Tampilkan di aplikasi

Nomophobia di situasi pandemi

Majalah Eksekutif - Edisi 475
5 Juni 2020

Majalah Eksekutif - Edisi 475

Ramai di medsos, tokoh dan petinggi Indonesia termasuk nomophobia.

Eksekutif
RIDMA Foundation (perusahaan riset investigasi and multimedia) memberi release bahwa 6 dari 10 orang Indonesia diamati di kota besar Jakarta, di lokasi pusat perbelanjaan dan aktivitas publik, dari stasiun kereta hingga ojek online.

Nomophobia, orang yang bermain smartphone atau tablet melanda Indonesia, khususnya ibu kota. Masih dalam risetnya, dipertanyakan. Apakah itu Anda? Realitasnya begini. Banyak orang di stasiun commuter line, busway, kereta api, terminal antara propinsi, ataupun bandara, asyik dengan “gadget”nya masing- masing.

Mereka bermain dengan smartphone dan tablet, seakan-akan lebih mengasyikkan daripada berdiskusi dengan orang lain. Bahkan, bisa kita lihat satu keluarga sedang makan bersama tapi masingmasing asyik memandang gadget-nya. Bukan ngobrol dengan keluarga sendiri.

Seakan, gadget sudah menjadi semacam ‘fetish’ yang menarik seluruh kesadaran mereka. Bagi kaum milenial, permainan games menjadi seakan “candu” tersendiri. Nomophobia (no mobile phone phobia) adalah istilah baru, yang berarti ketakutan akan dipisahkannya pengguna dengan gadget kesayangannya.

Istilah ini diperkenalkan oleh peneliti dari Inggris. Memang sampai sekarang belum ada data yang pasti untuk di Indonesia. Komunikasi antar manusia secara tatap muka jadi makin jarang. Generasi muda kini lebih suka berkomunikasi via gadget (email, chatting, Twitter, Facebook), daripada tatap muka langsung.

Orang jadi jarang mengamati lingkungan sekitar, karena lebih tenggelamdengan gadgetnya. Akibatnya, rasa peduli pada sekitar berkurang, justru lebih mempedulikan isu-isu di socmed dari gadgetnya.
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI