Di tengah kelesuan harga batubara, PT. Pamerindo Indonesia berhasil menggelar pameran pertambangan yang diikuti oleh hampir semua pemain alat berat nasional, baik yang kecil maupun yang besar, brand-brand pendatang baru maupun pemain-pemain lama yang sudah menjadi pemimpin pasar di Indonesia.
Industri pertambangan memang bukan hanya batubara. Masih ada tambang mineral seperti nikel, bauksit, emas juga tambang batu (quarry). Namun skala eksploitasi batubara yang begitu massif di Indonesia selama ini membuat daya serap alat berat untuk tambang batubara jauh lebih tinggi dibandingkan usahausaha tambang lainnya.
Faktanya belakangan ini pasar alat-alat tambang cenderung menurun seiring dengan berkurangnya produksi batubara nasional. Kondisi ini berlangsung semenjak tahun 2017 hingga sekarang. Hampir semua produsen dan/atau dealer alat berat mengakui penjualan produk-produk mereka terus menurun di sektor batubara.
Repotnya, tidak ada pihak yang bisa memprediksi sampai kapan kondisi ini berlangsung. Padahal, tambang batubara merupakan pasar paling besar untuk alat-alat berat nasional selama ini. Siklus penggantian alat yang cepat membuat kebutuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya seperti konstruksi atau pun forestry dan agrikultur.
Tetapi, keriuhan pameran Mining Indonesia di Jakarta International Expo Kemayoran, 18 – 21 September 2019 silam tidak mencerminkan kegelisahan pasar tersebut. Menurut catatan Pamerindo selaku penyelenggara, sebanyak 1.400 peserta dari 93 negara terlibat dalam acara tersebut. Sebetulnya, pameran ini merupakan gabungan dari beberapa tema, yaitu Mining Indonesia, Oil & Gas Indonesia, Construction Indonesia, Concrete Show South East Asia, dan Marintec Indonesia.
Namun, tampaknya tema mining jauh lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Hal itu terlihat pada kehadiran mesin-mesin tambang yang besar-besar. Dominasi alat-alat tambang itu terlihat di booth PT Trakindo Utama, Volvo Group, PT United Tractors, PT Hexindo Adiperkasa, PT Daya Kobelco, PT Kobexindo Tractors, PT Multicrane Perkasa dengan postur mereka yang bongsor dan tangguh.
Beberapa brand pendatang baru dari China pun sudah mulai melirik pasar tambang, seperti Sany dan XCMG. Bahkan brand-brand yang selama ini fokus di pasar konstruksi dan agrikultur mulai memperkenalkan alat-alat yang bertonase lebih besar, yaitu 30 ton ke atas untuk mendukung operasi perusahaan tambang-tambang skala menengah ke bawah.
Pameran ini diakui sangat penting bagi bisnis dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, mengingat prospek bisnis pertambangan, khususnya batubara, masih menjanjikan dan kontribusinya cukup signifikan terhadap pendapatan negara. Hal itu disampaikan oleh Kepala Seksi Anggaran Usaha dan Biaya Usaha Batubara, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba), Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Muhammad Iqbal Mandala Putra, dalam jumpa pers untuk menyambut pameran tersebut.
Namun, untuk memastikan industri batubara tetap berkonstribusi terhadap pembangunan Indonesia, Pemerintah perlu mengambil kebijakan-kebijakan yang jelas agar pemanfaatan komoditas tambang tersebut dapat dioptimalkan sembari mendorong pengembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan batubara semakin ramah lingkungan. Tanpa upaya-upaya seperti itu, pesta alat-alat tambang tersebut hanya ramai di arena pameran dan bukan dalam transaksi jual beli yang sebenarnya.