Tampilkan di aplikasi

Pentingnya optimisme dalam dakwah

Majalah Arrisalah - Edisi 211
9 Juli 2019

Majalah Arrisalah - Edisi 211

Dalam dakwah memang ada peluang untuk merasa pesimis. Bayangan penolakan dan tidak diterimanya dakwah kita selalu ada dalam diri seorang dai.

Arrisalah
Dalam dakwah memang ada peluang untuk merasa pesimis. Bayangan penolakan dan tidak diterimanya dakwah kita selalu ada dalam diri seorang dai. Khawatir dan takut kalau program program yang dicanangkan tidak diterima masyarakat secara luas.

Munculnya pesimisme sepertinya bisa jadi karena beberapa faktor penyebab. Sebelum kita hadir di suatu lokasi bisa jadi sudah ada dai yang datang duluan. Lalu mereka melakukan dakwah di tengan masyarakat. Hanya saja mereka tidak berhasil mendapatkan hati mereka. Masjid sepi dan tidak ada peminat untuk hadir.

Pada akhirnya hal ini membuat nyali dai ciut. Apalagi dia merasa bukan senior seperti pendahulunya. Pengalaman lebih sedikit dan tidak punya cukup ilmu untuk meraih hati masyarakat di sekilingnya. Sebaiknya memang tidak perlu terjadi trauma sejenis ini. Pengalaman gagal di masa lalu seharusnya malah menjadi sebuah pelajaran buat kita.

Semua kita pelajari satu persatu apa yang terjadi. Apa penyebab penolakan penolakan dakwah. Apa pula yang menjadi sebab sebab terjadinya hal itu. Kegagalan tidak seharusnya menjadi monster yang menakutkan. Akan tetapi kegagalan seharusnya menjadikan kita semakin kuat untuk melangkah pada sebuah fase fase yang disiapkan.

Sebagai sebuah team, seringkali rasa tidak pede itu malah muncul dari pimpinan team. Merasa tidak punya daya dan potensi maksimal. Melihat remeh pada team yang dimiliki. Ibarat orang jualan, dia tidak yakin dengan apa yang dia jual. Selalu terbayang bayang penolakan penolakan terus. Meski sudah disodori dengan berbagai argumen tetap saja tidak berubah.
Majalah Arrisalah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI