Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Menyadap Ilham Dari Alam: Kepundan Kasih

1 Pembaca
Rp 85.000
Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

"Puisi-puisi dalam antologi ini mengekspresikan berbagai pengalamam hidup yang luas. Pengalaman hidup yang diperkuat ekspresi batin, hati, dan jiwa yang kaya permenungan. Ekspresi puitiknya terlapiskan metafora terutama alam lingkungan. Metafora yang terpadu secara intens dalam puisi. Ini menciptakan efek puitik, menghidupkan nafas dan denyut makna. Metafor alam yang kuat dalam puisi-puisi ini, membuat puisi-puisi terasa akrab dengan alam. Metafor dominan terlukiskan dalam diksi: air, angin, awan, pepohonan, bebatuan, bunga, langit, dan bumi. Diksi-diksi mewujud sebagai kekuatan metafor dalam puisi-puisinya, menyentakkan makna yang dalam. Bahasa puisi yang sederhana, justru berhasil membuat puisi-puisi menarik dibaca, dan menawarkan berbagai makna. Makna-makna puisi yang masih tersirat, potensial diinterpretasi lebih jauh dengan wawasan baca. Makna-makna yang mungkin memancarkan kearifan dan kebijaksanaan hidup. Sebuah kearifan hidup manusia yang mesti bisa bersahabat dengan alam lingkungan." Prof. Dr. I.B. Putera Manuaba, M.Hum.(Guru Besar Sastra Universitas Airlangga, penulis)

"Selamat membaca kumpulan puisi ini. Selamat menemukan frasa, kalimat, idiom maupun kata yang mengungkapkan perasaan-perasaan baru. Penyair dalam bahasa-kata ibarat orang-orang matematika murni dalam bahasa-matematika. Panggilan mereka adalah mengembangkan bahasa untuk mengungkapkan rasa maupun temuan baru manusia. Konon temuan gravitasi Newton akan tetap menjadi polemik hingga kini bila seabad setelah temuan tersebut tak dikembangkan gramatika baru dalam bahasa-matematika. Novi sedikit banyak telah turut serta dalam panggilan itu sehingga kita bisa menuangkan rasa-rasa dan segenap sensasi baru kita ke dalam bahasa-kata. Salam." Sujiwo Tejo (seniman, budayawan)

"Fotografi pada dasarnya adalah seni melihat. Melihat suatu objek yang sama dapat menghasilkan visualisasi yang berbeda, jika sudut pandang dan makna yang akan disampaikan berbeda. Itulah keindahan yang dapat ditampilkan oleh karya kreatif seorang fotografer. Peningkatan teknologi fotografi dan pengolahan citra dengan sentuhan grafis akan memperindah kehadiran sebuah objek fotografi. Namun demikian, karya fotografi akan sangat ditentukan oleh kepekaan hati dan pikir fotografernya. Kesan inilah yang mewarnai hampir semua foto yang ditampilkan dalam antologi puisi fotografi ini. Fotografer benar-benar berada pada jalur atau aliran pemahaman bahwa fotografi itu "jendela pembuka cakrawala". Foto yang dihadirkan bersanding dengan rangkaian kata dapat membuka cakrawala para pembacanya untuk terlibat langsung dan seolah menjadi aktor pada deretan puisi yang terpapar dalam nuansa warna biru, hijau, jingga, dan hitamnya kehidupan. Dalam antologi puisi fotografi yang ketiga ini, daya kreatif penyair dan fotografer semakin padu dalam menghasilkan karya indah sekaligus romantis, bahkan warna hitam yang biasanya berkisah tentang hal kelam, dapat dicitrakan sebagai untaian sketsa malam yang berjiwa. Salam kreatif." Dr. Ing. Abdul Rohim Boy Berawi, M.Sc Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAf) RI

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Novi Indrastuti

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023863044
Terbit: Maret 2024 , 186 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

