Tampilkan di aplikasi

Bersyukur meski tersungkur

Majalah Arrisalah - Edisi 208
9 Juli 2019

Majalah Arrisalah - Edisi 208

bencana alam

Arrisalah
Musibah adalah sebuah keniscayaan, besar maupun kecil bobotnya. Musibah dapat berupa berbagai hal yang tidak disukai, seperti kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta, mengalami sakit, kecelakaan, bencana, dan semisalnya. Apapun jenis musibah, tidaklah terjadi melainkan telah tertulis dan ditetapkan oleh Allah Ta’ala.

Ketika musibah menyapa, kita mungkin tidak kuasa menolaknya. Apa yang Allah tetapkan harus terjadi, maka terjadilah. Adapun sikap terbaik kita tatkala mendapati musibah adalah sebagaimana yang diucapkan oleh Abu Darda a, “Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya.” (Az-Zuhd, hal. 125)

Sabar menghadapi musibah merupakan kewajiban, sekaligus adab yang mulia. Dengan kesabaran, seseorang tidak akan mudah berputus asa dari rahmat Allah dan akan selalu isitiqamah berpijak di atas agama-Nya. Ia tidak mudah menyerah karena musibah, tidak putus asa karena berduka. Hatinya tegar, sehingga musibah tak membuatnya mudah terkapar.

Bersabar merupakan bagian dari ridha terhadap ketetapan Allah dan berusaha menerimanya dengan hati yang lapang. Pelaku sabar akan berusaha menahan diri dari amarah dan putus asa, menahan lisan dari keluhan dan ratapan, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang berlebihan.

Sebagian orang ketika mendapati musibah melakukan berbagai tindakan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Apabila musibah telah berlalu, barulah ia menyatakan dirinya telah bersabar. Padahal, sabarnya seorang mukmin bukan sekedar di akhir, tetapi sejak awal ketika mendapatkan musibah.
Majalah Arrisalah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI