Perkembangan teknologi dan informasi (TI) yang sangat pesat bersanding dengan ketergantungan generasi milenial yang sangat besar terhadap internet dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Itu membuat perusahaan startup (perintis berbasis internet dan data digital) agribisnis tumbuh subur di Tanah Air. Di antara mereka ada crowde, Dokter Tania, E-fishery, E-tanee, growpal, JALA, minapoli, Tanijoy dari Indonesia dan XpertSea, startup agribisnis dari Kanada yang ekspansi ke mancanegara, termasuk Indonesia.
Menurut Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), pasar sektor pertanian Indonesia cukup besar. Ada 265 juta penduduk Indonesia yang setiap hari mengonsumsi pangan. Sementara pelaku usaha atau petani jumlahnya 28,7% dari total tenaga kerja atau 35,7 juta orang per Agustus 2018.
Para konsumen ini membutuhkan aplikasi dan teknologi yang memudahkan dalam transaksi jualbeli produk pertanian. Investor melihat prospek sektor pertanian sebagai bisnis yang menarik sehingga muncul startup yang bergerak di bidang investasi pertanian atau fintech (financial technology).
Kehadiran startup agribisnis pun karena melihat selisih harga pangan yang diterima petani dan konsumen. “Inovasi untuk memangkas rantai pasokan atau distribusi dan memaksimalkan nilai jual petani menjadi dorongan munculnya startup agribisnis,” tegasnya.
Keberadaan startup agribisnis juga merupakan kebutuhan di tengah tren milenial yang semakin peduli terhadap sektor pertanian. “Pertahun setidaknya muncul lebih dari 20 jenis startup agribisnis di berbagai bidang mulai dari investasi, pemberian kredit pertanian, memangkas rantai distribusi dan informasi harga yang transparan ke pertanian,” ujarnya kepada Agrina.
