Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Penilaian Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

1 Pembaca
Rp 66.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 198.000 13%
Rp 57.200 /orang
Rp 171.600

5 Pembaca
Rp 330.000 20%
Rp 52.800 /orang
Rp 264.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Jumlah puskesmas di Indonesia hampir mencapai 10.000 pada tahun 2018 dan tersebar dalam 7.201 kecamatan. Perbandingan tersebut memperlihatkan bahwa hampir setiap kecamatan mempunyai puskesmas dan lebih dari seperempat kecamatan mempunyai puskesmas lebih dari satu. Oleh karena itu, puskesmas sangat strategis untuk meningkatkan wajah pelayanan kesehatan Indonesia. Namun demikian, bukti dan data yang ada menunjukkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas masih belum memenuhi standar yang sudah ditetapkan dalam Permenkes no 74 tahun 2016 sehingga memerlukan usaha untuk ditingkatkan. Usaha perbaikan tersebut memerlukan indikator-indikator yang valid agar usaha perbaikan yang ada dapat diukur dengan baik. Selain itu, indikator diperlukan sebagai evaluasi untuk menyusun strategi perbaikan. Indikator juga dapat digunakan sebagai instrumen akreditasi pelayanan kefarmasian di puskesmas dengan tujuan akhir meningkatkan ketersediaan obat dan patient safety.

Pengukuran mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas hendaknya dilakukan menggunakan indikator yang sesuai dan sensitif. Saat ini belum ada indikator yang khusus digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pelayanan di puskesmas. Oleh karena itu, buku ini memberikan gambaran dan hasil penelitian terkait indikator untuk menilai mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas baik aspek pengelolaan sediaan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik.

Penyusunan indikator dilakukan dengan melibatkan pakar yaitu 15 anggota panel ahli mengikuti tiga putaran dalam menilai tiap indikator menggunakan metode Delphi termodifikasi. Tiga anggota panel ahli berasal dari perwakilan dinas kesehatan dan lainnya berasal dari apoteker praktisi puskesmas dari 3 kabupaten untuk mewakili cakupan geografi yang lebih luas. Indikator hasil konsensus adalah 28 indikator pengelolaan obat, 19 indikator pelayanan farmasi klinik, dan 2 indikator kinerja farmasi keseluruhan. Indikator tersebut digunakan untuk menilai 12 puskesmas dalam 3 kabupaten. Indikator pengukuran pengelolaan obat, pelayanan farmasi klinik, dan indikator kinerja farmasi keseluruhan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas sehingga hasil pengukuran lebih terstandar dan lebih relevan untuk dapat dibandingkan antara satu puskesmas dengan puskesmas lainnya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Satibi / Septimawanto Dwi Prasetyo / M. Rifqi Rokhman / Hardika Aditama

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023868230
Terbit: April 2024 , 190 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Jumlah puskesmas di Indonesia hampir mencapai 10.000 pada tahun 2018 dan tersebar dalam 7.201 kecamatan. Perbandingan tersebut memperlihatkan bahwa hampir setiap kecamatan mempunyai puskesmas dan lebih dari seperempat kecamatan mempunyai puskesmas lebih dari satu. Oleh karena itu, puskesmas sangat strategis untuk meningkatkan wajah pelayanan kesehatan Indonesia. Namun demikian, bukti dan data yang ada menunjukkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas masih belum memenuhi standar yang sudah ditetapkan dalam Permenkes no 74 tahun 2016 sehingga memerlukan usaha untuk ditingkatkan. Usaha perbaikan tersebut memerlukan indikator-indikator yang valid agar usaha perbaikan yang ada dapat diukur dengan baik. Selain itu, indikator diperlukan sebagai evaluasi untuk menyusun strategi perbaikan. Indikator juga dapat digunakan sebagai instrumen akreditasi pelayanan kefarmasian di puskesmas dengan tujuan akhir meningkatkan ketersediaan obat dan patient safety.

Pengukuran mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas hendaknya dilakukan menggunakan indikator yang sesuai dan sensitif. Saat ini belum ada indikator yang khusus digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pelayanan di puskesmas. Oleh karena itu, buku ini memberikan gambaran dan hasil penelitian terkait indikator untuk menilai mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas baik aspek pengelolaan sediaan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik.

Penyusunan indikator dilakukan dengan melibatkan pakar yaitu 15 anggota panel ahli mengikuti tiga putaran dalam menilai tiap indikator menggunakan metode Delphi termodifikasi. Tiga anggota panel ahli berasal dari perwakilan dinas kesehatan dan lainnya berasal dari apoteker praktisi puskesmas dari 3 kabupaten untuk mewakili cakupan geografi yang lebih luas. Indikator hasil konsensus adalah 28 indikator pengelolaan obat, 19 indikator pelayanan farmasi klinik, dan 2 indikator kinerja farmasi keseluruhan. Indikator tersebut digunakan untuk menilai 12 puskesmas dalam 3 kabupaten. Indikator pengukuran pengelolaan obat, pelayanan farmasi klinik, dan indikator kinerja farmasi keseluruhan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas sehingga hasil pengukuran lebih terstandar dan lebih relevan untuk dapat dibandingkan antara satu puskesmas dengan puskesmas lainnya.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga buku “Penilaian Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas” dapat terselesaikan dengan baik. Hanya dengan segenap izin, petunjuk, dan kemurahan-Nya, penulis dapat menuangkan hasil penelitian yang ada menjadi sebuah buku yang dapat lebih mudah dipahami serta memberikan kemanfaatan yang lebih dari sekadar laporan penelitian.

