Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Aku Ingin Meniup Balon

Kumpulan Cerpen

1 Pembaca
Rp 52.000 62%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Ketika SD, pelajaran mengarang dalam bahasa Indonesia adalah favorit Aik Vela. Saat itu, menulis baginya adalah menceritakan apa saja yang Ia temui pada perjalanan wisata bersama keluarga atau pengalaman berkebun bersama kakek dan nenek. Menginjak SMP, Aik mulai tertarik pada teks-teks pidato bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Ide-ide tentang ketokohan seperti tokoh Kartini, Soekarno, Hatta, dan guru-guru di sekolah menjadi modalnya menulis dengan semangat patriotik. Tingkat SMA-lah yang kemudian membawa Aik pada lingkungan baru, yaitu lingkungan seni dan sosial. Ia menulis naskah lakon operet dan beberapa puisi yang menggambarkan rasa ingin tahu yang kuat tentang seni teater. Masuk ke perguruan tinggi negeri, Ia mulai rajin menulis cerpen dengan berbagai pendekatan, seperti dengan mendengarkan lagu, melihat film, hingga dengan melihat fenomena yang terjadi di sekitar. Selain cerpen, ada pula naskah drama dan puisi yang ia tulis dengan membebaskan diri dalam dunia fantasi. Aik menulis dengan memasukkan segenap perasaan yang muncul kala itu. Ketika masuk dunia kerja dengan menjadi pengajar SD di daerah yang sulit dijangkau, Ia baru benar-benar merasakan jika Ia butuh menulis sebagai bentuk rekam jejak pengalaman spiritualnya dalam mengelola ekspektasi dalam kondisi yang sangat terbatas. Hingga akhirnya Ia menikah, menulis menjadi hal yang istimewa karena dengan menulis Ia merasa telah memberi penghargaan pada perjalanannya selama ini. Kumpulan cerita pendek berjudul Aku Ingin Meniup Balon ini adalah upayanya berbagi tentang sedikit perjalanan menulis. Semoga bermanfaat dan selamat membaca.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Aik Vela Pratisca

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786027949966
Terbit: September 2016 , 172 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Ketika SD, pelajaran mengarang dalam bahasa Indonesia adalah favorit Aik Vela. Saat itu, menulis baginya adalah menceritakan apa saja yang Ia temui pada perjalanan wisata bersama keluarga atau pengalaman berkebun bersama kakek dan nenek. Menginjak SMP, Aik mulai tertarik pada teks-teks pidato bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Ide-ide tentang ketokohan seperti tokoh Kartini, Soekarno, Hatta, dan guru-guru di sekolah menjadi modalnya menulis dengan semangat patriotik. Tingkat SMA-lah yang kemudian membawa Aik pada lingkungan baru, yaitu lingkungan seni dan sosial. Ia menulis naskah lakon operet dan beberapa puisi yang menggambarkan rasa ingin tahu yang kuat tentang seni teater. Masuk ke perguruan tinggi negeri, Ia mulai rajin menulis cerpen dengan berbagai pendekatan, seperti dengan mendengarkan lagu, melihat film, hingga dengan melihat fenomena yang terjadi di sekitar. Selain cerpen, ada pula naskah drama dan puisi yang ia tulis dengan membebaskan diri dalam dunia fantasi. Aik menulis dengan memasukkan segenap perasaan yang muncul kala itu. Ketika masuk dunia kerja dengan menjadi pengajar SD di daerah yang sulit dijangkau, Ia baru benar-benar merasakan jika Ia butuh menulis sebagai bentuk rekam jejak pengalaman spiritualnya dalam mengelola ekspektasi dalam kondisi yang sangat terbatas. Hingga akhirnya Ia menikah, menulis menjadi hal yang istimewa karena dengan menulis Ia merasa telah memberi penghargaan pada perjalanannya selama ini. Kumpulan cerita pendek berjudul Aku Ingin Meniup Balon ini adalah upayanya berbagi tentang sedikit perjalanan menulis. Semoga bermanfaat dan selamat membaca.

Ulasan Editorial

Cerpen-cerpen di dalam buku ini ditulis Aik dengan sederhana, dalam artian yang baik. Masing-masing memiliki tema lokal yang kuat. Detail perihal dan konflik yang diangkat di dalam cerita mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita pendek favorit saya adalah "Ketika Suamiku Sakit Gigi"

Cerpenis dan Novelis asal Madiun / Desi Puspitasari

Cerpennya Aik bagus-bagus dan punya ciri khas, terutama pada kekuatan karakter tokohnya. Sukak!

Program Manager di Institute for Essential Services Reform dan Content Director di Indonesia Mengglobal / Hening Marlistya Citraningrum

Cerpen-cerpen Aik menyeretku kembali pada kenangan-kenangan hidup “ndeso” di Jawa. Penokohan, alur, konflik sangat khas: seorang Jawa melihat berbagai persoalan sosial

Seniman Teater kota Malang / Doni Kus Indarto

Membaca cerpen karya Aik Vela rasanya seperti terbangun dari tidur di tengah malam, membuka jendela dan diijinkan semesta untuk menyentuh purnama. Singup sekaligus memberi kesempatan merasai keajaiban

Guru dan Staff Lembaga Anak Wayang Indonesia / Eva Mutiara A.K

Membaca cerpen mbak Aik, seakan-akan sedang membaca buku harian. Sebagian besar tema cerita hadir dari hal-hal sederhana dan lumrah. Terutama lokalitas Jawa dan Sumatra yang amat terasa. Namun, ia juga tidak kehilangan ruang untuk berfantasi, memunculkan hal-hal yang absurd atau sulit dinalar. Dan juga, penamaan tokoh-tokoh yang ‘tak biasa (entah bermakna atau tidak) saya rasa juga menjadi daya tarik tersendiri dari cerpen-cerpennya

Announcer di RRI Kediri / Yuni Kuswidarti

Membaca kumpulan cerita pendek ini, pembaca seolah diajak dibawa ke momentum. Peristiwa melesat saling beriringan dengan konflik dan tema yang menggelitik. Namun, semua dibungkus dalam satu kisah yang sederhana dan menyenangkan. Mari membaca

cerpenis dan editor buku / Risda Nur Widia

Pendahuluan / Prolog

Realisme Magis Rasa Nusantara
Terserah Anda menyebut tulisan saya ini apa. Pengantar boleh, resensi boleh, kritik juga boleh. Yang jelas, sebaiknya jangan dijadikan rujukan untuk tulisan ilmiah. Mengapa? Karena saya menulisnya sama sekali tanpa referensi akademik. Mungkin lebih tepat disebut opini pribadi atau pengalaman membaca cerpen-cerpen karya Aik Vela. Sebagai sebuah pembacaan, tentunya bisa jadi amat subjektif. Saya tidak bisa melepaskan dari bacaan-bacaan lain maupun pengalaman pribadi, dan pengenalan saya secara pribadi terhadap penulis.

Baiklah, kesan pertama yang saya peroleh ketika membaca karya-karya Aik Vela adalah kepiawaian penulis memadukan pengalaman hidup, pengalaman dan pergulatan dengan karya seni, dan pernyataan identitas yang kuat sebagai manusia Indonesia, Nusantara. Selanjutnya, dengan keterampilan menulisnya dia mengolahnya dalam dunia fantasi dalam relung batin para tokohnya sehingga melahirkan cerpen-cerpen yang konon menurut para ahli bisa digolongkan sebagai bermazhab realisme magis. Namun demikian, realisme magis yang diciptakan penulis amat khas dan berbeda dengan cerpen-cerpen beraliran serupa lainnya. Perbedaan yang kuat tampak pada dua hal: kekentalan lokalitas sosiokultural dan kedalaman olah jiwa tokoh-tokohnya.

