Padi berperan penting bagi penduduk Asia Pasifik. Mereka sebagai produsen sekaligus konsumen utama. Menurut Peter Ford, Presiden Corteva Agriscience™ Asia Pasifik, teknologi pendongkrak produksi padi juga sudah berkembang baik. Teknologi bisa memperbaiki hasil pertanian seiring keuntungan petani. Sayang, cara budidaya petani tertinggal jauh di belakang majunya teknologi.
Terbukti, rerata produktivitas padi di 3 produsen utama beras dunia: China, India, dan Indonesia, masih rendah. Melansir Statistik Beras Dunia, pada 2018 produkvititas padi di China 6,89 ton/ ha, India 3,76 ton/ha, dan Indonesia 4,8 ton/ha. Banyak petani hidup di bawah garis kemiskinan. Profesi petani juga makin ditinggalkan dan tidak lagi seksi di mata generasi muda
Kunci Kesenjangan
Sebagai pelaku usaha pertanian terkemuka dunia berbasis sains, Corteva berperan besar menyokong kemajuan petani. Guna mengurangi kesenjangan aplikasi teknologi, jelas Peter, produsen benih dan produk perlindungan tanam itu mem berdayakan petani dan pengecer (retailer) pupuk dan pestisida. Tidak mengutamakan keuntungan semata, ungkapnya, cara pandang bisnis Corteva berasal dari perspektif sosial-ekonomi pertanian.
Karena itu, Corteva secara langsung menjangkau 7 juta petani di Asia melalui lahan percontohan (demonstration farm) dan sekolah lapang (edufarm). “Ini seperti pembelajaran 2 arah karena petani belajar langsung dari kami dan kami mende ngarkan, mendapat respon, dan juga belajar dari mereka,” ujarnya. Edukasi 7 juta petani ini akan berdampak luas pada petani di Asia karena mereka saling mempengaruhi.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.