Ikhtisar
Secara umum, menjadi ibu adalah keinginan banyak kaum perempuan. Bahkan tak sedikit perempuan yang semula memiliki karier kemudian rela memilih untuk secara total berada di rumah mengurus keluarganya. Memiliki keluarga yang terurus adalah impian banyak perempuan, sehingga ia rela mengorbankan dunianya dan menyerahkannya untuk keluarga.
Ternyata keputusan tersebut tak selalu berakhir bahagia. Apalagi terdapat mitos- mitos yang harus ia tanggung berkaitan dengan menjadi ibu. Misalnya, seorang ibu harus selalu damai, tenteram, submisif, dan bahagia. Mitos-mitos tersebut dilekatkan kepada dirinya secara turun-temurun dalam masyarakat. Jika suatu saat ia merasa ada kekosongan dalam dirinya, maka indikasi kekecewaan, merasa sia-sia dengan pengorbanannya, dan kehilangan dunianya pun muncul, maka ia akan sulit untuk mengekspresikannya.
Pendahuluan / Prolog
Sekadar Pengantar: Membaca Diri Lewat Sastra
Buku ini adalah perenungan tentang diri dan spiritualitas melalui pembacaan atas berbagai karya sastra dengan pen dekatan “Reader Response”. Dalam era yang ditandai dengan berbagai kontradiksi dan perubahan teramat pesat di segala bidang saat ini, ‘diri’ memang kembali menjadi tanda-tanya besar, kembali menjadi misteri. Modernitas sem pat menganggap ‘diri’ sebagai pusat kajian dan pusat segala aktivitas.
Diri dianggap sebagai ‘subjek’ dan dunia di hadapan nya sebagai ‘objek’. Demikian kerangka berpikir modern memang ditandai kecenderungan ‘egologis’: diri adalah pusat dan pencipta realitas. Hanya saja pada saat yang sama perspektif ‘ilmiah’ modern yang menganggap segala hal se bagai objek pada akhirnya mengkaji diri itu sebagai objek pula. Modernitas memang mengidap banyak ambiguitas.
Namun berkat berbagai kajian ilmiah maupun perkembangan filsafat lebih lanjut, di pengujung abad 20 situasinya berubah dan menjadi terbalik. Diri akhirnya dilihat bukan lagi sebagai pusat atau produsen realitas, melainkan justru produk saja: manusia adalah produk evolusi, tradisi, alam, bahasa, agama, dan lain sebagainya. Tak heran bahwa setelah Nietzsche men daku ‘kematian Tuhan’, Michel Foucault melanjutkannya dengan ‘kematian manusia’. Namun demikian sisi positifnya, kerangka pandang abad 21 menjadi bersifat ‘ecologis’.
Meskipun demikian, yang membuat diri dialami sebagai problematis dan didera aneka ketidakpastian tampaknya bukan lah sains dan filsafat sebagai wacana abstrak, melain kan situasi konkret, seperti: hubungan diri dengan pekerja an, tradisi, agama, centang-perenang informasi, dan per gumulan pribadi. Hal-hal yang terakhir itulah khususnya yang dibahas dalam buku ini. Pendeknya, diri dalam ranah pe ngalaman; diri dalam hubungannya dengan kebuntuannya, spiritualitasnya, kesendiriannya, harapannya, hasratnya, kesakitan nya, tragedinya, dan lain sebagainya.
Penulis
Kurniasih - KURNIASIH, biasa dipanggil dengan nama Ani, lahir di Bandung pada 31 Juli 1977. Menyelesaikan pendidikan Sastra Indonesia Diploma 3 di Universitas Padjajar an pada tahun 1998. Satu tahun kemu dian melanjutkan pendidikan sarjana di Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sejak 1999.
Sempat menjadi editor di beberapa penerbit sejak tahun 2002 hingga 2014. Sesekali menulis cerita pendek, juga sempat dibukukan oleh Penerbit Jalasutra berjudul Kembang Kertas pada 2005. Ia juga menyalurkan minat kepenulisan dengan menjadi kolomnis perbukuan di koran Pikiran Rakyat pada rentang waktu 2005-2007, serta menulis di beberapa media cetak lainnya seperti Koran Media Indonesia, Majalah Matabaca. Sempat aktif di komunitas-komunitas buku yang pernah hidup dan berkembang di Bandung seperti Klub Nulis di Toko Buku Kecil Bandung, Komunitas Textour, serta melaku kan diskusi budaya dan sastra di Forum Studi Ke budayaan ITB. Tulisan-tulisan nonfiksinya yang bertema kajian gender diterbitkan oleh penerbit Jalasutra dan Tiarawacana.
Daftar Isi
Sampul
Sekadar Pengantar: Membaca Diri Lewat Sastra
Daftar Isi
Pendahuluan:Kisah dan Identifi kasi Diri
Kisah tentang Teks
Kisah tentang Membaca dan Menafsir
Membaca Kisah adalah Menafsir
Lajang Mencari Diri: Chicklit dan Posfeminisme
Posfeminisme sebagai Antifeminisme?
Chicklit sebagai Fiksi Posfeminis
Cara Menjadi Perempuan Metropolitan
Belajar Membaca Melalui Chicklit
Jawaban Pencarian Harapan
Kebutuhan Diri dalam Citra: Fight Club
Budaya Konsumerisme
Chuck Palahniuk dan Diferensiasi Gaya Hidup
Kisah Kasih Harry Pooter dengan Pambaca
Komedi Hitam tentang Diri ala Sartre dan Kundera
Lacan dan Cermin Hasrat Cala Ibi
Mekanisme Pembentukan Subjek
Ketaksadaran dan Bahasa
Subjek dan Hasrat Cermin Cala Ibi
Poskrip
Membaca Keganjilan dan Kesakitan
Spiritualitas Sastra sebagai Transformasi Kreatif Pembacaan
Keterlibatan Pembaca dan Teks: Paradigma Riceour
Generasi Perempuan Tak Bahagia
Menjadi Perempuan: Problematis
Pergilah Kemana Hati Membawamu (Susanna Tamaro)
Kematian yang Mudah (Simone de Beauvoir)
Individualitas Perempuan
Tikkun Olam: Antara Membicarakan dan Mengalami Spiritualitas
Adso di dalam Lautan Kisah Buku
Akhir dari Pergulatan Melawan Sang Bidadari: Perjalanan Virginia Woolf
Kartini dan Negara
Diam sebagai Laku Spiritual Inggit Garnasih
Tentang Penulis