Kekentalan lokalitas (terutama Jawa) bisa dirasakan dalam banyak cerpen di dalam kumpulan cerpen Aku Ingin Meniup Balon ini. Nuansa Jawa bisa dirasakan langsung dari dialog dan dialeknya, maupun dari sejumlah istilah dan budaya Jawa yang dipaparkan. Cerpen dengan banyak dialog dalam bahasa Jawa, misalnya, bisa dijumpai pada cerpen Maaf, Iyung. Sedangkan nuansa budaya Jawa amat kental pada cerpen Laron, yang menyinggung seni macapat, sebagaimana dikutip di bawah.

Gatruh menembangkan sebuah tembang macapat. Seperti namanya, Megatruh, tembang itu berarti sangat dalam. Dalam filosofi Jawa Megatruh atau megat ruh, berarti berpisahnya roh dari raga manusia. Tembang itu menceritakan fase manusia menuju alam lain, setelah asik di dunia. Gatruh sangat suka menembangkannya di kala malam menjelang. Tembang itu membuatnya lebih mawas diri dalam setiap waktu, terutama ketika gelap menyapa.

Selain budaya dan bahasa Jawa, penulis juga memaparkan budaya dan bahasa Melayu Palembang. Hal itu ditunjukkan dalam cerpen Budak.

Disamping unsur lokalitas, sisi olah jiwa atau psikologi para tokohnya juga sangat menonjol dalam cerpen-cerpen Aik Vela. Unsur kejiwaan ini dapat dijumpai, misalnya, pada cerpen Aku Ingin Meniup Balon, Wanita Bersanggul, atau Ada Seekor Capung di Dalam Kepalaku, Tampaknya sang penulis sangat piawai mengolah ini sehingga kita seolah dibawa masuk ke dalam aneka warna persoalan kejiwaan. Sebagai contoh, kita diajak menyelami penyimpangan perilaku kejiwaan dalam cerpen Wanita Bersanggul.

Hal lain yang bisa disoroti dari cerpen-cerpen Aik Vela adalah keberaniannya untuk melakukan eksperimen, Eksperimen paling menonjol bisa dilihat pada cerpen sangat pendek berjudul Bau Karet. Cerpen ini ditulis dalam bentuk fragmen-fragmen kata dan bukannya kalimat. Ini contohnya:

Bau karet. Air pasang. Siang hari. Sungai Kubu. Panas matahari. Tiada angin. Hanya kipas. Digenggam tangan. Menunggu azan. Jam tiga. Ayah tidur. Ibu mengajar. Aku bermain. Kakak belajar. Semakin bau. Bawah rumah. Tumpukan karet. Cegah pencuri.

Itulah sekilas kesan yang saya dapatkan dari pembacaan atas cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Aku Ingin Meniup Balon ini. Meski di sana-sini tentunya masih ada celah-celah yang patut dikritisi, rasanya rugi kalau tidak membaca cerpen-cerpen khas yang terangkum di sini. Selanjutnya terserah Anda!

Malang, 21 Juli 2016
Abdul Mukhid (penulis, editor, dan penerjemah bahasa Inggris)

Penulis

Aik Vela Pratisca - Lahir di Magetan, 20 September 1990. Pertama kalinya menerbitkan kumpulan cerpen berjudul aku Ingin Meniup Balon ini dari beberapa tulisan yang sudah ditulis dan menjadi koleksi pribadi sejak tahun 2012. Aktif dalam kegiatan teater sebagai aktor, sutradara, dan penulis naskah drama sejak SMP. Sempat menjadi Pengajar Muda Angkatan 8, Gerakan Indonesia Mengajar, tahun 2014/2015. Peraih Program Seniman Pasca Terampil, Padepokan Bagong Kussudiardja tahun 2016. Sekarang tinggal di Yogyakarta bersama suami.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Realisme Magis Rasa Nusantara
Maaf, Iyung
HD
Aku Ingin Meniup Balon
Laron
Wanita Bersanggul
Orker Jendela
Wingkel
Wang
Bau Karet
Gerbong
Budak
Ada Seekor Capung dalam Kepalaku
Soal Salak
ATM
Tentang Penulis
Kata Pembaca