Tampilkan di aplikasi

Bawang merah, sarjana yang bertani

Majalah Agrina - Edisi 285
12 Maret 2018

Majalah Agrina - Edisi 285

Sekolah pertanian diharapkan menelurkan petani yang andal dan sukses.

Agrina
Profesi sebagai petani jangan lagi dipandang sebelah mata. Petani zaman sekarang harus melek pendidikan agar dirinya juga mampu mengadopsi teknologi terbaru. Lihat saja Muhammad Zulharman Adidharma, petani bawang merah asal Pringgabaya, Lombok Timur. Lelaki yang akrab disapa Jung ini sarjana pertanian jebolan Universitas Gunung Rinjani (UGR) Lombok Timur. Sebelumnya dia mengenyam pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Nikmat hasil tani. Selepas meraih gelar sarjana pada 2004, Jung beserta dua orang kawannya membina masyarakat pesisir hutan untuk penanaman kayu, kopi robusta, dan kakao. Kemudian mulai 2006, pria berusia 40 tahun ini sempat bekerja di lembaga swadaya masyarakat perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI) dengan tugas untuk penanggulangan HIV/ AIDS. Setelah itu barulah dia banting setir ke sektor pertanian yang sesuai latar belakang pendidikannya.

Pada 2009, ayah dua anak ini mulai peruntungannya sebagai petani. Jung memilih bawang merah dengan alasan cepat panen. “Bertani bawang merah hanya butuh waktu dua bulan,” katanya saat diwawancara AGRINA melalui aplikasi pesan singkat (12/2). Pekerjaan sebagai seorang petani, menurutnya, lebih berkah. Di samping itu, keuntungan yang didapatkan lama habisnya.

Ketekunannya membuahkan hasil. November 2017 silam, dia mampu membe rangkatkan ibunya, Baiq Murniati, umroh ke Tanah Suci. Kendati telah berbekal ilmu pertanian, usaha Jung tetap saja tidak selalu mulus.

Adakalanya, suami Agustina ini merugi lantaran hasil panennya sedikit. Ketika ditanya suka-dukanya jadi petani, dia bertutur, “Sukanya kalau produksi bawang bagus dan dapat harga bagus. Tapi duka nya ya kalau kena penyakit dan harga jatuh, habis deh modal.”
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI