Terkadang sajian yang manis justru melenakan dan membawa keburukan. Justru adakalanya sesuatu yang pahit dan tak mengenakkan datang seperti obat dan vitamin yang malah memberi asupan kekuatan di hari mendatang. Industri pasar modal nasional setidaknya dalam triwulan akhir tahun 2019 lalu cukup banyak dipenuhi oleh perbincangan tentang dinamika di industri reksadana. Beberapa masalah muncul dan harus diakui lumayan meresahkan, sehingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan sigap mengambil tindakan.
Sejumlah Manajer Investasi (MI) ditertibkan. Sejumlah produk bermasalah pun ditarik dari peredaran. Hal ini sedikit banyak memantik pandangan miring dari masyarakat terhadap kinerja industri pasar modal secara keseluruhan. Meski tidak bersinggungan langsung dengan praktik bisnis reksadana di lapangan, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai pusat penyimpanan seluruh efek yang diperdagangkan di pasar modal sedikit-banyak juga terkena getahnya.
Banyak pihak datang dan bertanya apakah dengan segala permasalahan yang terkuak dalam beberapa waktu terakhir dapat dijadikan justified bahwa kondisi pasar modal nasional saat ini sedang bermasalah dan kehilangan kredibilitasnya. Apakah dengan kasus-kasus yang terjadi maka industri pasar modal secara keseluruhan sudah tak lagi layak untuk dipercaya. Terakhir, dengan segala tekanan tersebut, masih mampukah industri pasar modal tumbuh dalam satudua tahun ke depan.
Sebagai bagian dari ekosistem pasar modal domestik, cukup tak mudah bagi KSEI untuk menjawab rentetan pertanyaan di atas. Karenanya, ketimbang sibuk merawat asumsi yang tak jelas ujung-pangkalnya, menurut Saya melihat data secara langsung adalah solusi yang paling tepat untuk dilakukan saat ini.
