Tampilkan di aplikasi

Petambak milenial: Dunia maya menghasilkan aksi nyata

Majalah Agrina - Edisi 306
11 Desember 2019

Majalah Agrina - Edisi 306

Budidaya udang lebih minim risiko dengan memanfaatkan teknologi

Agrina
Data Badan Pusat Statistik menyebut, kebutuhan bahan baku udang untuk konsumsi dan ekspor naik pada 2018 sebesar 21,25%. Kebutuhan bahan baku udang pada 2017 sebanyak 662.158 ton yang terdiri dari 353.544 ton untuk konsumsi lokal dan 308.614 ton ekspor. Pada 2018 angka ini naik menjadi 802.834 ton dengan 463.777 ton untuk konsumsi dan 339.058 untuk ekspor.

Sebanyak 60% bahan baku ekspor udang nasional berasal dari hasil budidaya. “Budidaya udang ini memang tempat nya mencari uang dan devisa. Di usaha ini pula kita bisa ciptakan banyak entrepreneur baru,” ujar Iwan Sutanto, Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI).

Bisnis “si bongkok” yang sangat menjanjikan tersebut mendorong generasi milenial terjun dalam budidaya udang. Generasi penerus itu umumnya berpendidikan tinggi dan sangat adaptif teknologi dalam budidaya udang. Selain berbudidaya meng andalkan peran teknologi berbasis internet, para petambak milenial juga membentuk jejaring pasar melalui aplikasi sehingga seluruh kegiatan budidaya hingga pemasaran menerapkan industri 4.0.

Petambak Muda Indonesia Adalah Rizky Darmawan, petambak milenial generasi kedua yang meneruskan usaha budidaya udang milik ayahnya di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Bersama lima petambak muda lainnya, Rizky merasa pentingnya wadah berkumpul untuk mengobrol dan belajar budida ya udang. Pada Oktober 2015, tercetuslah grup whatsApp Petambak Muda Indonesia (PMI) dengan Rizky sebagai ketua. Pembentukan grup PMI, pria kelahiran 27 Februari 1991 itu menjelaskan, bertujuan berbagi informasi dan belajar bareng tentang tambak udang.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI