Diikuti oleh masyarakat dari empat kabupaten dan satu kotamadya, Ya’ahowu Nias Festival 2018 tampil berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kata Ya’ahowu biasa dijumpai di wilayah setempat. Diambil dari bahasa asli Nias, terdiri dari dua kata, yakni ‘howu-howu’ bermakna berkah dan kata ‘ya’ membuat Ta’ahowu berarti semoga Tuhan memberkati Anda.
Perhelatan kali ini akan berlangsung pada 16-20 November 2018 di Gunungsitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara. Festival yang masuk dalam daftar Top 100 Calendar of event Wonderful Indonesia ini menyiapkan penampilan istimewa bagi para pengunjung. Salah satunya adalah tari perang yang dibawakan 1000 penari beserta 100 orang pelompat batu dan dicatat oleh Museum Rekor Indonesia.
Selain itu, ada tiga penampilan budaya khas Nias yang turut mengisi selama empat hari pagelaran tahunan tersebut. Hari pertama, festival dibuka dengan pameran cenderamata khas Nias. Tidak hanya kerajinan tangan, di hari yang sama pun akan dijajakan kuliner lokal yang menggugah selera. Di saat yang bersamaan, diadakan pula pameran patung dan berbagai ukiran menarik karya para pengrajin terbaik di seluruh pulau Nias.
Masih di hari pertama, sore harinya parade seni berlangsung di jalan-jalan utama Nias. Berbagai atraksi seni dan budaya dari semua kabupaten dan kota akan turut ambil bagian kemeriahan. Parade ini tidak hanya diramaikan oleh para peserta, tetapi juga pejabat dan kepala pemerintahan masing-masing daerah yang mengenakan kostum tradisional khas Nias. Disertai pula kendaraan hias dan pertunjukan musik daerah dalam iring-iringan parade.
Di hari selanjutnya, festival menampilkan Tari Perang Fataele yang akan dibawakan oleh ribuan penari. Di awal kemunculannya, tarian ini sebenarnya erat dengan nuansa mistis yang kental. Para penari tampil dengan busana adat berwarna hitam bercorak kuning dan penutup kepala. Selain itu, setiap penari juga dilengkapi atribut seperti tombak, tameng, dan pedang yang biasa disebut Tologu.
