Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

La Femme lan Lelakone

Curah kisah perempuan, dari soal pernikahan sampai kedaulatan

1 Pembaca
Rp 58.000 50%
Rp 29.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 87.000 13%
Rp 25.133 /orang
Rp 75.400

5 Pembaca
Rp 145.000 20%
Rp 23.200 /orang
Rp 116.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sekumpulan kisah di buku ini, ditulis oleh para perempuan dan menyampaikan pengalaman mereka sebagai perempuan di tengah kehidupan kita yang patriarkis. Secara bersama, mereka melakukan curhat mulai dari persoalan pernikahan, kesetaraan isteri dengan suami dan bahkan soal bagaimana mempertahankan atau merebut kedaulatan diri yang terenggut oleh hubungan yang tidak setara. Jika Anda perempuan, maka membaca buku ini adalah membaca semesta diri Anda, kesamaan kerumitan yang membuat Anda tidak merasa sendiri mengarungi itu semua, atau jika Anda perempuan beruntung yang merasa hidup merdeka dan leluasa, Anda akan dibawa pada kenyataan bahwa belum semua begitu. JIka Anda seorang laki-laki, Anda akan dibawa pada suatu gambar halus yang menunjukkan bahwa mungkin, demikianlah isi hati pasangan kita yang tak terungkap. Jika Anda bersedia, Anda akan menjadi sadar dan menjadi sedikit lebih baik bagi pasangan Anda.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Ani Rufaida / Fitri Indra Harjanti / Fitria Dyah Anggraeni / Lutviah / Nia Agustina / Nurina Wardhani / Renee Sari Wulan / Rina Febi Pratiwi / Santi Listyaningsih / Sukmo Pinuji
Editor: Nia Agustina

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786234220087
Terbit: April 2022 , 148 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Sekumpulan kisah di buku ini, ditulis oleh para perempuan dan menyampaikan pengalaman mereka sebagai perempuan di tengah kehidupan kita yang patriarkis. Secara bersama, mereka melakukan curhat mulai dari persoalan pernikahan, kesetaraan isteri dengan suami dan bahkan soal bagaimana mempertahankan atau merebut kedaulatan diri yang terenggut oleh hubungan yang tidak setara. Jika Anda perempuan, maka membaca buku ini adalah membaca semesta diri Anda, kesamaan kerumitan yang membuat Anda tidak merasa sendiri mengarungi itu semua, atau jika Anda perempuan beruntung yang merasa hidup merdeka dan leluasa, Anda akan dibawa pada kenyataan bahwa belum semua begitu. JIka Anda seorang laki-laki, Anda akan dibawa pada suatu gambar halus yang menunjukkan bahwa mungkin, demikianlah isi hati pasangan kita yang tak terungkap. Jika Anda bersedia, Anda akan menjadi sadar dan menjadi sedikit lebih baik bagi pasangan Anda.

Ulasan Editorial

Di setiap kisahnya, buku ini secara sederhana mengajarkan kita bagaimana pentingnya menghargai proses bertumbuh, memelihara dan saling mendukung. Saya menangkap betapa kuatnya ikatan antar perempuan satu dengan lainnya untuk terus tumbuh dan berjuang di tengah tatanan sosial yang cenderung menganggap remeh persoalan perempuan

Konselor Laki-Laki di Rifka Annisa WCC / Haryo Widodo

Sebagai laki-laki, membaca buku ini seperti sedang berlatih kecakapan mendengarkan. Mendengarkan pengalaman perempuan yang beragam. Tidak hanya mendengarkan dengan telinga tapi juga mendengarkan dengan hati

Co-Founder Aliansi Laki-Laki Baru Dosen UIN Walisongo Semarang / Nur Hasyim

Kumpulan kisah ini menarik karena menuturkan tiga fase krisis dalam kehidupan perempuan pernikahan, menjadi orang tua, dan proses mencari jati diri kembali dengan sangat personal. Setiap cerpen tidak hanya memuat problematika semata, tetapi juga menunjukkan resiliensi yang beragam. Pengalaman tersebut diartikulasikan secara jujur nan mudah dipahami, sehingga cocok dibaca oleh semua kalangan. Bagi saya, buku ini berhasil menangkap potret pernikahan yang tidak blur

