Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi

1 Pembaca
Rp 82.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 246.000 13%
Rp 71.067 /orang
Rp 213.200

5 Pembaca
Rp 410.000 20%
Rp 65.600 /orang
Rp 328.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Daerah Istimewa Yogyakarta bukan saja istimewa dari segi sejarahnya dengan kedudukan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman yang ada sejak zaman penjajahan, atau istimewa dari sistem pemerintahannya, tetapi yang tidak banyak diketahui oleh orang awam bahwa di balik keistimewaan sejarah dan pemerintahan tersebut, Yogyakarta istimewa secara penciptaan alamnya. Ditinjau secara geomorfologi berdasarkan aspek genesis pembentukan bentanglahan, dari 10 macam bentanglahan yang ada di dunia ternyata Yogyakarta memiliki 9 macam di antaranya. Sungguh secara kacamata ilmiah ini menunjukkan bahwa Yogyakarta benar-benar daerah yang istimewa. Kesembilan macam bentanglahan yang ada di Yogyakarta tersebut adalah bentanglahan asal proses vulkanik Gunungapi Merapi di Sleman; bentanglahan asal proses fluvial (aliran sungai) pada lahan-lahan bawahan di Bantul dan Kulonprogo; bentanglahan asal proses marine (aktivitas gelombang) di sepanjang wilayah kepesisiran Gunungkidul, Bantul, hingga Kulonprogo; bentanglahan asal proses aeolian (aktivitas angin) berupa gumuk-gumuk pasir (sand dunes) di Parangtritis dan sekitarnya, yang hanya satu-satunya di Asia Tenggara; bentanglahan asal proses solusional yang membentuk Perbukitan Karst Gunungsewu di Gunungkidul; bentanglahan asal proses struktural patahan berupa Perbukitan Baturagung di perbatasan Bantul dan Gunungkidul; bentanglahan asal proses denudasional berupa Perbukitan Menoreh di Kulonprogo; bentanglahan asal proses organik berupa pantai-pantai terumbu karang di Gunungkidul; dan bentanglahan asal proses antropogenik sebagai bentukan hasil karya manusia berupa wilayah perkotaan Yogyakarta dan kota-kota kabupaten lainnya. Satu-satunya bentanglahan yang tidak dijumpai di Yogyakarta adalah bentanglahan asal proses glasial (aliran es), yang di Indonesia hanya terdapat di Puncak Jayawijaya Papua. Sungguh ini menjadi bukti akan ”Keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang Geomorfologi”.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Langgeng Wahyu Santosa

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023860074
Terbit: April 2024 , 236 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Daerah Istimewa Yogyakarta bukan saja istimewa dari segi sejarahnya dengan kedudukan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman yang ada sejak zaman penjajahan, atau istimewa dari sistem pemerintahannya, tetapi yang tidak banyak diketahui oleh orang awam bahwa di balik keistimewaan sejarah dan pemerintahan tersebut, Yogyakarta istimewa secara penciptaan alamnya. Ditinjau secara geomorfologi berdasarkan aspek genesis pembentukan bentanglahan, dari 10 macam bentanglahan yang ada di dunia ternyata Yogyakarta memiliki 9 macam di antaranya. Sungguh secara kacamata ilmiah ini menunjukkan bahwa Yogyakarta benar-benar daerah yang istimewa. Kesembilan macam bentanglahan yang ada di Yogyakarta tersebut adalah bentanglahan asal proses vulkanik Gunungapi Merapi di Sleman; bentanglahan asal proses fluvial (aliran sungai) pada lahan-lahan bawahan di Bantul dan Kulonprogo; bentanglahan asal proses marine (aktivitas gelombang) di sepanjang wilayah kepesisiran Gunungkidul, Bantul, hingga Kulonprogo; bentanglahan asal proses aeolian (aktivitas angin) berupa gumuk-gumuk pasir (sand dunes) di Parangtritis dan sekitarnya, yang hanya satu-satunya di Asia Tenggara; bentanglahan asal proses solusional yang membentuk Perbukitan Karst Gunungsewu di Gunungkidul; bentanglahan asal proses struktural patahan berupa Perbukitan Baturagung di perbatasan Bantul dan Gunungkidul; bentanglahan asal proses denudasional berupa Perbukitan Menoreh di Kulonprogo; bentanglahan asal proses organik berupa pantai-pantai terumbu karang di Gunungkidul; dan bentanglahan asal proses antropogenik sebagai bentukan hasil karya manusia berupa wilayah perkotaan Yogyakarta dan kota-kota kabupaten lainnya. Satu-satunya bentanglahan yang tidak dijumpai di Yogyakarta adalah bentanglahan asal proses glasial (aliran es), yang di Indonesia hanya terdapat di Puncak Jayawijaya Papua. Sungguh ini menjadi bukti akan ”Keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang Geomorfologi”.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirrabil’alamiin, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wata’ala, Dzat Yang Maha Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Atas berkah rahmat dan hidayah-Nya, pada kesempatan ini penulis mampu menyelesaikan penulisan buku dengan judul Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi ini dengan baik.

Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya istimewa dari segi sejarahnya dengan kedudukan Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat dan Pakualaman yang ada sejak zaman penjajahan, atau istimewa dari sistem pemerintahannya, tetapi yang tidak banyak diketahui oleh orang awam ialah di balik keistimewaan sejarah dan pemerintahan tersebut, Yogyakarta istimewa secara penciptaan alamnya. Ditinjau secara geomorfologi berdasarkan aspek genesis pembentukan bentanglahan, dari 10 macam bentanglahan yang ada di dunia, ternyata Yogyakarta memiliki 9 macam di antaranya. Sungguh secara kacamata ilmiah ini menunjukkan bahwa Yogyakarta benar-benar daerah yang istimewa. Kesembilan macam bentanglahan yang ada di Yogyakarta tersebut adalah bentanglahan asal proses vulkanik Gunungapi Merapi di Sleman; bentanglahan asal proses fluvial (aliran sungai) pada lahan-lahan bawahan di Bantul dan Kulonprogo; bentanglahan asal proses marin (aktivitas gelombang) di sepanjang wilayah kepesisiran Gunungkidul, Bantul, hingga Kulonprogo; bentanglahan asal proses aeolian (aktivitas angin) berupa gumuk-gumuk pasir (sand dunes) di Parangtritis dan sekitarnya, yang hanya satu-satunya di Asia Tenggara; bentanglahan asal proses solusional yang membentuk Perbukitan Karst Gunungsewu di Gunungkidul; bentanglahan asal proses struktural patahan berupa Perbukitan Baturagung di perbatasan Bantul dan Gunungkidul; bentanglahan asal proses denudasional berupa Perbukitan Menoreh di Kulonprogo; bentanglahan asal proses organik berupa pantai-pantai terumbu karang di Gunungkidul; dan bentanglahan asal proses antropogenik sebagai bentuk hasil karya manusia berupa wilayah perkotaan Yogyakarta dan kota-kota kabupaten lainnya. Satu-satunya bentanglahan yang tidak dijumpai di Yogyakarta ialah bentanglahan asal proses glasial (aliran es) yang di Indonesia hanya terdapat di Puncak Jayawijaya, Papua. Sungguh ini menjadi bukti keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang geomorfologi.

Penulisan buku ini bersumber dari berbagai hasil penelitian yang telah banyak dilakukan oleh penulis dan dari hasil karya penulis lainnya di lingkungan Fakultas Geografi UGM dan ilmu kebumian lainnya. Penulisan buku ini dibiayai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM dalam bentuk Program Percepatan Penerbitan Buku Karya UGM tahun 2014 dan diterbitkan oleh UGM Press untuk dipublikasikan kepada khalayak umum.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Rektor dan Wakil Rektor/Ketua LPPM UGM yang telah berkenan memberikan izin dan membiayai penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat menjadi referensi ilmiah dan pedoman umum dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara umum guna mendukung program-program pembangunan wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Demikian dan terima kasih.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, Oktober 2014


