E-commerce adalah salah satu bisnis perusahaan teknologi yang tengah berkembang pesat di Indonesia. Bisnis e-Commerce di Indonesia, bahkan dikatakan tumbuh paling cepat ketimbang negara-negara lain di Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia yang besar juga jadi sasaran empuk sebagai pasar bagi pemain dan inves tor e-Commerce. Meski hanya 31% penduduk Indonesia yang sudah menjadi pengguna Internet. Namun, 75,9 juta orang yang sudah fasih berinternet ini tetap jadi pasar e- Commerce yang tertinggi di Asia Tenggara (berdasarkan data Sparkslab, 2013).
Menurut data dari lembaga riset ICD, pasar pasar e-Commerce di Indonesia akan tumbuh 42% pada periode 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Dengan kombinasi bisnis dan pengguna e-Commerce yang terus tumbuh pesat, banyak pihak optimis dengan masa depan e-Commerce Indonesia. Potensi pertumbuhan masih terbuka lebar. Sebab, jumlah pembelanja online Indonesia saat ini baru mencapai 7% dari total pengguna internet Indonesia (McKinsey). Menariknya, bisnis e-Commerce ini juga tak hanya didominasi oleh pengguna internet di Jabodetabek saja. Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-Commerce di Indonesia mencatat bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, tapi enam bulan selanjutnya angka ini turun menjadi 22%.
Pemerintah juga berusaha mendukung pertumbuhan e-Commerce dengan mengesahkan Peta Jalan EDagang (Roadmap E-Commerce). Kebutuhan aturan ini sebenarnya sudah lama dilayangkan. Namun aturan ini baru dapat terealisasi Februari lalu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Barekraf, dan Otoritas Jasa Keuangan. Roadmap E-Commerce Secara garis besar, ada tujuh isu strategis pada peta jalan e-Commerce yaitu: 1. Logistik Meningkatkan kecepatan pengiriman logistik e- Commerce dan mengurangi biaya pengiriman dengan Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS).
