Allâh telah mengabarkan bahwa tempat kembali manusia kelak, derajat tinggi di Surga atau tempat di Neraka itu tergantung pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan amal shaleh atau perbuatan buruk, manusia akan berbahagia atau mengalami celaka.
Allâh berfirman:
(Dikatakan kepada mereka), “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu lakukan”. (QS. Ath-Thûr/52:19).
Dan diserukan kepada mereka, “Itulah Surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. Al-A’raf/7:43).
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka), “Salâmun ‘alaikum’, masuklah kamu ke dalam Surga. Itu disebabkan apa yang kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl/16:32).
Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam Neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. An-Naml/27:90).
Maka pada hari ini seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Yasin/36:54).
Tidak akan bergeser kaki seseorang hamba pada Hari Kiamat nanti sampai ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya sejauh mana dia amalkan; tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia pergunakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia lelahkan. (HR. At-Tirmidzi No.2417).
Seorang hamba tidak bisa melarikan diri dari pertanyaan mengenai hal-hal tersebut. Tentang usianya, dalam urusan apa yang menghabiskannya?. Apakah dalam kebaikan dan ketakwaan? Atau sebaliknya, dalam urusan dosa dan permusuhan? Tentang ilmunya, apakah sudah ia amalkan? Mengenai hartanya, dari manakah ia memperolehnya? Apakah dari halal atau haram? Juga tentang tubuhnya, apa yang ia lakukan sehingga tubuhnya capek dan lelah? Apakah yang ia lakukan dengan tubuhnya hingga menua?
