1 Pembaca
Rp 82.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 246.000 13%
Rp 71.067 /orang
Rp 213.200

5 Pembaca
Rp 410.000 20%
Rp 65.600 /orang
Rp 328.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam kesusastraan Indonesia modern, kritik sastra ilmiah baru muncul pada awal tahun 1950-an, berupa tulisan-tulisan Slametmuljana. Mulai saat itu, berkembanglah kritik sastra ilmiah pada kurun waktu 1950-1970 secara perlahan-lahan, terutama ditulis oleh para mahasiswa Slametmuljana dan H.B. Jassin sebagai skripsi sarjana sastra, yang kebanyakan dipengaruhi oleh aliran New Criticism. Namun, kritik mereka belum menggunakan teori sastra atau kritik sastra yang jelas, yaitu campuran bermacam-macam teori sastra ilmiah yang sering kali saling bertentangan.

Pada tahun 1980-an, banyak teori sastra baru mulai masuk ke Indonesia, seperti strukturalisme, sosiologi sastra, semiotika, estetika resepsi, dekonstruksi, dan kritik feminis. Namun, tidak mudah menerapkan teori dan kritik sastra tersebut dalam penelitian sastra. Berangkat dari fenomena itulah tulisan-tulisan dalam buku ini dimaksudkan untuk menanggapi atau mengantisipasi masuknya teori-teori dan kritik sastra yang baru, di samping juga untuk menanggapi kesusastraan Indonesia sendiri, terutama kesusastraan Indonesia modern.

Teori dan metode kritik sastra tersebut yang semuanya untuk konkretisasi dipandang dari sudut pandang teori tertentu. Namun, tidak semua teori sastra dan kritik sastra dapat dipaparkan di dalam buku ini. Pembahasan dalam buku ini hanya melingkupi teori sastra dan kritik sastra strukturalisme dan semiotik, serta teori dan metode estetika resepsi yang sekarang sedang banyak dipelajari dalam kritik sastra ilmiah.

Teori dan metode yang berhubungan dengan strukturalisme dan semiotik dalam buku ini adalah "Penelitian dengan Pendekatan Semiotik", "Hubungan Intertekstual dalam Sastra Indonesia" , dan "Hubungan Intertekstual Roman-roman Balai Pustaka dan Pujangga Baru". Teori-teori yang berhubungan dengan estetika resepsi dalam buku ini ialah "Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya", "Tinjauan Resepsi Sastra Beberapa Sajak Chairil Anwar", dan "Tanggapan Pembaca terhadap Belenggu". Dalam ketiga tulisan itu dikemukakan teori dan metode estetika resepsi dan novel Belenggu karya Armijn Pane yang sampai sekarang tetap mendapat resepsi pembaca.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Rachmat Djoko Pradopo

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023868735
Terbit: Februari 2023 , 256 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam kesusastraan Indonesia modern, kritik sastra ilmiah baru muncul pada awal tahun 1950-an, berupa tulisan-tulisan Slametmuljana. Mulai saat itu, berkembanglah kritik sastra ilmiah pada kurun waktu 1950-1970 secara perlahan-lahan, terutama ditulis oleh para mahasiswa Slametmuljana dan H.B. Jassin sebagai skripsi sarjana sastra, yang kebanyakan dipengaruhi oleh aliran New Criticism. Namun, kritik mereka belum menggunakan teori sastra atau kritik sastra yang jelas, yaitu campuran bermacam-macam teori sastra ilmiah yang sering kali saling bertentangan.

Pada tahun 1980-an, banyak teori sastra baru mulai masuk ke Indonesia, seperti strukturalisme, sosiologi sastra, semiotika, estetika resepsi, dekonstruksi, dan kritik feminis. Namun, tidak mudah menerapkan teori dan kritik sastra tersebut dalam penelitian sastra. Berangkat dari fenomena itulah tulisan-tulisan dalam buku ini dimaksudkan untuk menanggapi atau mengantisipasi masuknya teori-teori dan kritik sastra yang baru, di samping juga untuk menanggapi kesusastraan Indonesia sendiri, terutama kesusastraan Indonesia modern.

Teori dan metode kritik sastra tersebut yang semuanya untuk konkretisasi dipandang dari sudut pandang teori tertentu. Namun, tidak semua teori sastra dan kritik sastra dapat dipaparkan di dalam buku ini. Pembahasan dalam buku ini hanya melingkupi teori sastra dan kritik sastra strukturalisme dan semiotik, serta teori dan metode estetika resepsi yang sekarang sedang banyak dipelajari dalam kritik sastra ilmiah.

Teori dan metode yang berhubungan dengan strukturalisme dan semiotik dalam buku ini adalah "Penelitian dengan Pendekatan Semiotik", "Hubungan Intertekstual dalam Sastra Indonesia" , dan "Hubungan Intertekstual Roman-roman Balai Pustaka dan Pujangga Baru". Teori-teori yang berhubungan dengan estetika resepsi dalam buku ini ialah "Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya", "Tinjauan Resepsi Sastra Beberapa Sajak Chairil Anwar", dan "Tanggapan Pembaca terhadap Belenggu". Dalam ketiga tulisan itu dikemukakan teori dan metode estetika resepsi dan novel Belenggu karya Armijn Pane yang sampai sekarang tetap mendapat resepsi pembaca.