"Puisi-puisi dalam antologi ini mengekspresikan berbagai pengalamam hidup yang luas. Pengalaman hidup yang diperkuat ekspresi batin, hati, dan jiwa yang kaya permenungan. Ekspresi puitiknya terlapiskan metafora terutama alam lingkungan. Metafora yang terpadu secara intens dalam puisi. Ini menciptakan efek puitik, menghidupkan nafas dan denyut makna. Metafor alam yang kuat dalam puisi-puisi ini, membuat puisi-puisi terasa akrab dengan alam. Metafor dominan terlukiskan dalam diksi: air, angin, awan, pepohonan, bebatuan, bunga, langit, dan bumi. Diksi-diksi mewujud sebagai kekuatan metafor dalam puisi-puisinya, menyentakkan makna yang dalam. Bahasa puisi yang sederhana, justru berhasil membuat puisi-puisi menarik dibaca, dan menawarkan berbagai makna. Makna-makna puisi yang masih tersirat, potensial diinterpretasi lebih jauh dengan wawasan baca. Makna-makna yang mungkin memancarkan kearifan dan kebijaksanaan hidup. Sebuah kearifan hidup manusia yang mesti bisa bersahabat dengan alam lingkungan." Prof. Dr. I.B. Putera Manuaba, M.Hum.(Guru Besar Sastra Universitas Airlangga, penulis)

"Selamat membaca kumpulan puisi ini. Selamat menemukan frasa, kalimat, idiom maupun kata yang mengungkapkan perasaan-perasaan baru. Penyair dalam bahasa-kata ibarat orang-orang matematika murni dalam bahasa-matematika. Panggilan mereka adalah mengembangkan bahasa untuk mengungkapkan rasa maupun temuan baru manusia. Konon temuan gravitasi Newton akan tetap menjadi polemik hingga kini bila seabad setelah temuan tersebut tak dikembangkan gramatika baru dalam bahasa-matematika. Novi sedikit banyak telah turut serta dalam panggilan itu sehingga kita bisa menuangkan rasa-rasa dan segenap sensasi baru kita ke dalam bahasa-kata. Salam." Sujiwo Tejo (seniman, budayawan)

"Fotografi pada dasarnya adalah seni melihat. Melihat suatu objek yang sama dapat menghasilkan visualisasi yang berbeda, jika sudut pandang dan makna yang akan disampaikan berbeda. Itulah keindahan yang dapat ditampilkan oleh karya kreatif seorang fotografer. Peningkatan teknologi fotografi dan pengolahan citra dengan sentuhan grafis akan memperindah kehadiran sebuah objek fotografi. Namun demikian, karya fotografi akan sangat ditentukan oleh kepekaan hati dan pikir fotografernya. Kesan inilah yang mewarnai hampir semua foto yang ditampilkan dalam antologi puisi fotografi ini. Fotografer benar-benar berada pada jalur atau aliran pemahaman bahwa fotografi itu "jendela pembuka cakrawala". Foto yang dihadirkan bersanding dengan rangkaian kata dapat membuka cakrawala para pembacanya untuk terlibat langsung dan seolah menjadi aktor pada deretan puisi yang terpapar dalam nuansa warna biru, hijau, jingga, dan hitamnya kehidupan. Dalam antologi puisi fotografi yang ketiga ini, daya kreatif penyair dan fotografer semakin padu dalam menghasilkan karya indah sekaligus romantis, bahkan warna hitam yang biasanya berkisah tentang hal kelam, dapat dicitrakan sebagai untaian sketsa malam yang berjiwa. Salam kreatif." Dr. Ing. Abdul Rohim Boy Berawi, M.Sc Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAf) RI

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas anugerah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan antologi puisi fotografi yang berjudul “Kepundan Kasih". Antologi puisi fotografi ini merupakan antologi puisi fotografi kami yang ke-3 setelah tahun lalu antologi puisi pertama berjudul "Di Balik Lensa Kata" dan antologi kedua berjudul "Bingkai Kehidupan" mendapat sambutan yang hangat dari berbagai pihak. Kami sepakat untuk tetap konsisten pada genre puisi fotografi disebabkan adanya keyakinan bahwa produk sinergis dua cabang seni, yakni seni sastra dan fotografi, merupakan kesatuan yang di dalamnya terkandung daya penguat penyampai kesan dan pesan yang resiprokal.

