Dalam hal inovasi kecantikan terbaru, tidak ada yang mampu menyaingi Korea Selatan. Negara tersebut tercatat menjadi pencetus berbagai produk kecantikan yang diadaptasi dunia, seperti sheet mask yang mengandung serum, esense, patch jerawat, dan ampoule. Beautician mereka terus membuka jalan memperkenalkan produk kecantikan yang lebih efektif dengan bahan-bahan revolusioner.
Baru-baru ini, dari negara tersebut dikenal pula konsep waterless beauty yang mulai diterapkan di negara lain. Awalnya konsep ini diciptakan untuk meningkatkan potensi sebuah produk kecantikan, agar pemakaiannya bisa lebih optimal.
Dengan penggunaan lebih sedikit air berarti bahan-bahan akan lebih kuat dan efektif sehingga membuat rutinitas perawatan kulit pun lebih ramah lingkungan. Formula bebas air atau dengan pengurangan air juga cenderung lebih bertahan lebih lama. Sebagian besar produk kecantikan mengandung 80% hingga 95% air, berarti bahan aktifnya diencerkan. Karena air lebih menumbuhkan bakteri, maka ditambahkan bahan pengawet kimiawi yang sebagian dapat menjadi penyebab iritasi, kemudian ditambahkan bahan sintetis lain.
Sedangkan demi memberikan tekstur atau aroma pada pengalaman produk, air itu pun diubah menjadi berbagai tekstur dan bentuk untuk memikat pelanggan. Jadi pada dasarnya, pelanggan membeli produk yang diencerkan dalam kemasan berlebih di dalam plastik dan itu tentu dianggap kurang efisien untuk lingkungan.
Tren ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari cleansing balm, bedak, produk kecantikan berbentuk padat, concentrated oil, body butter, masker wajah. Konsep ini juga bisa diterapkan pada produk perawatan kulit, rambut, dan tubuh. Dimulai merek kecantikan independen, waterless beauty kini perlahan diadaptasi label-label luxury. Waterless beauty berfokus pada efikasi, merepresentasikan keinginan pada produk kecantikan yang bersih, mudah dibawa bepergian, memiliki kandungan aman, dan memerhatikan sisi etika terhadap lingkungan.
