Beberapa orang yang saya temui seringkali tidak mau menambah apa apa yang belum mereka miliki. Kalau soal harta, mereka semangat, tetapi kalau soal ilmu mereka kadang merasa cukup dengan yang ada saja. Ketika ada tawaran kajian atau tawaran seminar dan majelis ilmu lain, mereka enggan datang. Alasan utamanya, karena mereka merasa cukup dengan pengetahuan yang ada pada diri mereka.
Penyakit ini, kalau boleh disebut penyakit, banyak mendera kawan kawan kita. Baik lelaki maupun perempuan. Mereka merasa bahwa apa yang mereka tahu sudah cukup dan tidak perlu ditambah lagi. Selain karena malas, juga mungkin karena sombong menolak kebenaran. Ketidakinginan mereka menambah ilmu ini pada akhirnya menjadi sebuah penghalang kebaikan buat mereka.
Padahal bisa jadi pada diri seseorang ada banyak potensi yang selama ini dia pendam. Pertama karena memang dia tidak ingin mengembangkkannya. Kedua karena dia tidak tahu bagaimana cara mengembangkan potensi dia. Nah, ketidaktahuan ini dipicu ketidakmauan dia membuka mata dan pikirannya terhadap ilmu ilmu baru. Baginya ilmu yang dia punya sudah cukup sehingga tidak perlu menambah pengetahuan baru lagi.
Sebuah kalimat bijak menyebutkan: “Jalan pertama yang ditempuh syaithan untuk menyesatkan manusia adalah Memalingkan dan menjauhkan mereka dari ilmu… Karena jika seseorang jauh apalagi berpaling dari ilmu… Niscaya ia akan berada di atas kebodohan… Dan jika seseorang berada di atas kebodohan, niscaya akan tekumpul padanya keburukan…” Siapa di antara kita yang ingin berada di atas kebodohan? Tidak ada. Tetapi kebiasaan kita inilah yang menyebabkan kita lebih dekat dengan kebodohan daripada kepada ilmu. Perasaan merasa cukup dengan apa yang dimiliki yang membuat kita menjadi jauh dari ilmu agama.karena