Meskipun demikian, di balik konsistensi  tersebut dalam karya kami yang ketiga ini terdapat kebaruan, variasi, dan inovasi. Dalam antologi puisi fotografi ketiga ini terkandung konsep sastra hijau dan sastra perjalanan. Sastra hijau adalah karya sastra yang menitikberatkan pada aspek alam dan lingkungan sekitar. Sastra hijau dapat dikaitkan dengan upaya penyelamatan eksistensi bumi. Salah satu upaya penyelamatan lingkungan melalui proses penyadaran dapat dilakukan melalui gerakan budaya (kultural), terutama dengan pemanfaatan kekuatan sastra, yang dalam hal ini puisi. Sastra memiliki keunggulan dan potensi dalam penyadaran hati nurani manusia, tanpa nada propagandis dan menggurui.

Antologi puisi ini terinspirasi dari lingkungan alam sekitar. Antologi puisi ini adalah produk dari proses "menyadap ilham" dari alam. Antologi ini menyuarakan segala hal tentang alam, kerusakan,  kelestarian, hubungan manusia dengan alam, mitigasi bencana alam, dan mengekspresikan masalah kehidupan dengan memanfaatkan media imaji alam. Gambaran tentang alam sebagian diperoleh melalui pengalaman perjalanan, baik yang dilakukan oleh penyair maupun fotografer. Dengan demikian, antologi puisi ini juga dapat dikatakan sebagai sastra perjalanan (travel writing). Beberapa contoh puisi perjalanan dalam antologi ini, yakni "Rindu yang Beku", "Selimut Sutera Putih", "Menjejak Kota Batu Cappadocia", "Kanal Angan", dan "Kemilau Emas Kinkakuji". Dalam puisi perjalanan tersebut dapat ditemukan adanya gagasan dan pesan bagi para pembacanya.

Kehidupan manusia di jagat raya ini sarat dengan nuansa warna. Oleh karena itu, dalam antologi puisi ini pengurutan sajak didasarkan atas dominasi warna alam dalam foto, yakni warna biru,  hijau, jingga, dan hitam. Masing-masing warna digunakan untuk mendukung penggambaransuasana dan jiwa dalam puisi. Puisi dengan dominasi warna biru yang memberikan kesan segar dan sejuk, antara lain terdapat dalam puisi yang berjudul "Kepundan Kasih", "Cahaya Biru Lazuardi", "Menyadap Ilham di Tepian Samudera, dan "Pulanglah dengan Sampanmu". Dominasi warna hijau yang mendukung gambaran suasana yang teduh, damai, dan tenteram, tampak dalam puisi "Kanvas Hijau", " Belantara Pepohonan", "Mengulik Rumpun Bambu", "Kesaksian Edelweis", dan sebagainya. Dalam puisi "Berpayung Senja Jingga", "Renjana di Cakrawala", "Melarung Rindu di Dermaga Senja”, dan “Saat langit Berubah Warna" tampak adanya dominasi warna jingga yang berfungsi untuk penguatan suasana yang romantis, syahdu, dan sendu. Gambaran kehidupan  malam yang didukung dengan adanya dominasi warna hitam dapat dilihat dalam puisi "Malam Bersama Andromeda", "Malam Purnama”, “Jiwa Malam", dan "Sketsa Malam".

Melalui kumpulan puisi fotografi ini, kami ingin berbagi perbendaharaan pengalaman tentang kehidupan dengan segala hal yang berkaitan dengan alam sehingga antologi puisi ini bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Baik puisi maupun foto dalam antologi puisi ini sama-sama mengajarkan makna kehidupan melalui bahasa dan visualisasi alam yang estetis. Antologi puisi fotografi ini mencoba menawarkan bentuk eksplorasi seni yang unik dan kreatif dengan cara memadukan dua media yang berbeda dalam sebuah karya dengan satu tujuan, yakni menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan kepada penikmatnya.

