MERS–COV bukanlah virus yang menyebabkan sindrom pernafasan akut parah (SARS) pada tahun 2003. MERS juga menular, tapi penularannya tidak semudah flu biasa. Virus penyebab MERS umumnya menyebar melalui kontak langsung. MERS – COV telah terbukti menyebar di antara orang-orang yang melakukan kontak secara dekat. Sementara efek kontak antara pasien yang terinfeksi kepada perawat masih dalam penelitian.
Selain manusia, MERS-COV telah ditemukan pada binatang unta di Qatar, Mesir, dan Arab Saudi, juga kelelawar di Arab Saudi. Sementara binatang unta di beberapa negara lain telah diuji positif terhadap antibodi terhadap MERS-COV. Itu menunjukkan bahwa sebelumnya unta-unta tersebut terinfeksi MERS – COV atau virus yang terkait erat.
Kebanyakan orang yang telah dikonfirmasi memiliki infeksi MERS – COV memilik tanda-tanda mengidap penyakit pernapasan akut parah. Gejala yang dialami adalah demam, batuk, dan sesak napas. Selain itu, tanda-tanda pneumonia juga sering ditemukan pada para pengidap MERS.
MERS dengan tingkat keparahan yang tinggi berpotensi memicu gagal organ, terutama ginjal, dan syok sepsis (zat racun virus ikut dalam peredaran darah ke seluruh tubuh yang memicu reaksi pembengkakan seluruh organ).
Bagi Anda yang kerap berpergian ke Timur Tengah, bukan berarti Anda pasti mengidap penyakit ini. Anda tidak dianggap berisiko terinfeksi MERS – COV jika belum memiliki kontak dekat, seperti merawat atau hidup dengan seseorang yang sedang dievaluasi untuk infeksi MERS – COV. Tapi sebaiknya periksakan diri jika Anda baru saja berpergian dari Timur Tengah.