Jumlah puskesmas di Indonesia hampir mencapai 10.000 pada 2018 dan tersebar di 7.201 kecamatan. Perbandingan tersebut memperlihatkan bahwa hampir setiap kecamatan mempunyai puskesmas bahkan terdapat kecamatan yang mempunyai puskesmas lebih dari satu. Oleh karena itu, puskesmas sangat strategis dalam meningkatkan wajah pelayanan kesehatan Indonesia. Namun demikian, bukti dan data yang ada menunjukkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas masih belum memenuhi standar yang sudah ditetapkan dalam Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 sehingga memerlukan usaha untuk ditingkatkan. Usaha perbaikan tersebut memerlukan indikator-indikator yang valid agar usaha perbaikan yang ada dapat diukur dengan baik. Selain itu, indikator diperlukan sebagai evaluasi untuk menyusun strategi perbaikan.

Pengukuran mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas hendaknya dilakukan berdasarkan indikator yang sesuai dan sensitif. Saat ini belum ada indikator yang khusus menjadi dasar penilaian kinerja pelayanan di puskesmas.

Oleh karena itu, buku ini memberikan gambaran dan hasil penelitian terkait indikator untuk menilai mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas baik aspek pengelolaan sediaan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik.

Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Namun demikian, buku ini masih jauh dari kata sempurna sehingga dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran untuk perbaikan edisi selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap keluarga yang senantiasa memotivasi dan memberi kesempatan penulis untuk selalu berkarya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta,
Desember 2019
Penulis

Penulis

Satibi - Dr. Satibi, M.Si., Apt., menjadi dosen di Fakultas Farmasi UGM sejak 1999. Program S-2 dan S-3 ditempuh di Fakultas Farmasi UGM pada 2001 dan 2011. Di samping kegiatan akademik, penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian di bidang Manajemen Farmasi, Farmasi Sosial, dan Farmakoekonomi. Di Indonesia, belum banyak yang mempelajari bidang penelitian tersebut sehingga masih banyak yang harus diteliti lebih lanjut. Beberapa penelitian dipublikasikan dalam jurnal dan konferensi yang bersifat nasional dan internasional. Beliau merupakan penulis buku Manajemen Apotek dan Manajemen Obat di Rumah Sakit. Saat ini, penulis aktif dalam membimbing mahasiswa S-1, S-2, promotor dan co-promotor S-3.

Daftar Isi

Sampul
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
     Indikator Mutu Pelayanan Kefarmasian
Bab II Pengembangan Indikator Mutu Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Dengan Metode Delphi Termodifikasi
     A. Metode Delphi Termodifikasi
     B. Pengembangan Instrumen
     C. Indikator Mutu Pelayanan Kefarmasian Hasilmetode Delphi Termodifikasi
Bab III Indikator Pengelolaan Sediaan Farmasi
     A. Pengusulan Obat
     B. Kesesuaian Item Dengan Formularium Nasional(Fornas)
     C. Kesesuaian Item Dengan Pola Penyakit
     D. Kecukupan Dana
     E. Ketepatan Perencanaan
     F. Kesesuaian Item Dan Jumlah Permintaan
     G. Kesesuaian Item Penerimaan
     H. Penyimpanan Sesuai Bentuk Sediaan
     I. Penyimpanan Sesuai Suhu
     J. Penyimpanan Narkotika Sesuai Peraturan
     K. Penyimpanan Obat Tidak Dipergunakanuntuk Penyimpanan Barang Lainnya Yangmenyebabkan Kontaminasi
     L. Penataan Memperhatikan First Expire First Out(Fefo)
     M. Penyimpanan Obat High-Alert
     N. Penyimpanan Obat Look Alike Sound Alike (Lasa)
     O. Ketepatan Item Dan Jumlah Distribusi
     P. Inventory Turn Over Ratio (Itor)
     Q. Tingkat Ketersediaan Obat (Satuan Bulan)
     R. Item Stok Kosong (Selama <1 Bulan)
     S. Item Stok Kurang (1 Sampai <12 Bulan)
     T. Item Stok Aman
     U. Item Stok Berlebih (>18 Bulan)
     V. Obat Tidak Diresepkan (>3 Bulan)
     W. Nilai Obat Expiration Date (Ed)
     X. Nilai Obat Rusak
     Y. Kesesuaian Jumlah Fisik Obat
     Z. Evaluasi Pengelolaan Obat Secara Periodik
Bab IV Upaya Peningkatan Mutu Pengelolaan Sediaan Farmasi
     A. Seleksi
     B. Pengadaan
     C. Distribusi
     D. Penggunaan
Bab V Indikator Pelayanan Farmasi Klinik
     A. Pengkajian Resep
     B. Pelabelan
     C. Penyerahan Disertai Informasi
     D. Waktu Pelayanan
     E. Polifarmasi
     F. Dokumentasi Pelayanan Informasi Obat
     G. Jumlah Pasien Konseling
     H. Dokumentasi Visite
     I. Dokumentasi Monitoring Efek Samping Obat(Meso)
     J. Dokumentasi Pemantauan Terapi Obat (Pto)
     K. Biaya Obat Per Kunjungan Resep
     L. Item Obat Per Resep
     M. Sediaan Generik
     N. Antibiotik Pada Diare Non-Spesifik
     O. Pemberian Oralit Dan Zink Untuk Diare
     P. Antibiotik Pada Infeksi Saluran Pernapasanakut (Ispa) Non-Pneumonia
     Q. Penggunaan Injeksi
     R. Kepatuhan Pasien Dalam Penggunaan Obat
     Sumber Data Untuk Pengukuran Indikatorpelayanan Farmasi Klinik
Bab VI Indikator Kepuasan Pasien
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
Untitled