Tampilkan di aplikasi

Buku Angkasa hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kabut Kota

1 Pembaca
Rp 196.800

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 590.400 13%
Rp 170.560 /orang
Rp 511.680

5 Pembaca
Rp 984.000 20%
Rp 157.440 /orang
Rp 787.200

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini merupakan hasil Lomba Sastra Aksara 2016 yang dilaksanakan atas kerjasama Program Bahasa dan Budaya Indonesia, Deakin University, Melbourne, Australia; Pusat Kajian Humaniora, FBS, Universitas Negeri Padang; dan Penerbit Angkasa Bandung. Lomba tahun 2016 ini terdiri dari dua kategori, cerpen dan novel. Selain itu, Lomba Sastra Aksara dilaksanakan antara lain untuk mengenang salah seorang tokoh terkemuka sastra Indonesia, A.A. Navis. Dengan izin keluarga Navis, pemenang utama pada masing-masing kategori juga menerima medali Anugerah Sastra A.A. Navis.

Lomba menulis cerpen dan novel ini diumumkan akhir 2015 yang lalu. Naskah sudah harus diterima pelaksana lomba paling lambat 30 April 2016 (cerpen) dan 31 Mei 2016 (novel). Pada tanggal pengiriman naskah ditutup, penyelenggara menerima sebanyak 358 naskah cerpen dan 207 naskah novel. Naskah tersebut dikirimkan oleh penulis yang tinggal di berbagai provinsi di Indonesia, yang terbanyak dari Jawa Barat, yaitu 20% dari naskah yang masuk. Persentase naskah yang diterima penyelenggara menurut propinsi adalah sebagai berikut:

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ichsan Saif

Penerbit: Angkasa
QRSBN: 9786233401395
Terbit: Agustus 2016 , 494 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Buku ini merupakan hasil Lomba Sastra Aksara 2016 yang dilaksanakan atas kerjasama Program Bahasa dan Budaya Indonesia, Deakin University, Melbourne, Australia; Pusat Kajian Humaniora, FBS, Universitas Negeri Padang; dan Penerbit Angkasa Bandung. Lomba tahun 2016 ini terdiri dari dua kategori, cerpen dan novel. Selain itu, Lomba Sastra Aksara dilaksanakan antara lain untuk mengenang salah seorang tokoh terkemuka sastra Indonesia, A.A. Navis. Dengan izin keluarga Navis, pemenang utama pada masing-masing kategori juga menerima medali Anugerah Sastra A.A. Navis.

Lomba menulis cerpen dan novel ini diumumkan akhir 2015 yang lalu. Naskah sudah harus diterima pelaksana lomba paling lambat 30 April 2016 (cerpen) dan 31 Mei 2016 (novel). Pada tanggal pengiriman naskah ditutup, penyelenggara menerima sebanyak 358 naskah cerpen dan 207 naskah novel. Naskah tersebut dikirimkan oleh penulis yang tinggal di berbagai provinsi di Indonesia, yang terbanyak dari Jawa Barat, yaitu 20% dari naskah yang masuk. Persentase naskah yang diterima penyelenggara menurut propinsi adalah sebagai berikut:

Pendahuluan / Prolog

Kabut Kota
Kusurati dia dengan menggunakan alamat yang kuperoleh dari suatu surat kabar. Kusampaikan maksudku dalam surat itu, dengan begitu jelas, kuharap. Namun betapa gembiranya ketika tiga belas hari kemudian, dia menelponku dan menyatakan persetujuannya terhadap niatku. Aku merasa heran karena dia meneleponku, bukan membalas menyuratiku.

Maksudku, aku hanya ingin bersikap sopan, jika lebih tak sopan tentu aku akan mengirimi surat elektronik saja, meski di sana mungkin tak ada internet, kurasa. Ah, tapi tak apa, yang penting maksud dan tujuan dapat tersampaikan, dan ditambah lagi berita terbaiknya adalah persetujuan darinya, sebuah kabar baik darinya.

Maka dalam seminggu kemudian, setelah terbang dari Makasar dengan pesawat perintis yang bergoyang-goyang maka tibalah aku seorang diri di sebuah pulau terpencil, di tengah-tengah lautan yang mungkin sering terabaikan dari peta.

Daftar Isi

Cover
Halaman Judul
Halaman Copyright
Kata Pengantar
Prolog
1. Kau mendengarnya, Aku harap kau tidak, tapi kau mendengarnya, Nak
2. Jadilah kau dengar yang perlu-perlu saja, agar hidupmu tak semuram punyaku.
3. Begini, aku hidup, sekaligus juga mati.
4. Kan pernah kau dengar jika masa lalu itu begitu jauh, takkan pernah bisa tergapai kembali.
5. Dan masa laluku berada dalam hatiku yang begitu dalam.
6. Kau tak percayai jika aku punya hati? Kau belah dadaku, bakal kau ketahui pikiranku padamu.
7. Bagiku, kau tak perlu bersusah payah pada kesia-siaan, tapi selalulah kau tak percayai aku.
8. Kau seperti kutu di rambutku, yang menggangu kepalaku, namun terus kurelakan darahku.
9. Mesti saja sedari dahulu kuketahui darahku tak pernah cukup bagimu.
10. Lalu kau sebentar lagi bakal pergi.
11. Akan kau tinggalkan aku dalam gelap begini.
12. Terkadang dalam sunyi begini aku bernyanyi untukmu.
13. Kau dengar nyanyianku? Itu pengantar tidurmu yang selalu.
14. Namun sekarang nyanyianku adalah buatku sendiri.
15. Kurindukan dengan sangat saat-saat kau tidur di sampingku; gerakanmu, dengkurmu, juga keringatmu yang menempeli punggungku.
16. Kusampaikan pada angin segala yang baik buatmu.
17. Karena pada akhirnya mataku takkan menatapimu lagi.
18. Aku yang berbahagia untukmu.
19 ....
Epilog
Biodata Penulis
Cover Belakang