Tampilkan di aplikasi

Untukmu agamamu, untukku agamaku

Majalah Asy Syariah - Edisi 123
7 Januari 2020

Majalah Asy Syariah - Edisi 123

untukmu agamamu, untukku agamaku

Asy Syariah
Secara global, surah al-Kafirun menitikberatkan pada pemantapan tauhid dan sikap antipati terhadap kesyirikan. Nabi menyandingkan surah al-Kafirun dengan surah al-Ikhlas dalam beberapa shalatnya. Selain pada shalat setelah thawaf, beliau juga membaca dua surah ini dalam shalat sunnah qabliah subuh dan shalat sunnah setelah maghrib.

Kedua surah ini mempunyai prinsip pokok yang sama dan menjadi esensi ajaran Islam. Surah al-Kafirun mengandung perintah berlepas diri dari segala sembahan yang diibadahi selain Allah. Ini memberikan konsekuensi untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang makna tersebut terkandung dalam surah al-Ikhlas.

Ayat yang terakhir dari surah al-Kafirun sejatinya merupakan bantahan terhadap konsep pluralisme agama yang dipropagandakan oleh orang-orang liberal atau yang sejalan dengan mereka. Tidak ada seorang pun ulama ahli tafsir sejak dahulu hingga sekarang yang menafsirkan demikian.

Oleh sebab itu, Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Tidak ada surah dalam al-Qur’an yang lebih membuat Iblis marah daripada surah al-Kafirun. Sebab, surah tersebut berisi tentang tauhid dan sikap berlepas diri dari kesyirikan.” (lihat Tafsir al-Qurthubi dan Tafsir al-Lubab)

Ibnul Qayyim menyatakan,

“Kita berlindung kepada Allah (untuk memaknai) ayat ini berkonsekuensi memberi persetujuan terhadap kaum musyrikin dan agama mereka. Nabi sejak awal senantiasa bersikap keras mengingkari perbuatan orang-orang musyrik dan agama mereka. Beliau mencelanya, melarangnya, dan mengancamnya pada setiap waktu dan berbagai momen berkumpulnya mereka. Sungguh, orang-orang musyrik pernah meminta beliau agar berhenti menyebut-nyebut sembahan mereka dan mencelanya. Akan tetapi, beliau menolaknya dan terus melakukan pengingkaran terhadap mereka serta agama mereka. Lantas bagaimana hendak dikatakan bahwa penggalan ayat tersebut memberikan konsekuensi persetujuan terhadap orang-orang musyrik?!" (lihat Bada’iul Fawaid 1/140)
Majalah Asy Syariah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI