Tampilkan di aplikasi

Apa alasan terbaik untuk pindah tempat kerja?

Majalah Eksekutif - Edisi 447
18 Desember 2017

Majalah Eksekutif - Edisi 447

Masih menurut riset BCG (Boston Consulting Group) yang sudah beberapa kali saya jadikan referensi kolom ini, 60% lulusan perguruan tinggi pindah kerja sebelum memasuki tahun ke-3 pada pekerjaan pertama.

Eksekutif
Lebih jauh dari itu, 1/3 dari kelompok ini bahkan berpindah kerja lebih dari 2 kali dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun. Penasaran dengan komposisi ini, saya iseng melakukan survei kecil-kecilan lewat twitter. Terdapat 3 pertanyaan saya ajukan: (1) Berapa lama kerja di tempat kerja pertama? (2) Rata2 masa kerja selama ini? (3) Usia Anda.

Ada sekitar 40-an respon yang saya terima dalam waktu 1 hari dan hasilnya tidak jauh berbeda bahkan cenderung lebih dramatis dari survei BCG. Sekitar 85% mengatakan sudah pindah kerja sebelum tahun kedua dan rata-rata lama bekerja di satu perusahaan tidak lebih dari 3 tahun.

Para responden mayoritas berusia di bawah 30 tahun dan sebagian lagi di bawah 40 tahun. Apa akibatnya bagi organisasi? Butuh biaya besar untuk rekrutmen dan training. Selain itu, kerugian dari sisi waktu dan kesempatan akibat tingginya perputaran calon-calon pemimpin organisasi di masa depan.

Pergeseran sektor jasa dari tadinya memegang porsi 36% (2010) menjadi 41% (2015) justru akan memperburuk keadaan pasar dunia kerja karena kebutuhan talenta-talenta yang jauh lebih besar. Jangankan bersaing dengan tenaga kerja asing di kancah global, sebagian besar tenaga kerja Indonesia tidak akan mampu memegang posisi-posisi kunci dalam organisasi-organisasi di Indonesia.

What’s your reason to work beside money? Apa sebenarnya alasan lulusan perguruan tinggi pindah kerja dalam tempo begitu cepat? Apakah memang ini refleksi Gen-Y yang tidak betahan dan mudah tergoda? Atau mungkin terkait dengan rancang bangun organisasi yang sama sekali tidak siap menghadapi perubahan era, lifestyle, dan beragam bentuk kelaziman baru lainnya? Apa pendapat anda?
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI