Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kancilayana

Naskah Pedalangan Wayang Kancil

1 Pembaca
Rp 95.000 53%
Rp 45.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 135.000 13%
Rp 39.000 /orang
Rp 117.000

5 Pembaca
Rp 225.000 20%
Rp 36.000 /orang
Rp 180.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini berisi 4 naskah lakon pedalangan wayang kancil karya ki Eddy Pursubaryanto. Wayang Kancil adalah seni pertunjukan wayang kulit dengan kekhususan menceriterakan kisah-kisah fabel dengan tokoh utama si Kancil. Dalam buku ini disajikan 4 naskah versi bahasa Jawa dengan dilengkapi versi Bahasa Inggris. Juga disertakan artikel pendukung dalam bahasa Inggris oleh Irene Ritchie, seorang peneliti sastra Jawa dari Australia yang beberapa kali bekerjasama dengan ki Eddy Pursubaryanto baik dalam penelitian dan pementasan wayang kancil.

Ikhtisar Lengkap    Bahasa: Jawa


Penulis: Eddy Pursubaryanto

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786234220186
Terbit: Juni 2022 , 322 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini berisi 4 naskah lakon pedalangan wayang kancil karya ki Eddy Pursubaryanto. Wayang Kancil adalah seni pertunjukan wayang kulit dengan kekhususan menceriterakan kisah-kisah fabel dengan tokoh utama si Kancil. Dalam buku ini disajikan 4 naskah versi bahasa Jawa dengan dilengkapi versi Bahasa Inggris. Juga disertakan artikel pendukung dalam bahasa Inggris oleh Irene Ritchie, seorang peneliti sastra Jawa dari Australia yang beberapa kali bekerjasama dengan ki Eddy Pursubaryanto baik dalam penelitian dan pementasan wayang kancil.

Pendahuluan / Prolog

Sekapur Sirih
UNESCO telah menetapkan Wayang Indonesia sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tanggal 7 Nopember 2003. Sebagai imbalannya, UNESCO meminta agar bangsa Indonesia melestarikan warisan budaya ini (UNESCO 2008). Perlu dicatat bahwa yang dimaksudkan dengan wayang Indonesia, tidak saja Wayang Kulit (Purwa) melainkan juga jenis wayang yang lain yang ada di Indonesia termasuk Wayang Kancil, sebuah jenis pertunjukan wayang (kulit) dengan mengambil binatang Kancil dan berbagai jenis binatang lain sebagai tokoh-tokohnya.

Kegiatan melestarikan wayang Indonesia dapat dilakukan pula melalui pengembangan dunia wayang itu sendiri. Salah satu caranya adalah pendokumentasian dalam bentuk penerbitan. Buku ini ingin berbagi dengan khalayak penggiat budaya di Indonesia pada umumnya dan mancanegara, terutama mereka yang tertarik dengan Wayang Kancil. Ada empat lakon Wayang Kancil yang sangat sering dipentaskan oleh penulis, yaitu masing-masing: 1) Perang Banyu, 2) Candhapinggala, 3) Ampak-Ampak Guwa Macanan, dan 4) Naga Sitara. Lakon Perang Banyu dan Ampak-ampak Guwa Macanan beberapa kali dipentaskan dalam Bahasa Inggris. Dalam buku ini setiap naskah lakon selain ditulis dalam Bahasa Jawa diikuti dengan versi Bahasa Inggris.

Kancil ayana judul buku ini berasal dari dua kata, yaitu Kancil dan “ayana” dari Bahasa Sansekerta. Kata “ayana” berarti “perjalanan” atau “pengembaraan” . Kata “ayana” juga dapat berarti “tujuan, arah” atau lebih khusus "jalan yang baik" dalam hal perjalanan hidup seseorang). Berdasarkan lakon-lakon yang ditampilkan dalam buku ini, Kancilayana dapat dimaknai pula sebagai pengembaraan tokoh Kancil.

Buku ini juga menyisipkan dua buah tulisan pendek berjudul “Some Notes on the Power Play: Retelling the Weak against the Strong” dan “Fables across Culture; The Pañcatantra, The Tantri Kãmandaka, and the Contemporary Mousedeer Kancil Stories.” Tulisan berjudul “Some Notes on the Power Play: Retelling the Weak against the Strong” berisi ulasan tentang kaitan tokoh Kancil dengan konsep “hero”. Tokoh Kancil dalam Dongeng Kancil Indonesia, sering dianggap sebagai hewan yang suka menipu. Ia termasuk hewan kecil yang dianggap lemah dan selalu kalah oleh hewan-hewan besar seperti macan, gajah, atau buaya. Perilaku tokoh-tokoh hewan kecil yang lemah ini mendapat perhatian dari Vladimir Propp, seorang ahli folklore, dalam bukunya Theory and History of Folklore. Propp melihat “hero” seperti situasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. “Hero” adalah orang-orang yang dianggap lemah yang sering menggunakan kecerdasan dan akal mereka untuk melawan mereka yang kuat. Acapkali kecerdasan dan akal mereka diwujudkan dengan kelicikan dan tipu daya (Propp 1984, 28). Agaknya, batas antara kecerdasan dan akal dengan kelicikan dan tipu daya itu tipis sekali.

Selanjutnya, tulisan kedua berjudul “Fables across Culture: The Pañcatantra, The Tantri Kãmandaka, and the Contemporary Mousedeer Kancil Stories.” Tulisan ini merupakan hasil riset mandiri pada tahun 2011. Di Indonesia, cerita-cerita dalam kitab Pañcatantra muncul dalam berbagai bentuk. Tulisan ini membahas beberapa contoh dalam bentuk karya sastra, seni pertunjukan, dan media audio visual lainnya.


Penulis

Eddy Pursubaryanto - Dr. Eddy Pursubaryanto, M.Hum, menjalani karir formal sebagai dosen Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada 1981 - 2019. Ia juga telah mulai mempelajari wayang kulit sejak 1978 pada Ki Dasiman, seorang dalang di kampung Klitren, Yogyakarta. Mulai 1981, Eddy tergerak untuk ikut mendukung upaya Ki Ledjar Subroto menghidupkan kembali Wayang Kancil. Di samping melakukan pementasan baik wayang kulit purwa maupun wayang kancil, Eddy juga melakukan studi tentang pewayangan. Pada 2005, gelar magister diperolehnya dari Prodi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM dengan tesis mengenai bentuk dan dinamika wayang kancil, disusul dengan studi adegan gara-gara pada wayang kulit purwa gaya Surakarta yang mengantarkannya memperoleh gelar doktor pada 2016 di kampus yang sama. Sejak 1991 hingga saat terbitnya buku ini, ini Eddy masih aktif dalam kegiatan seni budaya di Balai Budaya Minomartani, Sleman, D.I. Yogyakarta.

Daftar Isi

Verso
Daftar Isi
Sekapur Sirih
Pengantar oleh Irene Ritchie (english)
Fables Across Culture: the Pancatantra, the Tantri Kamandaka, and the Contemporary Mousedeer Kancil Stories
Some Notes on the Power Play: Retelling the Weak Againts the Strong
Lakon Perang Banyu, Candhapinggala, Ampak-Ampak Guwa Macanan dan Naga Sitara
Lakon-Lakon
     Perang Banyu
     Water War
     Candhapinggala
     The Tiger and The Bull
     Ampak-Ampak Guwa Macanan
     The Power Play
     Naga Sitara
     The End of The Greedy Naga
Glosarium
Lampiran Gending
Biografi Penulis