Hidup di bangsa sendiri, tapi merasa seperti hidup di negeri seberang. Itulah kebanyakan kita, hidup di sebuah bangsa yang tidak benar-benar merdeka dalam mental.
Memang merdeka tahun 1945, tapi hanya sebuah simbolis. Nyatanya, sekarang kita hidup di bawah intimidasi peraturan, tidak terkecuali seorang tukang parkir.
Bagaimana kehidupan mereka? Apakah baik-baik saja? Kita merasa kesal setiap kali harus bayar parkir ketika berbelanja di sebuah minimarket, padahal tidak lama, pun ada tulisan gratis parkir.

Manusia hidup, berjalan, dan menciptakan sejarah. Bahkan sejarah hadir tanpa ijin manusia, dalam artian setiap napas manusia terekam dalam sejarah. Sejarah, pada hakikatnya adalah abadi. Namun begitu, ada sejarah yang dikenang oleh manusia sebab diketahui, ada sejarah yang terlupakan, sebab tidak ada yang mencatat.

Ini adalah antologi cerpen pertama saya, yang semoga membawa kebaikan dan sejarah mencatatnya. Cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini bisa jadi adalah kisah nyata saya, terutama kisah-kisah yang di pesantren, bisa pula, dan itu kemungkinan besar, adalah khayalan saya dari pengalaman-pengalaman orang lain.

Tidak banyak yang bisa saya ucapkan, dan semoga kehadiran buku ini bisa menjadi wasilah kebaikan, menjadi sebuah hiburan.

Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada karya yang sempurna. Maka kritik dan saran saya harapkan, untuk kemudian menjadi lebih baik.

Sampul
Hak Cipta
Prakata
Daftar Isi
Janji Suci Seorang RT
Patahlah Tulang Rusukku
Harga Sebuah Karya Seni
Mars
Demo Besar
Jenderal Semberono
Mengibarkan Hatimu
Firaun Khas Konoha
Kenangan Bersama Manusia Silver
Tukang Parkir Negeri Konoha
Surat Cinta Kana
Reinkarnasi Ki Hajar Dewantara
Ramadan Tanpa Hilal
Seorang Pemikir Tulen
Kata Masyarakat Rumput
Indonesiaisme
Generasi Bangsa
Cinta Alif Kepada Hamzah
Lebaran Tanpa Salaman
Sampul Belakang