petenis, Ben Fatherree dan Jason Johns. Olahraga ini gabungan dari tenis dan ping-pong. Kata Hantis adalah gabungan dari kata ‘hand’ dan ‘tenis’. Yup, dari dua kata tersebut mungkin sudah tergambar bagaimana keseruan olahraga ini, ya? Kita tidak memukul bola pakai raket, tapi telapak tangan. Hmm, tapi kita menggunakan telapak tangan untuk memukul bola. Hmm, tapi lebih terlihat seperti gerakan melempar bola, sih. O, iya. Bola yang dipakai adalah bola tenis.
Kalau biasanya main ping-pong cuma perlu satu meja, Hantis justru perlu 4 meja, lo! Waduh, banyak banget, ya? Meja merupakan alat bantu penting permainan ini, kids! Sama kayak ping-pong, kita harus memantulkan bola ke meja. Keempat meja disusun berhadapan, dengan jarak antar meja sekitar 1 meter. Olahraga ini memainkan 3 kategori, yaitu single, double, hingga triple, lo! Jadi maksimum dimainkan hingga 6 orang. Tentu, setiap tim dibedakan dengan warna kostumnya.
Selain jumlah meja, cara mainnya juga lain dari pingpong.
Hantis membebaskan pemain bergerak ke segala arah. Itu sebabnya ada jarak antara meja, agar pemain bisa melewati sela meja. Tapi seperti main ping-pong, pemain Hantis tetap harus memantulkan bola ke meja lawan.
Pemain harus berlari mengejar bola hasil pantulan.
Soalnya bola cuma boleh sekali memantul di atas meja.
Uniknya, setiap pemain bisa memantulkan bola di telapak tangan. Mirip gerakan juggling ala badut, kids! Selain itu, pemain juga bisa saling mengoper bola ke rekan satu tim, tanpa harus memantulkan bola di atas meja.
Satu game terdiri dari 3 babak. Setiap pemain harus mengumpulkan hingga 21 poin untuk memenangkan satu babak. Bola enggak boleh memantul 2 kali di atas meja, jika 2 kali memantul maka lawan akan dapat 1 poin. Selain itu, jika bola enggak memantul di area lawan, maka pemain juga akan kehilangan poin.
Hal lain yang perlu dihindari pemain adalah menangkap bola, memantulkan bola di tangan lebih dari 2 kali, menahan bola dengan badan, dan menyundul bola.
