Tampilkan di aplikasi

Upaya memperkuat produksi dan komunitas kakao

Majalah Agrina - Edisi 278
23 Februari 2018

Majalah Agrina - Edisi 278

Komoditas kakao Indonesia nomor tiga terbesar setelah Pantai Gading dan Ghana. / Foto : DOK. MONDELEZ

Agrina
Meskipun penghasil kakao terbesar ke-3 di seluruh dunia, pertanian kakao Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga dengan kontribusi ekspor mencapai 15% dari total ekspor kakao global. Namun demi - kian, pertanian kakao Indonesia menghadapi beberapa kendala.

Diantaranya penurunan produktivitas, rendahnya regenerasi petani, serta masih minimnya penghidupan petani dari hasil produksi. Untuk itu perlu kolaborasi tepat dengan berfokus pada pemberdayaan dan kesejahteraan komunitas petani kakao Nasional demi memastikan keberlanjutan produksi kakao di masa depan.

Perlu Perbaikan. Dibudidaya sejak 1980-an, sebagian besar tanaman kakao sudah berusia tua dan tingkat produksinya menjadi rendah. Demikian pernyataan Bambang, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Perta nian (Kementan) dalam diskusi komoditas kakao bersama Mondelez Indonesia di Jakarta.

Produksi kakao nasional sebanyak 340 ribu ton/tahun belum mencukupi kebutuhan industri. Industri membutuhkan kakao sekitar 800 ribu ton/tahun. Sedangkan rata-rata tingkat produktivitas hanya 300 kg/ha, masih jauh dari potensi yang mencapai 2,7 ton/ha.

Ia menghimbau semua pihak terkait agar hadir memberi perhatian guna perbaikan kakao di Indonesia. Jangan sampai kakao tergantikan komoditas-komoditas lain yang menurut petani lebih menguntungkan. “Kakao harus dipertahankan. Kalau perbaikan tidak dilakukan, selamat jalan kakao Indonesia,” ketus Bambang.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI