Tradisi Mudik Mengamati fenomena mudik, kita akan mendapatkan kesimpulan, bahwa secara faktual masyarakat kita memang sedang berubah, ada pergeseran ; perubahan nilai, regulasi, kultur, organisasi, dll.
Masyarakat pedesaan yang berkarakter dermawan, altruis, memberi tak mengharap balasan, gotong royong yang kuat serta mengedepankan nilai-nilai kebersamaan. Masyarakat pedesaan bercorak agraris itu sekarang tinggal kenangan.
Nilai-nilai dan tradisi baru mulai muncul seiring dengan pergeseran mata pencaharian masyarakat yang tak lagi bergantung kepada pertanian. Industri berkembang di basis-basis pertanian, memakan lahan-lahan subur pertanian, memaksa para keluarga petani bertransformasi menjadi buruh pabrik ataubekerja di sektor jasa.
Sebagian anggota keluarga pergi meninggalkan kampung halaman menjadi masyarakat urban di kotakota besar, atau sebagiannya mengalami perubahan strata sosial menjadi birokrat. Yang tersisa tinggal petani-petani gurem dengan lahan yang begitu sempit dan hampir tak ada lagi regenerasi.
Salah satu, atau beberapa, atau bahkan semua faktor tersebut mengubah dan mempengaruhi terburainya budaya lama yang rukun, kuat ikatan sosialnya, menjadi kultur baru dengan ikatan yang rasional dan transaksional, renggang dan formalistik.
Fakta itu tak terbantahkan.Masyarakat mungkin merasakan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, namun sedikit yang dapat mendefinisikan, lebih sedikit lagi yang mampu mengartikulasikan.
Akibatnya benturan antara kultur baru yang rasional, formalistik dan tak jarang transaksional tersebut dengan tradisi lama yang ingin dipertahankan menjadi tontonan yang tercermin di dalam gerak aktivitas manusia dalam mencari dan memenuhi kebutuhan hidup di satu sisi, dan usaha untuk menjaga kekentalan hubungan kekerabatan, ditingkahi dengan pameran simbol-simbol keberhasilan ekonomi.
