“Ya…, aku sama sepertimu …
Mencintai dalam diam …
Menyembunyikan kasih sayang …
Meski tidak banyak kalimat yang terucap saat bersama”
“Di balik langkah-langkah kecil Dan langkah-langkah besar”
“Hingga titik penghabisan darah
Janganlah kita bercerai-berai”
“Tak’kan terpisah”

Kesusastraan sampai sekarang masih berusaha terbangun dari keterasingannya. Sebenarnya, tanpa sadar orang-orang kerap bersinggungan dengan dunia kesusastraan. Seperti kisah-kisah drama di media social, maupun cuitan pendek sebagai status whatsapp. Terkadang kalimat-kalimat itu terkesan puitis. Serta masih banyak sajak-sajak mengalir tanpa disengaja.

Syair yang merupakan bahasa batin telah membawa Ritartini dalam proses sengketa jiwa mencipta karya yang bisa dirasa oleh beragam manusia. Syair, sahabatnya dikala hening. Menuntunnya pada kanvas baru dalam bentuk buku.

Tentu tiap kehidupan mempunyai narasi. Cerita yang tak secitra antar insan. Seringkali narasi itu melahirkan hal istimewa. Hingga membuatnya menuliskan kata-kata tentang indra, tentang waktu.

Sampul
Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ibu
Guru
Corona
Kulon Progo Binangun
Ramadan Penuh Berkah
Bulan Yang Suci
Puisi Untuk Mama
Terima Kasih Guruku
Penjaga Alamku
Dunia Mimpiku
Arum Manis
Seperti Gigi yang Harus Dicabut
Pelangi
Api Unggun
Langit Mendung
Dulu Diam Itu Emas
Wanita Rembulan
Katamu
Melihat Bintang
Balon
Sarapan
Pelangi Kehidupan
Rintik-Rintik Hujan
Dua Mimpi
Sekolahku
Indonesiaku
Pancasila Pemersatu
Adat Kita
Negeri Pancasila
Kawan Sejatiku
Tanah Tumpah Darahku
Tersenyumlah Bunda
Malaikatku
Terbanglah Indonesia
Bangsaku Merdeka
Pagi Yang Cerah
Untuk Ayah Tercinta
Alam Tepian Pantai
Hujan
Menunggu Hujan Reda
Matahari
Melati Suci
Kebun Binatang
Sampah Oh Sampah
Kebunku Yang Indah
Tak Puas
Rumahku Istanaku
Hanya Allah Yang Tahu
Mega Putih
Syukur Padamu Ya Allah
Petani
Bintang
Musim Hujan
Sampul Belakang