Pendahuluan / Prolog

Prakata
Dalam kesusastraan Indonesia modern, kritik sastra ilmiah baru muncul pada awal tahun 1950-an, berupa tulisan-tulisan Slametmuljana. Mulai saat ini berkembanglah kritik sastra ilmiah pada kurun waktu 1950–1970 secara perlahan-lahan, terutama ditulis oleh para mahasiswa Slametmuljana dan H.B. Jassin sebagai skripsi sarjana sastra. Rupanya kritik mereka terpengaruhi aliran New Criticism. Akan tetapi, kritik mereka belum mempergunakan teori sastra atau kritik sastra yang jelas. Kalaupun dengan dasar teori sastra atau kritik sastra, teorinya berupa campuran bermacan-macam teori secara ilmiah mestinya tidak boleh dicampurkan sebab sering kali teori-teori tersebut saling bertentangan. Jadi, teori sastra yang dipergunakan belum jelas batas-batasnya, misalnya terjadi percampuran teori-teori kritik sastra yang kadang-kadang mirip teori strukturalisme, sosiologi sastra, dan estetika resepsi. Para ahli sastra pada kurun waktu itu dapat dikatakan belum sadar terhadap teori sastra yang secara ilmiah seharusnya tidak dicampurkan.

Baru sesudah pertengahan tahun 1970-an, di Indonesia mulai dikenal adanya teori-teori sastra yang bersifat khusus, misalnya strukturalisme dan sosiolog sastra. Orientasi sastra keduanya sangat berbeda; strukturalisme berorientasi objektif yang memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, maka penelitiannya berpusat pada struktur-dalam karya sastra; sosiologi sastra berorientasi mimetik, memandang karya sastra sebagai “cerminan” masyarakat, maka perhatiannya berpusat pada struktur kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra, bukan “kesastraannya” (Literariness).

Pada tahun 1980-an, teori-teori sastra yang baru untuk Indonesia mulai bermasukan. Teori-teori sastra tersebut berasal dari Barat (terutama Eropa dan Amerika Serikat). Dengan masuknya teori-teori sastra (kritik sastra) yang baru tersebut, para ahli sastra mulai mencoba menerapkannya dalam penelitian sastra, terutama para ahli sastra akademis. Di antara teori sastra dan kritik sastra tersebut adalah strukturalisme, sosiologi sastra, semiotika, estetika resepsi, dekonstruksi, dan kritik feminis. Ternyata, teori-teori sastra dan kritik sastra tersebut tidak mudah diterapkan dalam penelitian sastra. Tidak mudahnya disebabkan oleh teori dan metode yang rumit yang tidak hanya berupa teori dan metode yang tunggal dalam salah satu teori, misalnya teori strukturalisme meliputi berbagai jenis, seperti strukturalisme linguistik, strukturalisme naratif, strukturalisme dinamik, dan sebagainya. Begitu juga halnya teori sosiologi sastra, seperti teori strukturalisme genetik, sosiologi pengarang, sosiologi “umum”, dan sebagainya. Begitu seterusnya.

Tulisan-tulisan dalam buku ini dimaksudkan untuk menanggapi atau mengantisipasi masuknya teori-teori sastra dan kritik sastra yang baru. Di samping itu, juga untuk menanggapi kesusastraan Indonesia sendiri, terutama kesusastraan Indonesia modern. Pada saat ini, sangat perlu adanya pemahaman terhadap kesusastraan Indonesia modern secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu adanya penyusunan sejarah sastra Indonesia modern, yang pada waktu itu sudah berusia 75 tahun sejak lahirnya sekitar tahun 1920. Dengan demikian, perlu adanya teori dan metode penyusunan sejarah sastra, maka di sini disajikan tulisan “Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia”. Sejarah sastra dapat berupa sejarah sastra secara menyeluruh ataupun khusus prosa atau puisi. Untuk penyusunan sejarah puisi Indonesia modern, dikemukakan artikel “Sejarah Puisi Indonesia Modern: Sebuah Ikhtisar”, yang hendaknya dapat menjadi dasar teori dan metode penulisan sejarah puisi Indonesia modern secara menyeluruh dan sampai uraian merenik sekecil-kecilnya.

Penulis

Rachmat Djoko Pradopo - Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo. Lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA IIA (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Timur (sekarang Sastra Indonesia) Fakultas Sastra (dan Kebudayaan) Universitas Gadjah Mada, tamat sarjana sastra tahun 1965. Pada tahun 1987 mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi Pascasarjana di Rijskuniversiteit Leiden, Nederland 1980−1981 di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw. Tahun 1981 kuliah kerja di SOAS London dan museum London. Mendapat Gelar Doktor Sastra (S-3) 1989 di UGM, dan diangkat sebagai Profesor Madya dalam Ilmu Sastra 1993. Sejak tahun 1967 menjadi dosen tetap di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, memberikan kuliah kesusastraan, khususnya mata kuliah Kritik Sastra dan Analisis Puisi. Pada tahun 1970 dikirim oleh UGM untuk memberi kuliah dalam mata kuliah bahasa dan sastra Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan tahun 1970−1972. Menjadi dosen tidak tetap pada beberapa perguruan tinggi: IKIP Sanata Dharma (1968−1969); Fakultas Sastra Universitas Jember (1969−1978); IAIN Sunan Kalijaga (1968−1969) Fakultas Sastra UNDIP Semarang sejak 1976 dalam mata kuliah Pengkajian Puisi (1976). Aktif dalam kegiatan ilmiah, terutama dalam bidang sastra dan bahasa.