Penulis

Penulis

Langgeng Wahyu Santosa - Dr. Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., M.Si. adalah staf pengajar aktif pada Program Studi Geografi dan Ilmu Lingkungan, Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penulis mempunyai minat yang besar dalam berbagai penelitian dan pengembangan keilmuan Geomorfologi Lingkungan (Environmentally Geomorphology), pada berbagai ranah penelitian terapan, seperti: kajian Hidromorfologi Airtanah, Hidrostratigrafi Akuifer, Hidrogeokimia Airtanah, dan yang terakhir sedang hangat-hangatnya didiskusikan adalah terapan geomorfologi bentanglahan sebagai kerangka dasar dalam penyusunan ekoregion, inventarisasi data lingkungan dan RPPL, serta penyusunan KLHS, sebagai amanah penting dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penulis juga seorang pemerhati lingkungan dan menjadi salah satu Tim Perumus “Konsep dan Teknik Pemetaan Ekoregion” di Deputi I Kementerian Lingkungan Hidup RI. Sekarang penulis sedang menjabat sebagai Sekretaris Program Magister Pengelolaan Lingkungan, kerja sama Fakultas Geografi dengan Sekolah Pascasarjana UGM.

Daftar Isi

Sampul
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Sekilas Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta
     1.1 Yogyakarta dan Keistimewaannya
     1.2 Yogyakarta dari Sudut Pandang Geomorfologi
Bab 2 Gunungapi Merapi Membangun Bentanglahan Vulkanik Yogyakarta
     2.1 Genesis dan Fenomena Bentanglahan Gunungapi
Merapi
     2.2 Ancaman Bahaya Bentanglahan Gunungapi Merapi
Bab 3 Graben Bantul dan Bentanglahan Fluvial Yogyakarta nan Subur
     3.1 Genesis Graben Bantul dan Fenomena Bentanglahan
Fluvial
     3.2 Potensi Sumberdaya Alam Bentanglahan Fluvial di
Graben Bantul
     3.3 Ancaman Bahaya Bentanglahan Fluvial di Graben
Bantul
Bab 4 Keunikan Gumuk Pasir dan Bentanglahan Kepesisiran Bantul-Kulonprogo
     4.1 Genesis Gumuk Pasir dan Fenomena Bentanglahan
Kepesisiran
     4.2 Potensi Sumberdaya Alam Bentanglahan Kepesisiran
     4.3 Ancaman Bahaya pada Bentanglahan Kepesisiran
Bab 5 Perbukitan Baturagung Bentanglahan Struktural - Tektonisme Yogyakarta
     5.1 Genesis dan Fenomena Bentanglahan Struktural
Perbukitan Baturagung
     5.2 Ancaman Bahaya Bentanglahan Struktural Perbukitan
Baturagung
     5.3 Potensi Sumberdaya Alam Bentanglahan Struktural
Perbukitan Agung
Bab 6 Perbukitan Karst Gunungsewu: Uniknya Bentanglahan Solusional di Gunungkidul
     6.1 Genesis dan Fenomena Bentanglahan Solusional
Perbukitan Karst
     6.2 Potensi Sumberdaya Alam Bentanglahan Perbukitan
Karst Gunungsewu
     6.3 Permasalahan dan Ancaman Bahaya Bentanglahan
Solusional Perbukitan Karst Gunungsewu
Bab 7 Pantai-Pantai Terumbu Karang Bentanglahan Hasil Proses Organik di Gunungkidul
     7.1 Genesis dan Fenomena Bentanglahan Organik Pantai
Terumbu Karang
     7.2 Potensi Sumberdaya Alam Bentanglahan Organik Pantai
Terumbu Karang
     7.3 Permasalahan dan Ancaman Bahaya Bentanglahan
Organik Pantai Terumbu Karang
Bab 8 Perbukitan Menoreh Kulonprogo Bentanglahan Hasil Proses Denudasional
     8.1 Genesis dan Fenomena Bentanglahan Denudasional
Perbukitan Menoreh Kulonprogo
     8.2 Permasalahan dan Ancaman Bahaya Bentanglahan
Denudasional Perbukitan Menoreh Kulonprogo
Bab 9 Wilayah Perkotaan Yogyakarta Bentanglahan Antropogenetik Hasil Karya Manusia
     9.1 Teori Perkembangan Wilayah Perkotaan
     9.2 Perkembangan Wilayah Perkotaan Yogyakarta
Bab 10 Penutup
Daftar Pustaka