Penulis buku "Sakdiah: Negosiasi Gender Dalam Musik Pop Gayo" / Raudhatul Jannah

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Editor
Awal April 2021 saya ada janji temu dengan seorang teman, Fitri Indra Harjanti, saya memanggilnya mbak Fitri, di salah satu warung kopi. Setelah ngobrol lama hal-hal random, iseng-iseng saya bilang kalau sepertinya menarik menerbitkan tulisan-tulisan yang ada di platform website yang dia kelola, itslove.id menjadi sebuah buku, karena cerita-cerita di dalamnya ber¬dasarkan pengalaman personal teman-teman perem-puan di sekitar kami. Dari situlah proses buku ini bermula. Dari relasi pertemanan dan obrolan ringan di warung kopi.

24 April 2021 saya mulai mengkurasi beberapa tulisan dalam itslove.id yang masuk dalam kerangka yang kami rencanakan, kehidupan menuju dan paska per¬nikahan, antara lain tulisan mbak Ani Rufaida, mbak Fitri Indra Harjanti, mbak Fitria Dyah Anggraeni, mbak Lutviah, saya sendiri Nia Agustina, mbak Nurina Wardhani, mbak Santi Listiyaningsih, dan mbak Sukmo Pinuji.

Setelah mulai menyusun urutan dan layout, saya dan tim dari Penerbit Garudhawaca merasa perlu untuk menambah keragaman tulisan. Akhirnya kami putuskan untuk menghubungi beberapa teman perempuan lain untuk menuliskan ceritanya, ada yang bersedia dan tidak. Tidak masalah, masing-masing individu memang memi¬liki hak penuh atas kisahnya sendiri. Lagi-lagi, proses ini tidak dimulai dari tawaran kapitalistik namun dari relasi pertemanan yang sudah terjalin sejak bertahun lamanya. Dari sini, mbak Renee Sari Wulan dan mbak Rina Febi Pratiwi mulai terlibat sebagai kontributor.

Setelah hampir selesai proses editing dan layout, sekitar awal Februari 2022 saya dan penerbit mulai men- cari, siapa orang yang tepat untuk memberi pengantar buku ini? Lalu saya ingat seminggu sebelumnya ada sesi ngobrol dengan teman-teman seniman muda soal male gaze dan saat itu mereka banyak mencatut referensi dari salah satu konten kreator, Gita Savitri Devi. Secara personal, saya mengikuti Gita melalui platform Youtube dan blog sejak 2017, dan menyaksikan sendiri bagai- mana Gita menggunakan platformnya untuk membica- rakan wacana keseteraan gender. Dari sana entah kenapa saya yakin menghubungi Gita melalui surel, saya belum kenal Gita secara personal sebelumnya. Surel panjang itupun dibalas Gita dengan positif hingga pada akhirnya pengantar dari Gita hadir dalam buku ini.

Di bulan yang sama saya menghubungi teman baik yang pada saat itu sedang sangat sibuk karena berencana menemani suaminya yang akan melanjutkan kuliah di luar negeri. Raudhatul Jannah, penulis buku Sakdiah: Negosiasi Gender Dalam Musik Pop Gayo, saya biasa memanggilnya Oda. Tahun 2021 lalu, saya selesai membaca buku karya Oda, dari situ tambahan energi untuk melanjutkan proyek kumpulan cerita ini muncul. Waktu itu saya sedang capek-capeknya dan mengambil jeda cukup lama. Tiba-tiba saya melihat postingan buku karya Oda di instagram, mencari, dan akhirnya mem- bacanya. Setelah selesai, saya sadar bahwa ada ke- mendesakan untuk menerbitkan buku kumpulan cerita perempuan ini, segera.

Demikian organik proses buku “La Femme lan Lelakone” ini, tidak mendadak, atau kalau orang Jawa bilang, tidak ujug-ujug. Semuanya terbentuk dari proses pertemuan dan pertukaran energi yang dibangun sejak lama. Energi dari mengikuti mbak Fitri dengan itslove.id, energi dari mendengarkan pengalaman teman-teman perempuan yang seringkali kami saling bagikan di warung-warung kopi, membaca dan menonton karya- karya dari teman-teman perempuan melalui berbagai platform, dll.

Kumpulan cerita dalam buku ini semata-mata adalah bagian dari catatan perjalanan kami. Perjalanan yang penuh dengan pertanyaan dan dinamika soal perawatan. Perawatan atas diri dan tubuh kami yang kemudian berhadapan dengan situasi keluarga, kon-struksi masyarakat, hingga lingkup yang lebih luas lagi seperti hukum negara. Maka melalui buku ini pula, harapannya ada energi perawatan yang akan memeluk para pembaca, perawatan atas pertemanan sesama perempuan dan sesama manusia apapun preferensi gendernya. Supaya kita semua tidak merasa sendiri dan punya teman perjalanan untuk petualangan selanjutnya. Ya, kita tidak sendiri, saya sudah tidak merasa sendiri.

Nia Agustina.

Penulis

Ani Rufaida - Akrab disapa Rufed, tengah menempuh kuliah jenjang S2 jurusan sosiologi UGM dan mengerja- kan program pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di D.I. Yogyakarta. Perempuan yang hobi memasak ini meyakini bahwa setiap perempuan bisa berdaya. Menjadi merdeka itu pilihan dan bisa diperjuangkan. Rufed memiliki harapan ke depan supaya semakin banyak perempuan yang dapat merdeka atas dirinya.
Fitri Indra Harjanti - Spesialis gender dan feminisme yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan dan mengelola pelatihan, melakukan monitoring, evaluasi, pembelajaran, manajemen pengetahuan, advokasi, kreator konten, serta pengorganisasian dan memfasilitasi komunitas. Fitri telah bergerak dan bekerja dalam isu gender dan feminisme selama lebih dari 10 tahun dan secara aktif terlibat dalam beberapa program termasuk kolaborasi pelatihan serta monitoring dan evaluasi bersama beberapa kementerian, pemerintah nasional dan lokal, agensi-agensi PBB, organisasi masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat, sehingga memiliki banyak pengalaman di lapangan dalam hal merancang dan mengelola pelatihan, mengorganisir dan memfasilitasi komunitas, serta melakukan advokasi. Fitri juga memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan metode serta materi training, menulis modul dan buku, mendokumentasikan kasus-kasus kekerasan berbasis gender dan menganalisisnya, serta menulis cerita-cerita perubahan.
Fitria Dyah Anggraeni - Seorang abdi negara di Kota Yogyakarta, penyiar radio selama 15 tahun, dan MC yang lumayan masih laku sejak 2005, pernah aktif di pendampingan PSK Jalanan dan juga Kesehatan Reproduksi Remaja bersama PKBI DIY dari tahun 2003 sampai 2010, lulusan paling antik dari jurusan Antropologi Budaya UGM dan hasil cuci gudang Kajian Budaya dan Media Sekolah Pasca Sarjana UGM. Tinggal bersama satu orang anak perempuan paling gemas di dunia (paling tidak duniaku), dan juga ibuku tercinta, serta tidak lupa 3 kucing yang juga perempuan semua.
Lutviah - Seorang ibu dengan satu anak perempuan. Paling senang menghabiskan waktu dengan keluarga sambil kuliner dan jalan-jalan. Tertarik pada isu gender, parenting, lingkungan, dan pluralisme
Nia Agustina - Berbasis di Yogyakarta. Bekerja di antara ranah dramaturgi tari dan penulisan seni pertunjukan. Co-founder Paradance Platform yang hadir sejak 2014 sebagai ruang kecil untuk koreografer muda Indonesia. Tahun 2017 bersama suaminya Ahmad Jalidu memulai dan mengelola website informasi, review, dan kritik seni pertunjukan gelaran.id. Mendapatkan gelar magister dari jurusan Pendidikan Matematika UNY dan menjadi relawan serta staff di beberapa institusi yang bergerak di isu kesetaraan gender dan inklusifitas mempengaruhi pendekatannya dalam bekerja di seni pertunjukan.
Nurina Wardhani - Aquarian. Co-founder Ninanoci, sebuah toko buku anak dan penyedia workshop anak. Hobi menulis, membaca, dan membeli buku. Tertarik akan isu perempuan, pendidikan, parenting, kerelawanan, pengelolaan SDM di organisasi nirlaba, tanam menanam, dan social enterpreneur. Bisa dicolek via Instagram di @nwardh
Renee Sari Wulan - Lahir dan tumbuh di Malang, Jawa Timur. Menempuh kuliah S1 Antropologi Tari di Institut Kesenian Jakarta tahun 1991. Itu adalah awal perjalanan berkeseniannya di Jakarta sampai dengan tahun 2012. Menikah tahun 1998, dikaruniai seorang putri tahun 1999. Kemudian pindah ke Yogyakarta tahun 2012 sebagai orang tua tunggal. Di Yogya ia lebih fokus pada pendidikan putri tunggalnya. Tahun 2019 mereka kembali ke Malang dan menetap di sana untuk seterusnya. Sambil mendampingi perkembangan putrinya, Renee tetap melanjutkan aktivitas keseniannya, terutama di ranah riset dan penulisan.
Rina Febi Pratiwi - Pengajar SD Tumbuh 4 Sewon, Bantul Yogyakarta ini pernah menggeluti dunia teater bersama kelompok Unstrat Universitas Negeri Yogyakarta semasa kuliahnya. Selain mengajar perempuan berusia 36 tahun ini juga beberapa kali berpartisipasi dalam program penelitian dan penulisan yang digagas CSIE (Center for Studies on Inclusive Education) Sekolah Tumbuh
Santi Listyaningsih - Seorang abdi negara yang khusus mengurus pemberantasan dan penyalahgunaan narkotika. Sejak 2013 aktif menjadi konselor bagi mereka-mereka yang memiliki masalah adiksinya sekaligus segambreng permasalahan hidup yang dimilikinya. Santi senang mengisi hari-hari senggangnya dengan jalan-jalan.
Sukmo Pinuji - I believe that I was born to be a traveller and a lifetime learner —dan sampai saat ini ibu satu anak ini masih percaya pada hal tersebut! Doyan jalan dan selalu merasa excited ketika menemukan hal baru, mengamati, mempelajari, dan menuliskannya (dalam artikel maupun dalam hati), saat ini dia merasa sangat beruntung karena pekerjaannya sebagai seorang researcher memberinya keleluasaan untuk menyalurkan hobi abadinya tersebut. Sangat menjunjung tinggi kesetaraan gender, dia juga adalah seseorang yang percaya bahwa setiap perempuan – dari manapun dia berasal dan seperti apapun latar belakangnya, memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi apapun yang dia mau, selama dia memiliki keberanian, kepercayaan diri, tekad kuat, dan konsistensi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya

Editor

Nia Agustina - Berbasis di Yogyakarta. Bekerja di antara ranah dramaturgi tari dan penulisan seni pertunjukan. Co-founder Paradance Platform yang hadir sejak 2014 sebagai ruang kecil untuk koreografer muda Indonesia. Tahun 2017 bersama suaminya Ahmad Jalidu memulai dan mengelola website informasi, review, dan kritik seni pertunjukan gelaran.id. Mendapatkan gelar magister dari jurusan Pendidikan Matematika UNY dan menjadi relawan serta staff di beberapa institusi yang bergerak di isu kesetaraan gender dan inklusifitas mempengaruhi pendekatannya dalam bekerja di seni pertunjukan.

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Kontributor
Pengantar
Bagian 1 Pernikahan dan pertanyaan tentangnya
     Jadi, Apakah Kita Perlu Menikah?1
     Bagaimana DongengDongeng Masa Kecil Kita Menguatkan Pembentukan Gender Tradisional Perempuan dan Laki-Laki
     Siapa Bilang Menikah Itu Mudah?
     Pekerjaan Rumah Tangga Itu Tidak Berjenis Kelamin,Ini Masalah Pembiasaan
     We Decide to Grow And Being Old Together
Bagian 2 Menjadi orang tua
     Kapan?
     Saya
     …Because I am the First Example to Her
     Pertanyaan yang Menggelitik
     Memikirkan Ulang Pertanyaan “Kenapa Belum Punya Anak?”
Bagian 3 Merebut kembali kedaulatan diri
     Anak Perempuanku adalah Inspirasi dan Sumber Kekuatanku untuk Merebut Kembali Kedaulatanku
     Dulu Kok Mau Dicerai Sih,Padahal Kan Kamu Ibu Rumah Tangga yang Tidak Punya Penghasilan?
     Hal yang Dibutuhkan oleh Seorang Single Mom Bukan Tuntutan yang Tak Pernah Berakhir, Tapi Dukungan
     Kekerasan Dalam Relasi Intim: Membingungkan dan Seringkali Berupa Siklus