Tentu saja, terselesaikannya antologi puisifotografi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan. Masukan dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk peningkatan mutu karya kami di masa yang akan datang.

Penulis

Novi Indrastuti - Doktor sastra lulusan universitas di Korea ini sudah sejak lama berkecimpung dalam jagat perpuisian. Sebagian besar karya ilmiah yang ditulis oleh penyair yang sehari-harinya adalah dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM ini selalu bersentuhan dengan dunia puisi. Mata kuliah yang diampunya, yakni “Teori Puisi” secara langsung juga memiliki relasi dengan puisi. Novi Indrastuti juga sering diminta untuk membaca puisi, baik di dalam maupun di luar negeri. Karena kecintaannya pada puisi, dia pun bertekad mengembangkan dan memperkenalkan puisi Indonesia di mata dunia maupun di tanah air tercinta.

Novi Siti Kussuii lndrastuti lahir di Jogiakarta pada 5 November. Novi, demikian panggilan akrabnya, sehari-harinya mengabdikan diri sebagai staf pengaiar Jurusan Sastra lndonesia, Fakultas llmu Budaya, Universitas Gadiah Mada. Selain mengaiar di fakultasnya, dia iuga mengampu mata kuliah bahasa indonesia di fakultas lain di lingkungan UGM dan beberapa universitas di Jogiakarta.


Daftar Isi

Sampul
Halaman Judul
Halaman Copyright
Kata Pengantar
Sambutan Rektor UGM
Daftar Isi
Ulasan
Kepundan Kasih
Menyadap Ilham Di Tepian Samudera
Cahaya Biru Lazuardi
Di Gerbang Samudera
Dalam Pelukan Biru
Menjejak Kota Batu Cappadocia
Meniti Detak Waktu
Indah Yang Tak Kekal
Lenyap Di Padang Savana
Cermin Diri
Kicau Pilu
Menjemput Rindu
Ungu Violet
Bromo Dan Batok Dalam Kenangan
Jerat Kapitalisme
Jalan Hening
Pulanglah Dengan Sampanmu
Pasrah
Sinyal Sejarah
Kristal Cinta
Eksotisme Gunung Api Purba
Memelihara Rasa
Juntai Sulur Waktu
Teluk Hijau
Mimpi Berbisik Lagi
Drama Peradaban
Tulip Bunga Cinta
Kanvas Hijau
Kolam Rindu
Di Pucuk Kelana
Elegi Rindu
Syair Tak Berujung
Tirta Kehidupan
Kesaksian Edeluveis
Matinya Tabula Rasa
Ruh Kehidupan
Belantara Pepohonan
Mengulik Rumpun Bambu
Meneduhkan Jiwa
Bunyi Tonggeret
Menerangi Nadi Kehidupan
Kemilau Emas Kinkakuji
Karisma Megafauna
Selimut Sutera Putih
Tarian Air Mata Langit
Tangisan Ilalang
Cinta Menjadi Tuba
Meracik Rasa
Isyarat Noktunal
Bangunan Cinta
Sajak Untuk Pahlawan
Kemerdekaan Sejati
Kanal Angan
Di Antara Bebatuan Purba
Derap Harap
Aroma Rindu
Berpayung Senja Jingga
Renjana di Cakrawala
Melarung Rindu di Dermaga Senja
Hasrat Memekat
Tarian Rindu
Sebab Kau
Helai Ikrar
Ragu Menggeliat
Tidur Semu
Karya Jiwa
Di Ujung Penantian
Kisah Kegersangan
Hening dalam Riuh
Berpayung Senja Jingga
Mercusuar Saat Remaram Senja
Saat Langit Berubah Warna
Rindu yang Beku
Geliat Pagi
Dalam Ekstase Sunyi
Hidup adalah Perjuangan
Saksi Sejarah
Malam Bersama Andromeda
Sketsa Malam
Tentang Penyair
Tentang Fotografer
Daftar Foto