Daftar Isi

Sampul
Pengantar
Daftar Isi
1. Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia
     1. Masalah Angkatan
     2. Penulisan Sejarah Sastra Indonesia
2. Sejarah Puisi Indonesia Modern: Sebuah Ikhtisar
     1. Pengantar
     2. Periodisasi Puisi Indonesia Modern
     3. Periodisasi Pujangga Baru (1920–1942)
     4. Periodisasi Pujangga Baru (1920–1942)
     5. Periode 50−60-an (1955−1970)
     6. Periode 1970−1990
     7. Antologi Puisi Indonesia Modern
     8. Penutup
3. Perkembangan yang Dialektis dalam Kesusastraan Indonesia Modern (Dialektika Kedaerahan-Nasional-Internasional  Kedaerahan)
4. Pusat Pengisahan Metode Orang Pertama dan Perkembangannya
     1. Pengantar
     2. Pengertian Pusat Pengisahan dan Metode-metodenya
     3. Pusat Pengisahan Orang Pertama Roman Balai Pustaka
     4. Pusat Pengisahan Atheis
     5. Pusat Pengisahan Gairah untuk Hidup dan untuk Mati
     6. Pusat Pengisahan Pada Sebuah Kapal
     7. Pusat Pengisahan Raumanen
     8. Pusat Pengisahan Burung-Burung Manyar
     9. Pusat Pengisahan Olenka
     10. Pusat Pengisahan Para Priyayi
     11. Kesimpulan
5. Kritik Sastra Indonesia Modern dan Permasalahannya
     1. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra
     2. Kritik Sastra Indonesia Modern dan Permasalahannya
     3. Kritik Sastra Akademik dan Kritik Sastra Sastrawan
6. Konkretisasi Sastra
     1. Pendahuluan
     2. Analisis Struktural dan Semiotik sebagai Usaha Pemberian Makna Karya Sastra
     3. Intertekstualitas sebagai Sarana Pemberian Makna
     4. Pemberian Makna Berdasar Relevansi Latar SosialBudaya
     5. Pengarang/Penulis sebagai Pemberi Makna Sastra
     6. Pembaca sebagai Pemberi Makna Sastra
     7. Penutup
7. Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik
     1. Pengantar
     2. Pengertian Semiotik (Semiotics)
     3. Tanda: Penanda atau Petanda
     4. Bahasa dan Sastra (Kesusastraan)
     5. Metode Semiotik dalam Penelitian
     6. Konvensi Ketaklangsungan Ekspresi
     7. Penunjukan Teks ke Teks Lain: Hubungan Intertekstual
     8. Pembacaan Semiotik: Heuristik dan Hermeneutik atau Retrokatif
8. Analisis Puisi secara Struktural dan Semiotik
     1. Pendahuluan
     2. Analisis Struktural dan Semiotik
     3. Ketidaklangsungan Ekspresi Puisi
     4. Hubungan Intertekstual
9. Hubungan Intertekstual dalam Sastra Indonesia
     1. Pendahuluan
     2. Orientasi Sastra
     3. Hubungan Intertekstual
     4. Hubungan Intertekstual Karya Satra Prosa Indonesia
     5. Hubungan Intertekstual dalam Puisi Indonesia Modern
10. Hubungan Intertekstual Roman-Roman Balai Pustaka dan Pujangga Baru
     1. Pendahuluan
     2. Hubungan Intertekstual Roman-Roman Balai Pustaka
     3. Hubungan Interteksual antara Siti Nurbaya, Layar Terkembang, dan Belenggu
     4. Catatan Penutup
11. Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya
     1. Pengertian
     2. Orientasi Terhadap Karya Satra
     3. Dasar-Dasar Teori Estetika Resepsi Cakrawala Harapan dan Tempat Terbuka
     4. Metode Estetika Resepsi
     5. Penerapan Estetika Resepsi
     6. Penelitian Estetika Resepsi Naskah Tulisan Tangan Sastra Lama
     7. Penelitian Estetika Resepsi pada Karya Sastra Modern
12. Tinjauan Resepsi Sastra Beberapa Sajak Chairil Anwar
     1. Pengantar
     2. Kerangka Teori dan Metode Estetika Resepsi
     3. Resepsi terhadap Beberapa Sajak Chairil Anwar
     4. Resepsi terhadap Sajak “Sebuah Kamar”
     5. Kesimpulan
13. Tanggapan Pembaca terhadap Belenggu
Indeks
Profil Penulis