Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Rumah C1nta hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

24 Jam Sebelum Aku Mati

1 Pembaca
Rp 65.000 15%
Rp 55.250

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 165.750 13%
Rp 47.883 /orang
Rp 143.650

5 Pembaca
Rp 276.250 20%
Rp 44.200 /orang
Rp 221.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku yang berjudul "24 Jam Sebelum Aku Mati" adalah kumpulan beberapa artikel populer dan beberapa puisi, yang ditulis oleh seorang pemuda, pemikir, dan seorang yang melawan bukan saja terhadap kapitalis, melainkan terhadap mental yang dideritanya. Apakah pemuda dengan segala pemikirannya adalah benar? Semua orang adalah filsuf. Maka buku ini menghadirkan (dilema) penilaian benar atau salah. Sebab itu, dengan membaca buku ini, lahirnya sebuah kritik adalah sebuah keniscayaan.

Membaca 24 Jam Sebelum Aku Mati sama dengan membaca kehidupan harian Niqo. Di satu sisi Niqo terbaca depresif, namun di sisi yang lain, Niqo sungguh bersemangat. Begitu pula kehidupan hariannya: gondrong, berpakaian lusuh, bersepatu kumuh, serta berwangikan matahari dan tembakau. Sikap eksentrik tersebut pararel dengan ekonomi perilaku yang ia rayakan, entah sebagai the other identity, entah sekadar sub-culture, yang menurut saya, menyimpang dari kecenderungan perilaku “kelas menengah kampus” kebanyakan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Niqo’ Ruma Azizi

Penerbit: Pustaka Rumah C1nta
ISBN: 9786236140567
Terbit: September 2021 , 184 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku yang berjudul "24 Jam Sebelum Aku Mati" adalah kumpulan beberapa artikel populer dan beberapa puisi, yang ditulis oleh seorang pemuda, pemikir, dan seorang yang melawan bukan saja terhadap kapitalis, melainkan terhadap mental yang dideritanya. Apakah pemuda dengan segala pemikirannya adalah benar? Semua orang adalah filsuf. Maka buku ini menghadirkan (dilema) penilaian benar atau salah. Sebab itu, dengan membaca buku ini, lahirnya sebuah kritik adalah sebuah keniscayaan.

Membaca 24 Jam Sebelum Aku Mati sama dengan membaca kehidupan harian Niqo. Di satu sisi Niqo terbaca depresif, namun di sisi yang lain, Niqo sungguh bersemangat. Begitu pula kehidupan hariannya: gondrong, berpakaian lusuh, bersepatu kumuh, serta berwangikan matahari dan tembakau. Sikap eksentrik tersebut pararel dengan ekonomi perilaku yang ia rayakan, entah sebagai the other identity, entah sekadar sub-culture, yang menurut saya, menyimpang dari kecenderungan perilaku “kelas menengah kampus” kebanyakan.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Pertama, saya panjatkan puja dan puji syukur saya kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayatnya saya masih saja diberikan hidup dan menulis hingga terbit buku ini. Kedua, saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya, yang telah membuat saya dengan cinta kasih di tempat tidur pengantin, kemudian membesarkan saya dengan segenap hatinya. Saya sangat senang dan bersyukur dibesarkan oleh kalian. Kendati engkau seorang pedagang, namun engkau enggan menjual anak seperti saya. Karena itulah saya bisa menulis dan menyelesaikan buku ini.

Selanjutnya, kepada sahabat dan teman-teman saya, terkhusus kepada Mudabbirul Hakim, Krisnaldo Triguswinri, Arief Budianto, Siam Khoirul, Muhammad David Maharif, Fajar Asshidiq, yang selalu menuntun saya dalam menemukan Hidden Gem dalam diri saya, memberi api semangat (dengan sedikit paksaan) untuk membuat buku, saya ucapkan berjutajuta kata terima kasih kepada kalian.

Kepada teman terkasih, Mutazakka, Ali Ma'ruf, Mu'tahikam Fahmi, Felix Panjaitan, Sapta Agus, Hasan Assegaf, Gilang Pratomo, Khoirul Atfifudin, Bagus, Ivan Putu, Evan, Nando, Dimas Bayu saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua. Berkat obrolan bersama kalian, saya dapat mengabstraksikan pikiran saya.

Kepada teman seperlingkaran setan, Fiqih Ali Havid, Saddam Majid, Lanang Kukuh, Jovi, Alexandro Dava, Agnes, Gabriel. Kepada teman-teman Hukum, Donny Akmarudin (Mz Don), Hanifa Amalina, Iqbal Dafa, Shanisa Berliana, Afriza, Tesalonika, Rambe, Gabriel Simanjuntak, Febriansyah DA (Bang pepi), Sandi, Rafi Setyawan dan semua teman-teman HMPH 2020, KPS 2021, Jurnal Lontar Merah, atau Hukum Universitas Tidar yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua yang telah memberi ilmu dan pengalaman yang amat berarti. Kepada Farchan Sofyan dan Kevin Jonanda Purba saya amat sangat berterima kasih kepada kalian berdua yang telah membantu saya menyelesaikan buku ini, baik secara materil maupun imateril. Dan kepada kalian semua yang sempat bersinggungan dengan saya, saya ucapkan terima kasih. Kalian semua amat sangat sama berartinya.

Buku ini adalah sekumpulan artikel dan beberapa puisi saya, yang ditulis dalam waktu yang berbeda, suasana hati yang berbeda, dan di tempat yang berbeda pula. Karena itu, jika terdapat cara penyampaian yang berbeda antar tulisan, hal tersebut merupakan sebuah proses kelincahan berpikir.

Di akhir, jangan pernah menebak apakah isi dari cerita saya adalah fiksi atau nyata, sebab apa yang kalian tebak akan selalu salah. Dan jangan pula mempertengkarkan hal tersebut, bila tidak berhujung pada putus pertemanan. Buku ini saya persembahkan kepada kalian semua.

Selamat membaca! Temanggung, 18 Juli 2021
Niqo’ Ruma Azizi

Daftar Isi

Sampul
The Individualist Way : Sebuah Pengantar & Kritik
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Politik Mahasiswa sama Halnya Taman Kanak-Kanak
The Loneliest Creature in The World
Jika Saja Themis Benar-benar Tutup Mata
Harap yang Berharap Harapan
Utang Negara
Menggadaikan Idealisme
Mengapa harus kiri?
Krisis Iklim
24 Jam Sebelum Aku Mati
Antara Nilai dan Fleksibilitas Kognitif
Benarkah Kita Telah Beragama?
Cerita yang Singkat
Kapitalisme yang Layak
Mendaki
Jangan Pernah Menilai
Seandainya Saya Seorang Anarko
Sepenggal Kisah Aku dan Bapakku
Surat untuk Sunter
Perempatan Jalan
Tidak Tahu Diri
Pesan Penting dari Orang Tak Penting
Biografi Penulis