Tampilkan di aplikasi

Lahan rawa lumbung pangan masa depan

Majalah Agrina - Edisi 292
17 Oktober 2018

Majalah Agrina - Edisi 292

Pertanian lahan rawa potensial mendongkrak produksi padi nasional. / Foto : WINDI LISTIANINGSIH

Agrina
Sejarah mencatat, El Nino yang melanda Indonesia berdampak pada krisis pangan dan kejatuhan pemerintahan. El Nino kuat pada 1965 misalnya, menyebabkan berkurangnya produksi padi diikuti krisis pangan yang memicu krisis sosial dan lengsernya Soekarno dari kursi RI 1. Kejadian El Nino 1997 juga berakibat sama dan diikuti krisis moneter hingga menurunkan Soeharto dari posisi Presiden.

Namun El Nino 2015 yang disinyalir terkuat sepanjang sejarah Indonesia, justru mengantarkan negara ini mencapai produksi padi tertinggi sejak 2005. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015, produksi padi sebanyak 75,40 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 4,55 juta ton (6,42%) dari 2014.

Menurut Dedi Nursyamsi, Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Kementerian Pertanian (Kementan) kenaikan produksi ini karena upaya khusus dan optimalisasi lahan rawa. Saat itu pertanaman padi di lahan rawa mencapai 509 ribu ha yang menghasilkan 2 juta ton GKG dengan produktivitas 4 ton/ha. “El Nino di lahan rawa itu anugerah karena permukaan air turun sehingga luas lahan yang bisa ditanami meningkat pesat,” ujarnya. Bagaimana potensi lahan rawa sebagai lumbung pangan masa depan?

Potensi Lahan Rawa. Lahan rawa adalah lahan yang kelebihan air sehingga harus dibuang agar bisa ditanami. “Kalau El Nino berarti permukaan air di rawa turun. Rawa lebak dangkal menjadi kering dan lebak tengahan menjadi dangkal. Akhirnya, lahan yang bisa ditanami padi semakin luas,” urainya terperinci.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI